Beragam komunitas terus berupaya mengampanyekan pemakaian masker untuk menghentikan penyebaran virus korona.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Sebenarnya memakai masker untuk lindungi kamu dan aku merupakan ajakan yang sederhana. Namun, di balik ajakan memakai masker yang tampaknya sepele, ternyata tidak mudah mengubah perilaku semua orang. Memakai masker tetap saja masih enggan dilakukan secara sadar oleh semua orang di masa pandemi Covid-19 sehingga perlu terus dikampanyekan.
Padahal, pemakaian masker di masa pandemi Covid-19, selain menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun, menjadi perjuangan bersama untuk memutus rantai penyebaran virus korona. Kedisiplinan sederhana dengan memakai masker punya dampak besar, bisa memulihkan citra atau me-rebranding kembali Indonesia sebagai negara yang aman dari penyebaran Covid-19.
Ketua Umum Gerakan Pakai Masker (GPM) Sigit Pramono di seminar daring ”Fenomena Masker Zaman Now” yang digelar GPM, Minggu (27/9/2020), mengatakan, kampanye mengajak semua orang memakai masker untuk merespons dua isu dampak pandemi Covid-19. Pertama, tentu saja isu kesehatan. Kedua, ternyata isu kesehatan ini berdampak pada kondisi ekonomi.
”Gerakan pakai masker bisa dikatakan merespons dengan cara yang mampu kita lakukan. Fokus GPM dengan menganjurkan orang memakai masker sebetulnya lebih demokratis karena menempatkan orang sebagai subyek. Kalau PSBB kan masyarakat dikendalikan,” ujar Sigit.
Mengubah perilaku
Sigit mengatakan, mudah sekali memakai masker. Dia memperagakan dengan mengangkat tangan dan menempelkan masker dari hidung hingga dagu. ”Mudah dan sepele tampaknya. Karena ini mengubah perilaku dari tidak biasa memakai masker kini harus memakai masker, ya butuh waktu. Kalau semua orang bisa disiplin pakai masker dalam kondisi apa pun kita bisa menyelamatkan nyawa karena ini melindungi aku, melindungi kamu. Kalau kita bisa menyelamatkan nyawa juga bisa menyelamatkan ekonomi,” kata Sigit.
Menurut Sigit, ajakan GPM ini untuk mengubah perilaku masyarakat. Dia mencontohkan, Jepang sudah punya perilaku memakai maskser. Saat merasa tidak sehat, masyarakat di Jepang terbiasa memakai masker secara sadar.
Berdasarkan sejarah pula saat flu Spanyol, sebelum ada vaksin, masyarakat memakai masker. ”Jadi jangan diperbantahkan atau diperdebatkan lagi, pakai masker itu suatu keharusan untuk menekan penyebaran Covid-19,” ujar Sigit.
Sigit menambahkan, jika PSBB diperpanjang terus, pertumbuhan ekonomi akan terus minus. ”Kalau terus PSBB, pertumbuhan ekonomi terpuruk, kita bisa selamatkan nyawa tapi enggak ekonomi,” ujar Sigit.
Kampanye pakai masker oleh GPM dilakukan dengan menggalang berbagai komunitas, termasuk anak muda. Jika GPM berhasil, dapat mengembalikan citra Indonesia sebagai negara aman dari Covid-19. Sebab, dari penelitian di 110 negara aman dari Covid-19 pada Juni lalu, Indonesia di urutan ke-97, unggul dari Bahama, Laos, dan Kamboja. Setelah ada gerakan pakai masker jadi naik peringkat ke-79.
Sementara itu, Taufan Teguh Abari selaku Coordinator Campaign Director Millenial Cluster GPM mengatakan, dukungan komunitas dibutuhkan untuk mengampanyekan GPM yang semakin meluas ke masyarakat lewat komunitas masing-masing.
