Bisnis Sosial Kreatif Buka Peluang untuk Anak Muda
Wirausaha sosial yang semakin banyak bisa memberikan peluang kerja untuk anak muda. Sayangnya, dukungan untuk pelaku bisnis sosial ini masih kurang.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bisnis sosial dan kreatif memberikan peluang pekerjaan bagi anak muda dan perempuan, termasuk bagi penyandang disabilitas. Namun, pengembangan bisnis kreatif sosial di Indonesia masih menghadapi tantangan minimnya dukungan untuk peningkatan kapasitas dan akses permodalan.
Di acara webinar peluncuran hasil penelitian bertajuk landskap bisnis sosial dan kreatif di Indonesia yang dilakukan British Council bersama Asian Venture Philantropy Network (AVPN) dan United Nations Economic and Social Asia and The Pasific (UNESCAP), Rabu (16/9/2020), terungkap, bisnis sosial dan kreatif dapat mendukung pembangunan ekonomi inklusif. Kewirausahaan sosial ini dapat dioptimalkan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Ari Sutanti, Senior Program Manager British Council lndonesia, menjelaskan, penelitian dilakukan pada 1.388 usaha sosial kreatif di Indonesia. Usaha ini menjalankan bisnis yang memberikan dampak sosial kepada masyarakat dan memberikan dampak positif pada kesejahteraan sosial dan lingkungan hidup. Dalam bisnisnya, pelaku memegang nilai-nilai untuk memberdayakan komunitas dan tata kelola yang baik.
”Bisnis sosial kreatif di Indonesia umumnya baru tumbuh berkisar lima tahun ini. Bisa jadi karena Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga baru dibentuk. Umumnya, usaha ini beroperasi di daerah perkotaan sebagai usaha kecil menengah,” kata Ari.
Menurut Ari, usaha sosial kreatif ini menunjukkan dampak yang menggembirakan karena menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih baik pada perempuan dan kaum muda dibandingkan dengan jenis usaha lain. Hal ini didorong dari kemunculan binis sosial kreatif yang menawarkan disrupsi dan solusi berkelanjutan untuk mengatasi tantangan sosial dan lingkungan.
Umumnya, mereka masuk ke bidang kewirausahaan sosial untuk mengatasi kemiskinan, termasuk mengatasi kelaparan, keamanan pangan dan nutrisi, serta pertanian bekelanjutan. Mereka juga fokus mempromosikan pekerjaan yang produktif, pekerjaan yang layak bagi semua dan juga mendorong hidup sehat dan mempromosikan well-being.
Bisnis sosial kreatif di Indonesia umumnya baru tumbuh berkisar lima tahun ini. Bisa jadi karena Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga baru dibentuk. Umumnya, usaha ini beroperasi di daerah perkotaan sebagai usaha kecil menengah
Menjalankan bisnis sosial kreatif memberikan dampak kuat pada pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal ini terlihat dari kiprah pelaku usaha sosial kreatif, antara lain mengalokasikan anggaran untuk aktivitas sosial/lingkungan, meyakinkan masyarakat berdaya beli rendah dapat mengakses barang/layanan yang terjangkau, membayar pekerja dengan upah minimum regional, serta membayar pajak pada pemerintah pusat dan daerah.
”Usaha sosial kreatif yang menciptakan pekerjaan inklusif untuk perempuan dan anak muda sebenarnya dapat menjawab tantangan kurangnya lapangan kerja. Ini seharusnya menjadi alasan untuk terus didukung karena prospeknya menjanjikan,” papar Ari.
Namun, seperti yang sering dihadapi UMKM lainnya, akses pada dukungan training, mentoring, atau coaching masih sedikit. Masalah akses permodalan dari investor juga masih minim. Padahal, dengan bisa menjadi bagian program inkubasi bisnis ternyata dapat mengembangkan usaha menjadi lebih baik.
Ari menuturkan, dukungan dari jaringan industri kreatif akan menolong seniman lokal untuk berjejaring ke komunitas yang lebih luas. Demikian pula dukungan pada pengembangan bisnis, program inkubator dan akselerator dapat memperkuat bisnis sosial dan kreatif untuk meningkat dan diduplikasi.
Akses permodalan
Terkait permodalan, sebagian besar usaha dikembangkan secara mandiri. Sekitar 1 persen saja yang mendapatkan suntikan modal dari investor. Tidak mudah bagi sektor bisnis soal kreatif mencari peluang untuk mendapatkan investasi. Kesempatan bergabung di e-commerce salah satu cara yang bisa dipakagunai untuk menarik investasi dari lembaga penyedia keuangan guna meluaskan usaha.
Country Director British Council Indonesia Hugh Moffatt mengatakan, perempuan dan kaum muda punya peran penting dalam pencapaian inovasi SDGs. Potensi industri kreatif yang berdampak sosial perlu terus dikembangkan, apalagi dengan perubahan tatanan kehidupan dunia baru karena pandemi Covid-19. Ke depan perlu didorong agar investasi dan penanaman modal yang masih minim bisa didorong untuk mendukung usaha sosial kreatif.
”Di tata kehidupan baru nanti, industri yang inklusif semakin dibutuhkan. Inggris-Indonesia punya kemitraan yang baik untuk tumbuhnya pembangunan ekonomi inklusif untuk mencapai SDGs lewat industri sosial kreatif,” kata Hugh.
Sementara itu, Vivi Yulaswati dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan, laporan riset dari British Council dan tim memberikan pemahaman tentang keunikan usaha kreatif dan sosial. Ada landskap bisnis sosial kreatif ini yang berperan penting dalam penciptaan lapangan kerja.
”Ada tantangan kurang lapangan kerja. Ada inisiatif bisnis sosial kreatif yang efektif menciptakan lapangan kerja. Ini bisa mengatasi isu pengangguran dari kalangan usia muda dan tingkat pendidikan rendah. Sebab, industri ini menciptakan lapangan kerja bagi anak muda. Jadi, perlu meningkatkan kapasitas dan kebutuhan bisnis sosial kreatif supaya bisa tumbuh. Inisiatif ini memang perlu dukungan pemerintah,” kata Vivi.
Jefrey Joe dari Alpha JWCVentures mengatakan, pendanaan atau investasi bagi bisnis sosial kreatif yang punya potensi sukses akan menarik investor atau lembaga pendanaan. Salah satu contoh diberikan pada usaha Kopi Kenangan, merek dari Indonesia yang diharapkan bisa sukses dan berdampak pada komunitas.