Festival Aman dari Balik Layar
Karena Covid-19, penyelenggaraan festival besar di Indonesia masih dirancang berwujud tontonan virtual ataupun dari balik kaca mobil. Kalau enggak sabar ingin menonton di luar rumah, bisa menunggu New Live! Experience.
Pertunjukan musik sedang mencari bentuk yang paling pas, yang menyenangkan dan aman bagi musisi, penyelenggara, dan penonton sekaligus. Ada yang berhasil dan ada yang masih gagal. Panggung musik perlu dibunyikan kembali.
Kabar mengejutkan—atau menggelikan—datang dari Sturgis, South Dakota, AS, di akhir pekan lalu. Band rock Smash Mouth bersama grup rock lain tampil di festival bernama Sturgis Buffalo Chip. Itu adalah festival 10 hari berisi ragam wahana bagi para pehobi motor. Musik adalah salah satu sajiannya.
Ketika angka pasien positif Covid-19 di AS melebihi 5 juta orang, keberadaan festival itu menjadi pergunjingan. Tak kurang dari 250.000 pemotor berbondong-bondong datang dan memasang tenda untuk berkemah di area terbuka itu. Mereka dihibur band-band rock lawas, seperti Smash Mouth, Lit, Buckcherry, Drowning Pool, Night Ranger, dan Quiet Riot.
Dikutip dari laporan Consequence of Sound, penyelenggara mengklaim telah mengimbau pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan setempat. Mereka menjanjikan menyediakan penyanitasi tangan di segala penjuru lokasi dan meminta orang-orang mengenakan pelindung wajah.
Namun, yang terlihat dari foto-foto yang beredar pada Minggu (9/8/2020) malam, pengunjung mengabaikan protokol itu. Orang-orang berdesakan di depan panggung ketika Smash Mouth tampil. Nyaris tak tampak satu pun orang-orang kekar berompi kulit itu mengenakan pelindung wajah. Di panggung, vokalis Smash Mouth Steve Harell malah menyemangati penonton, ”Kita berkumpul di sini. Persetan dengan Covid!” Waduh.
Sebelumnya, kecerobohan serupa juga terjadi di pertunjukan musik EDM oleh DJ Borgeous di tepi Danau Ozark di Oklahoma, AS, pada Juli silam. Penonton berjoget-joget berdempetan tanpa ada yang pakai masker. Pemandangan sama juga ada ketika duo elektronika The Chainsmokers tampil di The Hamptons, New York.
Pertunjukan The Chainsmokers itu sebenarnya merupakan konser amal dan berkonsep menonton dari dalam kendaraan masing-masing. Namun, mungkin karena keasyikan, pengunjung malah keluar dari mobilnya dan berkerumun berdekatan, berjoget, dan merekam video dari depan panggung. Otoritas kesehatan New York tengah menginvestigasi kejadian ini.
Di London, Inggris, penyanyi folk Frank Turner tampil di dalam gedung pertunjukan Clapham Grand pada 28 Juli lalu. Gedung berkapasitas 1.250 orang itu hanya terisi 200 orang. Semuanya duduk di kursi, yang disusun sedemikian rupa mempertimbangkan jarak antarorang. Biasanya, pertunjukan musik di gedung itu ditonton sambil berdiri.
Pemerintah setempat menjadikan pertunjukan itu sebagai uji coba menjelang rencana mengidupkan kembali industri pertunjukan musik. Pertunjukan itu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Namun, penegakan aturan kesehatan ternyata berbanding terbalik dengan pendapatan penyelenggaraan pertunjukannya.
”Ini belum bisa menjadi masa depan bagi pertunjukan musik, belum bisa menjamin kelangsungan gedung pertunjukan,” kata Manajer Clapham Grand, Ally Wolf, seperti dilansir BBC.
Sebaliknya, Frank Turner merasa pertunjukan itu adalah penampilan pertamanya yang paling pantas dalam empat bulan terakhir. Namun, dia merasa tidak mendapat energi yang cukup dari penonton lantaran ruangan besar itu seperti melompong.
Turner bersedia main gratis demi pertunjukan uji coba itu. Namun, dia merasa tatanan baru ini tidak ideal. ”Cara ini sepertinya tidak bisa diteruskan karena bisa membuat bangkrut banyak pihak,” ujarnya.
