Tinggalkan Saja Kamar Indekosmu, Ada yang Merapikan
Banyaknya mahasiswa perantau yang pergi meninggalkan indekos di kala pandemi, membuka peluang bisnis baru. Apa itu? Jasa bersih-bersih kamar indekos dan pengepakan barang yang ditinggalkan pemiliknya.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
Perginya para penghuni indekos sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, membuat banyak pemilik indekos gigit jari. Namun, situasi ini juga membuka peluang usaha baru bagi sejumlah mahasiswa yang jeli. Mereka menawarkan jasa pembersihan kamar indekos yang ditinggal oleh penghuninya.
Bulan Juli seharusnya bulan di mana pemilik indekos ”panen” penghasilan. Di bulan inilah biasanya ribuan mahasiswa baru berbondong-bondong mulai mencari indekos. Tahun ini, jangankan ada mahasiswa baru yang mencari indekos, mahasiswa yang lama saja pergi meninggalkan indekosnya.
Yenny, pengurus indekos Muslimah Fahrani di Kelurahan Cirendeu, Ciputat, menceritakan, sejak Maret lalu dari 15 kamar indekos yang ada, hanya satu kamar yang dihuni. Sisanya kosong ditinggal pulang kampung. Meski begitu, kamar yang tidak dihuni ini tetap dibayar sewanya meski tidak penuh.
”Biasanya bayar 1,5 juta per bulan. Tapi sekarang diturunkan jadi Rp 900.000. Otomatis pendapatan pemilik kosan berkurang,” katanya, Selasa (14/7/2020) di Ciputat.
Hal yang sama juga dirasakan banyak pemilik atau pengelola indekos di daerah lain. Demi menunjukkan solidaritas kepada para penghuni yang terdampak pandemi, banyak pemilik indekos memberi potongan harga sewa kamar. Bahkan ada yang membebaskan sewa kamar selama beberapa bulan ke depan.
Saat bisnis indekos lesu darah, justru muncul bisnis baru yang tidak diduga. Novia Rahma (22), mahasiswa akuntansi Universitas Gadjah Mada, melihat peluang itu. Ketika mahasiswa berbodong-bondong pergi meninggalkan indekos, berarti kamar indekosnya tidak ada yang membersihkan.
Novia dan kawan-kawan pun menawarkan jasa merapikan dan mengirim barang-barang milik mahasiswa yang ditinggal di indekos mereka. Ia berbisnis di bawah bendera usaha rintisan bernama Beresin Kosmu.
Novia menjelaskan, ide awal membuat usaha ini berangkat dari permintaan teman-temannya untuk membereskan kamar indekos. ”Penghuni kos sudah kembali ke daerah asal di Pekanbaru, Riau. Ia ingin mengambil barang-barang yang ada di kamar indekos, tetapi tidak bisa. Akhirnya meminta tolong untuk packing dan mengirimkan barang,” jelasnya, dihubungi dari Jakarta, Senin (13/7/2020).
Setelah ia pikir-pikir, jasa untuk merapikan dan mengirim barang-barang indekos sangat dibutuhkan saat ini. ”Sebagian besar mahasiswa yang kuliah di semester akhir, kan, memutuskan kembali ke kota asal sehingga mereka meminta barang-barang dirapikan dan dikirimkan. Tetapi, mahasiswa yang baru masuk kuliah kebingungan karena belum jelas kapan kuliah dimulai. Menyewa kamar kosan cukup mahal, sementara mereka tidak menempati kamar itu,” katanya.
Novia kemudian menawarkan jasa melalui Instagram untuk merapikan dan mengirim barang indekos itu. Dalam waktu 1,5 bulan, ia sudah kebanjiran permintaan untuk membereskan barang-barang indekos. Dalam sehari, ia merapikan satu sampai tiga kamar dengan biaya pengepakan mulai dari Rp 200.000.
”Dalam menentukan harga, kami mengukur jumlah dan ukuran barang. Harga minimal itu biasanya untuk mengangkut pakaian dan tas-tas di dalam boks berukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm. Kalau barangnya lebih banyak, harganya lebih mahal,” ujarnya.
Daripada barang ditinggalkan di kamar indekos yang kosong, lebih baik barang itu dititipkan.
Novia juga menyediakan jasa menyimpan barang-barang. Hal ini untuk memenuhi permintaan konsumen yang kebingungan menyimpan barang mereka selama perkuliahan belum mulai.
”Daripada barang ditinggalkan di kamar indekos yang kosong, lebih baik barang itu dititipkan. Sewaktu-waktu mereka kembali ke Yogyakarta, barang bisa diambil. Ini lebih hemat karena menyewa kamar kos bisa Rp 1.500.000 per bulan, sementara menitipkan barang hanya Rp 100.000 per bulan,” katanya.
Dalam sepekan, Novia bisa mengantongi pendapatan kotor Rp 3 juta. Usaha rintisan ini, menurut Novia, sangat berguna menambah pemasukan. Usaha ini juga telah membuka lapangan pekerjaan. Beberapa orang yang terlibat kebanyakan merupakan mahasiswa yang baru lulus kuliah.
Selama masa pandemi Covid-19, mereka yang kesulitan mendapat pekerjaan. Dengan bergabung pada Beresin Kosmu, anak-anak muda ini mempunyai kegiatan dan pemasukan yang lumayan di saat sulit seperti sekarang.
Tantangan dalam menjalankan usaha ini adalah sebagian barang yang dirapikan merupakan benda berharga. Untuk menghindari kesalahpahaman, Novia meminta pemilik kamar untuk mendata barang-barang berharga sebelum kamar dirapikan. Ke depannya, ia berniat mengembangkan usaha merapikan rumah kontrakan serta jasa mengirimkan kendaraan, seperti mobil dan motor.
Sejauh ini, Syarifah Utami yang biasa dipanggil Ipeh, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Brawijaya, Malang, belum menggunakan jasa pembersihan kamar. Kebetulan ia sempat membungkus kasur dan beberapa barang lainnya dengan plastik sebelum pergi meninggalkan indekosnya di Kota Malang, Maret lalu.
Ia juga menabur banyak kapur barus di lemari, kolong tempat tidur, dan di beberapa sudut kamar. Dengan langkah itu, ia tidak merasa khawatir barang-barangnya di kamar akan berjamur. (TRI)