Tetangga adalah keluarga terdekat. Ungkapan itu relevan di saat pandemi. Di sejumlah permukiman, begitu ada warga yang terinfeksi Covid-19, warga bergerak menyiapkan aneka bantuan.
Oleh
Soelastri Soekirno & Joice Tauris Santi
·5 menit baca
”Tetanggaku, saudara dekatku”. Ungkapan ini sangat relevan saat ini. Ketika ada keluarga di sebuah permukiman positif Covid-19 dan mesti diisolasi mandiri, tetangga bergerak mengurus kebutuhan mereka. Fenomena yang menguat di banyak permukiman ini benar-benar menguatkan harapan. Mereka yang terisolasi karena Covid-19 tidak dibiarkan sendirian.
Akhir September 2020, tiga orang dalam satu keluarga di satu rumah di RT 001 RW 008 Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dinyatakan postif Covid-19 berdasarkan tes PCR. Ketika mereka harus mengisolasi diri di rumah sebelum dijemput petugas kesehatan, para tetangga sekitar rumah bergerak memberi bantuan.
Mereka mengirimkan lauk pauk, buah-buahan, madu, kue, empon-empon, kolak pisang, sampai bakso. Ada pula warga yang menitipkan uang tunai kepada bendahara RT untuk dibelikan makanan kesukaan warga yang sakit. Selain itu, mereka juga menunjukkan empati dengan rutin menanyakan kondisi warga yang sakit, mendoakan, hingga menawarkan bantuan lainnya.
”Yang mengharukan, bantuan dari tetangga itu terus mengalir hingga anggota keluarga yang positif terinfeksi virus korona dijemput petugas kesehatan untuk diisolasi di Wisma Atlet Kemayoran dan Hotel Ibis Mangga Dua,” ujar ibunda dan tante dari tiga warga yang terinfeksi Covid-19 itu. Ia dinyatakan negatif Covid-19, tetapi harus mengisolasi diri di rumah selama 14 hari.
Pengurus RT 001 RW 008 berkomitmen untuk terus membantu warga yang terinfeksi Covid-19. ”Yang tak terinfeksi virus tetap harus isolasi mandiri di rumah. Kami akan bantu supaya tetap sehat,” tutur bendahara RT 001, Evy Syafril.
Warga di permukiman itu memang guyub. Jika ada yang memerlukan bantuan, warga dan perangkat RT akan segera turun tangan berdasarkan peran masing-masing. Ketika ada tiga warga positif Covid-19, Ketua RT 001 Dion Arnaldo, Ketua RW 008 Setijanto Ananto, dan Satuan Gugus Tugas Covid-19 RW 008 segera berkoordinasi dengan Kelurahan Petukangan Selatan untuk mengusahakan perawatan. Urusan surat-menyurat mereka selesaikan dalam waktu singkat. Petugas satpam dengan sigap mengirim surat ke kelurahan. Ada juga yang bertugas menghubungi puskesmas agar warga yang sakit segera mendapat rujukan tempat isolasi.
Keguyuban serupa tampak di RT 010 RW 008, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciaracas, Jakarta Timur, yang pernah ditunjuk sebagai kampung tangguh Covid-19. Ketika ada seorang warga yang melapor telah terinfeksi virus korona baru dan harus isolasi mandiri, Kamis (9/9/2020), grup WA PKK RT 010 langsung ramai. Pesan yang berisi dukungan dan semangat langsung membanjiri grup untuk warga berisial ER itu.
Sejurus kemudian, warga berkoordinasi untuk memberi bantuan makanan dan lain-lain di grup itu. Dalam waktu singkat, sejumlah warga mendaftarkan diri untuk memberi bantuan. Selanjutnya, setiap hari ada 3-5 warga yang menuliskan nama sebagai penyumbang makanan.
Bantuan bagi warga yang menjalani isolasi diberikan hampir dua minggu, tanggal 10-22 September, sesuai jangka waktu isolasi mandiri.
”Kami melaksanakan apa yang diminta pemerintah supaya penderita Covid-19 jangan dikucilkan. Penderita akan mengalami kesulitan karena tidak boleh keluar dari rumah. Jadi saya merasa memang sudah seharusnya kita menggerakkan gotong royong sebagai solusi,” kata Erum Ruminah, pengurus PKK RT 010 yang juga istri Ketua RT 010.