Demi keamanan
Pengalaman Turner, juga kecerobohan di festival Buffalo Chip, memberi gambaran bahwa membesut pertunjukan langsung di masa pandemi ini bukan perkara gampang. Di Indonesia, untungnya, penyelenggaraan festival besar masih dirancang berwujud tontonan virtual maupun dari balik kaca mobil.
Dari Yogyakarta, ada festival seni video bernama Festival Sumonar 2020 yang berlangsung pada 5-13 Agustus. Perhelatan pertama festival ini pada tahun lalu berlangsung di beberapa lokasi di Yogyakarta. Namun menyesuaikan pandemi Covid-19, festival tahun ini dipanggungkan di situs mereka, sumonarfest.com.
Selain menyuguhkan karya-karya video dan permainan cahaya, festival ini juga memanggungkan pentas musik dan teater. Duo pop elektronik Bottlesmoker ”tampil” pada Selasa (11/8/2020) malam dan kelompok teater Papermoon Puppet Theater beraksi malam ini.
Baca juga : Mengalirkan Harapan Lewat Konser Virtual
Bottlesmoker membawakan lima lagu dari bakal album teranyarnya yang bakal dirilis Januari 2021. Mereka berkolaborasi dengan kelompok video mapping bernama Convert Textured dalam menggarap aspek visualnya. Tayangannya begitu memanjakan mata.
Sejatinya, duo Anggung Suherman dan Ryan Adzani ini tidak main secara real time, melainkan menyiarkan yang sebelumnya direkam pekan lalu di halaman belakang toko Loubelle di Bandung. Perekaman itu menerapkan berusaha protokol kesehatan.
”Hanya tim produksi yang hadir di lokasi, cek suhu, dan wajib masker. Cuma waktu perform kami enggak pakai masker. Kami memilih main di ruang terbuka juga,” kata Angkuy, panggilan Anggung. Hanya ada delapan orang di lokasi saat itu. Demi kesehatan dan keamanan, kerjanya jadi lebih efektif.
”Kami memang terbiasa kerja dengan tim sedikit. Untuk perekaman show, sih, cukuplah segitu. Tapi kalau live streaming, perlu ada tambahan orang lagi yang fokus ke situ,” ujar Angkuy. Perekaman itu terbilang lancar walau jadinya kekurangan pendokumentasi.
Hanya tim produksi yang hadir di lokasi, cek suhu, dan wajib masker. Cuma waktu perform kami enggak pakai masker. Kami memilih main di ruang terbuka.
Selama pandemi, duo yang telah berkali-kali tampil di Thailand ini sudah ”manggung” sebanyak 11 kali, sembilan di antaranya pertunjukan virtual atau online. Satu dari dua pertunjukan offline mereka ditonton tetumbuhan dalam konser berjudul Plantasia pada 25 Juli lalu.
Akhir pekan ini, penggemar musik hiphop bisa ”menghadiri” perhelatan Flavs: A Hip-hop, Soul, R & B Festival pada 15 dan 16 Agustus. Penggemar yang telah beli tiket bisa menonton 48 penampil yang disiarkan langsung lewat internet dari empat studio berbeda.
Festival yang dibesut Visicita Network dan Dyandra Promosindo ini menerapkan protokol kesehatan bagi penampil dan kru produksi yang terlibat. Selain mewajibkan penggunaan masker dan pelindung wajah, mereka mengatur alur masuk-keluar kru yang bekerja. Jarak antarindividu dijaga minimal 1 meter.
”Kami berusaha menaati peraturan standar protokol kesehatan secara ketat. Keamanan dan kenyamanan seluruh pihak yang terlibat jadi prioritas utama,” kata Festival Director Flavs M Riza.
Nah, kalau yang sudah enggak sabar ingin menonton di luar rumah, bisa menunggu acara New Live! Experience besutan Berlian Entertainment pada 29-30 Agustus. Mereka bakal bikin festival musik di Parkir Barat JIExpo Kemayoran, Jakarta, yang memanggungkan, antara lain, Kahitna dan Project A (proyek Afghan dan Armand Maulana). Pertunjukan ini ditonton dari mobil.