Saat ini banyak sarjana yang baru lulus sulit mendapatkan pekerjaan. Mereka harus bisa berinovasi untuk mendapatkan penghasilan, salah satunya dengan berwirausaha.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Perjuangan kuliah yang tidak mudah berbuah manis ketika akhirnya sudah diwisuda. Akibat pandemi Covid-19, semua kegiatan terpaksa dilakukan secara daring, termasuk mencari kerja. Kini, menyandang gelar sarjana di masa pandemi, ternyata butuh perjuangan baru. Para fresh graduate yang berburu kerja di berbagai perusahaan mesti sabar menanti.
Muchlas Adi Nugroho, sarjana ilmu pemerintahan dari Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, yang lulus Maret lalu, memang sudah memprediksi tidak mudah mencari kerja saat ini. Seusai lulus kuliah, Muchlas memilih segera pulang ke rumah orangtuanya di Klaten, Jawa Tengah.
”Kebanyakan memang belum dapat pekerjaan yang lulusan sekarang ini, termasuk saya sendiri. Saya sementara ini di rumah untuk bantu kegiatan orangtua di kampung. Kadang-kadang diminta untuk membantu kegiatan pendataan apa gitu dari pemerintah desa,” ujar Muchlas yang dihubungi dari Klaten, Kamis (20/8/2020).
Menurut Muchlas, sejumlah temannya memilih berwirausaha kecil-kecilan dengan berjualan beragam makanan hingga menjadi reseller secara daring. ”Saya belum menemukan passion untuk berwirausaha. Sekarang, ya, kerja apa saja yang bisa dikerjakan,” tutur Muchlas.
Pekerjaan tidak tetap dilakoni Muchlas dengan mengikuti senior dari alumni Undip yang memiliki event organizer (EO) yang bisa membantu acara debat dalam pemililihan kepala daerah. ”Masih nyambung dengan ilmu aku, untuk menambah portofolio,” kata Muchlas.
Menurut Muchlas, masa sulit mencari kerja bagi fresh graduate seperti dirinya ini dimanfaatkan untuk mencari pengalaman dan relasi. Dia berharap bisa menjadi political organizer di EO temannya karena akan ada pilkada di Solo Raya untuk menerapkan ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah.
Sementara itu, Tsania Ulil Abab, sarjana manajemen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Sebelas Maret yang diwisuda daring awal Mei lalu, juga masih berjuang mencari pekerjaan tetap. ”Aku yakin peluang kerja masih ada, tapi mungkin persaingannya masih ketat. Aku sudah lumayan banyak kirim surat lamaran. Tapi, baru ada satu panggilan. Untuk sementara aku memilih magang jadi asisten riset dulu di kampus,” ujar Tsania yang tinggal di Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Tsania mengatakan, di tengah perjuangan mencari pekerjaan tetap, dia menerima tawaran menjadi asisten riset di kampusnya yang memiliki proyek riset bersama Otoritas Jasa Keuangan. ”Sampai September saja proyeknya. Aku masih berusaha untuk cari kerja atau mendapatkan beasiswa,” ujar Tsania.
Perkuat profil digital
Dukungan bagi para sarjana yang baru lulus untuk tetap optimistis berjuang mencari pekerjaan diberikan bagi calon wisudawan periode Agustus 2020 dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, secara daring, Selasa (18/8/2020). Saat ini, banyak perusahaan yang terdampak akibat wabah virus korona sehingga melakukan perampingan pegawai dan mengurangi perekrutan. Kondisi ini membuat sarjana baru sulit mendapatkan pekerjaan.
Director Coorporate Affairs Microsoft Indonesia Ajar Edi membagikan sejumlah tips yang dapat dilakukan fresh graduate di tengah pandemi. Salah satunya adalah memperkuat brand dan profil digital pribadi.
”Maksimalkan brand dan profil digital, buat profil yang bagus, dan perkuat soft skills,” ujar Ajar.
Berikutnya, lanjut Ajar, cari insight dan tren yang tengah berkembang. Selain itu, calon wisudawan UGM harus bisa menjadi pribadi yang otentik, yakni tahu tujuan hidup dan bertanggung jawab. Perlu juga menjadi pribadi yang bertumbuh dan berpikiran terbuka sehingga dapat menjadi pribadi yang berintegritas.
Ajar menyampaikan perlunya membangun jejaring yang baik untuk mendukung kesuksesan karier di masa mendatang. Dalam membangun jejaring sebaiknya dilakukan secara profesional dan menghormati stakeholder dan berlaku sopan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas Friderica Widyasri Dewi mendorong calon wisudawan UGM untuk bisa percaya terhadap kemampuan diri.
”Kalau Anda sendiri tidak percaya diri, maka siapa yang akan percaya? Anda yang punya percaya diri memiliki nilai tambah untuk perusahaan,” ujar Friderica.
Friderica menambahkan agar lulusan baru dapat memahami passion dan pantang menyerah. Tak kalah penting, membangun pertemanan dengan orang yang tepat dan berpikiran positif serta terus berdoa dan memohon restu orangtua.
”Ingat bahwa kesuksesan adalah sebuah proses yang tidak akan berakhir, semua butuh waktu,” kata Friderica.
Dibutuhkan adaptasi
Dalam acara No Sleep For Weekend yang digelar Dyandra dan We The Youth, beberapa waktu lalu, Venny Asyita, Associate Director co.Think Research, mengatakan, situasi pandemi Covid-19 yang menimbulkan ketidakpastian juga berpengaruh dalam nasib anak muda yang berburu pekerjaan. Dari hasil riset terkait orang muda soal optimisme, sebenarnya kaum muda Indonesia secara umum punya optimisme yang sedang dan tinggi.
”Namun, tetap ada kekhawatiran yang besar soal keuangan dan pekerjaan,” kata Venny.
Haryotomo Wiryasono, Team Leader Glints, mengatakan, meski banyak perusahaan yang menunda penerimaan pekerja baru, peluang tetap terbuka. Dibutuhkan adaptasi dari anak muda pemburu kerja dengan dunia usaha yang tersedia dan potensial saat ini.
Sementara itu, Chief Operating Officer Rumah Siap Kerja Tinton Ardian mengatakan, ada sektor industri yang turun, ada industri yang naik tajam. Semisal, industri kesehatan sebenarnya sedang berkembang, tetapi ada kendala ketersediaan tenaga kerja yang kurang.
”Beberapa perusahaan butuh tenaga kerja tambahan dan skill khusus yang relevan di industri khusus. Tantangannya pemburu kerja yang ada skill-nya enggak relevan. Jadi, saat ini perlu bagi anak muda untuk meningkatkan skill baru yang relevan,” jelas Tinton.
Tinton menambahkan, anak muda harus bisa membaca situasi. Semua anak muda harus ada ketangguhan, keuletan, dan daya juang. ”Baca situasi dan hasil riset, lalu bawa ke konteks diri. Evaluasi skill yang relevan. Lihat kapasitas diri, untuk melamar di industri yang potensial,” kata Tinton.
Sementara itu, keahlian yang diminati perusahaan saat ini masih seputar teknologi informasi. Tenaga kerja di bidang IT, seperti software engineering, data, dan produk, masih tinggi. Lalu, bagian operation karena perusahaan beradaptasi dengan kondisi kerja dari rumah. Peluang besar juga di bidang digital marketing.