Selain bergotong royong mengurus warga yang menjalani isolasi di rumah, pengurus RT berupaya memperkuat benteng pertahanan kesehatan warga. Mereka memberlakukan akses satu pintu untuk keluar masuk permukiman. Akses jalan lain mereka tutup. Petugas satpam di pos utama diminta untuk menegur siapa saja yang keluar-masuk wilayah tanpa masker.
Selasa (22/9/2020), akun grup WA PKK RT 010 kembali ramai. Kali ini ramai karena berita gembira datang dari Puskesmas Ciracas. Puskesmas menyatakan warga yang telah menjalani isolasi dengan baik itu tidak ditemukan gejala Covid-19.
Warga itu seorang perempuan. Ia menjalani pemeriksaan swab dan dinyatakan positif Covid-19. Setelah diperiksa ulang hasilnya negatif. ”Saya ikut saja anjuran dokter supaya isolasi mandiri. Jadi, saya benar-benar di dalam kamar. Bahkan, tidak ke dapur untuk masak,” tuturnya.
Ia menyatakan bisa menjalani isolasi dengan baik berkat dukungan warga dan keluarga yang begitu kuat. ”Saya terharu dengan perhatian warga yang menyediakan makanan. Saya enggak kekurangan makanan, minuman, dan vitamin. Bahkan, ada yang kirim air zamzam. Saya makan dengan lahap karena gembira dengan perhatian warga,” ujarnya.
Di sebuah perumahan di Kelurahan Mustikajaya, Bekasi, solidaritas warga untuk pasien Covid-19 juga bermekaran. Anggara Napipulu, warga perumahan itu, menceritakan, Juni lalu, ada tetangganya, suami-istri, yang terinfeksi Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri di rumah. Para tetangga tanpa diminta bergerak menyediakan kebutuhan makan-minum mereka berdua. Selain itu, warga juga menutup sementara akses jalan yang melewati rumah mereka.
Awal September, seorang warga lainnya melaporkan diri terpapar virus korona baru. Ia seorang perawat di sebuah rumah sakit di Bekasi. ”Ambulans dari Puskesmas Mustikajaya kemudian datang dengan APD lengkap, memeriksa seluruh anggota keluarga tersebut,” cerita Anggara yang rumahnya bersebelahan dengan si pasien.
Dalam keadaan masih terkejut, warga bergerak memberi semangat dan aneka bantuan. ”Bantuan dari RT sudah datang, terlihat cukup banyak, tetapi masih bahan mentah. Keesokan paginya warga tanpa diminta pengurus RT mengirim makanan matang ke keluarga itu sampai isolasi selesai,” ujar Anggara.
Langkah lain segera diambil. Akses pintu masuk menuju perumahan dibatasi hanya satu. Disiplin menggunakan masker ditingkatkan. ”Kami saling mengingatkan untuk pakai masker. Di kompleks kami, warga yang keluar rumah tanpa masker didenda Rp 10.000. Uang masuk ke kotak yang dananya digunakan untuk membantu warga yang terpapar Covid-19,” kata Anggara lagi.
Dalam situasi pandemi seperti sekarang, solidaritas bagi mereka yang terpapar Covid-19 sangat penting untuk dijaga. ”Kita harus semakin mempererat persaudaraan dan saling menguatkan. Saya bersyukur welas asih bisa tumbuh di dalam diri anggota komunitas sehingga selalu siap mendukung dan berbagi buat sesama,” kata Melly Kiong, pendiri Komunitas Menata Keluarga (Emka).
Melly tak hanya bicara, tetapi merasakan betul betapa solidaritas bisa memberi energi tambahan bagi pasien Covid-19 untuk sembuh. Ketika ia terinfeksi virus korona baru dan menjalani isolasi di Wisma Atlet Jakarta, dukungan mengalir lewat ucapan dan doa. Begitu juga makanan, minuman, dan aneka suplemen.
Dia dan pasien Covid-19 lainnya tidak dibiarkan sendirian oleh tetangga terdekat dan orang-orang di sekitarnya. (ELN)