”Narasinya sederhana untuk mengajak masyarakat disiplin pakai masker. Tapi perilaku masyarakat memakai masker belum maksimal. Hal ini karena belum menyentuh akar rumput. Nah, komunitas punya grassroot bisa membantu Indonesia pulih dari kesehatan dan reputasi untuk pemulihan ekonomi,” kata Taufan, pendiri Rumah Millennials.
Dukungan komunitas
Rizky Saragih, Ketua Bidang Pengembangan Perhumas Muda, mengatakan, saatnya kini membuat memakai masker jadi kebutuhan dan gaya hidup saat normal baru. Generasi milenial yang aktif di media sosial, main TikTok bisa diajak lebih giat berpartisipasi untuk membuat dan menyebarkan konten yang tidak menebar ketakutan, tetapi menyebar optimisme.
”Kami mengajak anak muda lewat gerakan Indonesia Berbicara Baik agar semakin menggaungkan pemakaian masker yang dikemas dengan gaya anak muda. Hal ini untuk saling melindungi aku dan orang sekitar dan perlahan bisa melindungi ekonomi kita,” ujar Rizky.
Sementara itu, I Gusti Nyoman Darmaputra dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia mengatakan, masyarakat harus diyakinkan kalau memakai masker bukan hanya menyelamatkan kesehatan, melainkan juga ekonomi. Sejumlah pengusaha kini mampu bertahan karena bisa mengalihkan usaha ke pembuatan masker yang semakin kreatif.
”Kondisi pandemi ini menimbulkan tantangan dan peluang bagi pengusaha. Kita harus bersama-sama untuk bisa memulihkan kondisi ekonomi,” kata Gusti.
Ketua Squad Penanggulangan Bencana Indonesia Subur Lojinawai mengatakan, masyarakat mengalami kejenuhan dengan kondisi Covid-19 yang panjang ini. Terkadang ditemui banyak masyrakat yang abai, termasuk tidak menggunakan masker dengan benar.
Muhamad Affin Bahtiar, inisiator Abdi Muda, mengatakan, mereka selaku aparatur sipil negara muda harus menjadi contoh dalam menerapkan protokol kesehatan di lingkungan kerja dan di mana pun. ”Memakai masker itu sebagai simbol kami sadar kesehatan. Sebagai simbol pesan bahwa kita tidak harus pakai senjata untuk menyelamatkan Indonesia, simpel pakai maskser saja sudah jadi pahlawan untuk bangsa,” kata Affin.
Dari Komunitas Abang None Jakarta, Mohammad Abror dan Melliza Xaviera, mengatakan, para abang none ikut mengampanyekan penggunaan masker di masyarakat. Saat HUT DKI Jakarta tahun 2020 dibuat video untuk mengenalkan cara hidup yang harus dijalani saat normal baru, salah satunya memakai masker.
Perajin Betawi juga diajak membuat masker dari batik betawi. Penampilan masker menjadi unik dan fashionable diharapkan menjadi daya tarik anak muda sadar memakai masker.
I Made Subagya, founder Riad Indonesia, mewakili komunitas lari, mengubah banyak komunitas lari membuat kegiatan lari lebih adaptif. Pihaknya meengenalkan kegiatan olahraga online, termasuk kompetisi lari virtual.
”Kami buat video bagimana bisa melakukan olahraga tapi masih aman, dengan jaga jarak, rute sepi, maksimum lima orang dengan masker, serta bawa baju cadangan. Selain itu lari di jarak pendek saja 5-10 meter supaya tidak telalu capai,” ujar Made.
Toto Sugito, Co-founder Bike2Work, mengatakan, saat pandemi, tren masyarakat yang memilih sepeda untuk rekreasi dan olahraga semakin meningkat. Komunitas ini senantiasa mengingatkan agar tidak berkerumun dan menjaga jarak.
”Sulit memang menjaga jarak kalau ramai-ramai. Orang kan semangat kalau kumpul bersama dan lupa memakai masker. Kami fokus untuk terus mengingatkan supaya memakai masker,” kata Toto.