Gerakan komunitas untuk memberdayakan masyarakat membutuhkan sejumlah syarat untuk berhasil.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gerakan komunitas untuk memberdayakan masyarakat membutuhkan sejumlah syarat untuk berhasil. Selain harus efektif membantu masyarakat, gerakan komunitas perlu memiliki aspek keberlanjutan.
Aspek keberlanjutan itu menjadi salah satu pertimbangan juri dalam penetapan 23 finalis penerima apresiasi 11th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2020. Program ini memberikan apresiasi dan memberdayakan anak muda yang berkontribusi kepada masyarakat dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.
Pada penyelenggaraan SATU Indonesia Awards 2020, jumlah peserta yang mendaftar mencapai 10.036 orang. Jumlah ini naik 15,9 persen dibandingkan tahun lalu.
”Penilaian dilakukan berdasarkan orisinalitas ide dan dampak program terhadap persoalan sosial masyarakat. Selain itu, kami juga melihat kendala yang muncul dan strategi yang diterapkan oleh finalis untuk mengatasinya,” kata Tri Mumpuni, salah satu juri serta pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan, dalam konferensi pers virtual 11th SATU Indonesia Awards 2020, Selasa (6/10/2020).
Pendiri Young on Top, Billy Boen, selaku juri tamu mengatakan, pengukuran dampak program sosial telah memiliki matriks khusus berdasarkan jenis inovasi yang dilakukan peserta. Sebagai contoh, pengukuran dampak dilihat dari berapa banyak orang dan berapa desa yang telah terjangkau program atau berapa jumlah unduhan dari aplikasi yang dibuat peserta.
Namun, para juri juga memperhatikan aspek keberlanjutan dari implementasi program finalis. Aspek keberlanjutan menunjukkan konsistensi, kekuatan mental, dan keseriusan para pendiri komunitas dalam memberdayakan masyarakat.
Untuk itu, penting agar program pemberdayaan masyarakat bisa berlangsung tidak hanya dalam jangka waktu pendek, tetapi hingga puluhan tahun. ”Penghargaan ini akan menjadi panggung akselerasi sehingga impact akan lebih besar dan menginspirasi anak muda lainnya,” ujarnya.
Finalis penerima apresiasi 11th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2020, antara lain, adalah Johan A Rahman (Papua Barat) dalam bidang kesehatan, I Gede Merta Yoga Pratama (Bali) dalam bidang teknologi, Elsa Maharani (Sumatera Barat) dalam bidang kewirausahaan, dan Mariana Yunita (Nusa Tenggara Timur) dalam bidang kesehatan.
Adapun juri lainnya yang terlibat dalam seleksi penerima apresiasi ini, antara lain, adalah dosen Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Indonesia, Profesor Emil Salim; Guru Besar Universitas Negeri Jakarta Fasli Jalal, Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah, dan pegiat seni Dian Sastrowardoyo.
Penghargaan khusus
Riza mengatakan, penjurian tahun ini mengalami tantangan akibat pandemi Covid-19. Proses seleksi akhirnya dilakukan secara virtual. Namun, Astra juga menambah kategori khusus untuk mengapresiasi pejuang tanpa pamrih selama pandemi berlangsung.
Finalis pejuang tanpa pamrih di masa pandemi, antara lain, adalah Galih Suci Pratama (Jawa Tengah) dalam bidang pendidikan, Arya Ananda Indrajaya Lukmana (Banten) dalam bidang teknologi, Revo Suladasha (DI Yogyakarta) dalam bidang kewirausahaan, dan Yuli Yanika (Sumatera Utara) dalam bidang kesehatan.
”Anak muda zaman sekarang terkenal sebagai kaum rebahan, tetapi mereka mampu menemukan cara untuk melakukan sesuatu. Kita bisa menunjukkan dalam kondisi saat ini banyak orang muda berkarya dan bisa menginspirasi pemuda lain,” kata Riza.