Banyak peluang untuk mahasiswa mencari beasiswa kuliah ke luar negeri. Meski begitu, untuk mendapat peluang beasiswa harus melakukan persiapan yang matang.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
Kuliah di luar negeri pastinya butuh biaya yang besar, baik untuk biaya kuliah maupun biaya hidup. Namun, jangan patah semangat jika keuangan terbatas karena peluang beasiswa kuliah di luar negeri sebenarnya tersedia.
Presiden Euro Management Indonesia Bimo Sasongko mengatakan, anak muda Indonesia perlu didorong untuk kuliah di luar negeri. Terpaan pendidikan internasional membuat anak-anak muda Indonesia dapat menikmati pendidikan yang baik dan membuka jaringan global dengan mahasiswa internasional dari banyak negara.
Menurut Bimo, untuk kuliah jenjang S-1 di luar negeri memang harus siap untuk membiayai mandiri. Masih sedikit beasiswa kuliah S-1 yang tersedia. Namun, untuk menekan pengeluaran bisa disiasati dengan memilih sejumlah tujuan negara belajar yang biaya kuliah gratis. Negara seperti Jerman dan Perancis bisa jadi pilihan karena biaya kuliah umumnya gratis.
Di awal kuliah S-1 dengan biaya mandiri, sebenarnya bisa membuka jalan bagi kesuksesan berikutnya. Setelah jadi mahasiswa internasional di suatu negara, biasanya izin kerja paruh waktu diberikan, baik di kampus maupun di luar kampus. ”Asal bisa bagi waktu, tambahan uang saku atau uang kuliah bisa didapat dari kerja paruh waktu yang bisa dilakukan mahasiswa asing. Tentu saja ini hanya bagi yang bisa mengatur waktu supaya tujuan utama kuliah tidak keteteran,” ujar Bimo.
Untuk bisa tembus ke perguruan tinggi berkualitas di luar negeri, baik dengan biaya mandiri maupun beasiswa, ujar Bimo, tentunya perlu persiapan matang. Salah satunya kemampuan bahasa asing, yang wajib bahasa Inggris dan bahasa pengantar negara yang dituju. Dengan skor kemampuan bahasa yang baik, pilihan perguruan tinggi terbuka luas, pun untuk mendapatkan beasiswa.
”Di jenjang S-2 dan S-3, beasiswa kuliah ke luar negeri lebih banyak. Bahasa pengantar umumnya sudah bahasa Inggris. Kalau S-1 yang pakai bahasa pengantar bahasa Inggris masih terbatas. Karena itu, yang mau kuliah dengan bahasa pengantar bahasa Inggris, skornya harus tinggi. IELTS, misalnya, harus minimal 6,5, yang artinya perlu persiapan yang lama, enggak bisa instan,” ujar Bimo.
Menurut Bimo, Euro Managemnet Indonesia memiliki program memberi beasiswa belajar bahasa asing bagi anak muda Indonesia lewat daring. ”Kami beri gratis supaya anak muda Indonesia termotivasi untuk kuliah di luar negeri, baik dengan biaya sendiri maupun dengan beasiswa,” ucap Bimo yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie.
Menurut Bimo, untuk jenjang S-1 di luar negeri, beasiswa masih terbatas. ”Kami mendorong supaya Pemerintah Indonesia juga menyediakan beasiswa kuliah ke luar negeri untuk lulusan SMA, seperti yang dulu dilakukan lewat beasiswa program Habibie,” ujar Bimo.
Kami beri gratis supaya anak muda Indonesia termotivasi untuk kuliah di luar negeri, baik dengan biaya sendiri maupun dengan beasiswa.
Mencari informasi
Di acara Webinar #YukStudyAbroad yang digelar @abdimuda_id pada Minggu (23/8/2020), Radyum Ikono, CEO Schoters mengatakan, untuk meraih beasiswa kuliah ke luar negeri, pemburu beasiswa harus punya pengetahuan soal sumber beasiswa. ”Kalau LPDP bisa dibilang pada banyak yang tahu karena itu beasiswa kuliah pascasarjana dari Pemerintah Indonesia. Tapi, kalau cuma bergantung ke beasiswa ini, peluang terbatas. Padahal, masih ada banyak beasiswa lain yang juga disediakan, baik perguruan tinggi maupun pemerintah atau lembaga beasiswa lainnya,” kata Radyum yang juga meraih beasiswa kuliah di beberapa negara, seperti Singapura dan Jepang.
Menurut Radyum, dirinya menggagas startup layanan pendidikan luar negeri Schoters, salah satunya untuk membantu anak muda Indonesia yang hendak berburu beasiswa kuliah ke luar negeri. Ada sekitar 1.000 informasi beasiswa di 40 negara yang dimiliki Schoters yang bisa jadi pegangan untuk para pemburu beasiswa.
”Daftar beasiswa jangan cuma satu, coba saja ke beberapa beasiswa sekaligus. Soalnya peluang diterima, kan, kecil. Kalau mencoba beberapa, kemungkinan bisa ada yang direspons. Karena itu, motivasi harus kuat karena untuk menyiapkan berbagai syarat tidak mudah, bisa lelah. Jadi, harus ada motivasi yang menggerakkan dari dalam diri,” ujar Radyum.
Radyum mengatakan, untuk sukses berburu beasiswa perlu kemampuan bahasa yang baik. Untuk mengejar skor IELTS, misalnya, bisa dibantu dengan kursus bahasa Inggris. ”Kami menyediakan bimbingan dan ada tes prediksi yang murah. Jangan langsung ngoyo langsung tes IELTS kalau belum yakin skor bisa mencapai 6,5. Mending menyiapkan diri dengan baik baru ambil tes IELTS/TOEFL yang bayarannya memang jutaan,” ujar Radyum.
Radyum mengatakan, untuk beasiswa S-3, misalnya, Schoters membagi dua kategori. Kategori reguler untuk beasiswa yang ada batas waktunya, yang biasanya tersedia rutin tiap tahun. Ada kategori nonreguler, yakni profesor di suatu perguruan tinggi membuka lowongan doktor.
”Lowongan kuliah doktor ini ada sepanjang tahun. Kayak lowongan kerja gitu. Karena itu, pemburu beasiswa S-3 ini harus selalu siap dengan dokumen. Begitu ada lowongan program S-3 yang sesuai minat, tinggal kirim,” ujar Radyum.