KKN Daring Jangan Sampai Garing
Tahun ini, rencana mahasiswa untuk mengikuti kuliah kerja nyata di desa-desa ambyar. Mereka harus menyusun kembali program KKN supaya bisa dilaksanakan secara daring.
Rencana pelaksanaan program kuliah kerja nyata atau KKN di tengah masyarakat bagi mahasiswa ambyar gara-gara pandemi covid-19. Meski kecewa kehilangan kesempatan tinggal di desa untuk kegiatan pengabdian masyarakat, para mahasiswa tetap bersemangat. Mereka menggunakan cara baru, KKN secara daring dari tempat masing-masing. Pandemi tak membuat mereka menyerah melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut.
Bagi sebagian besar mahasiswa, kegiatan KKN menjadi salah satu momen yang penuh kenangan. Mahasiswa bukan hanya bakal tinggal di suatu desa selama dua bulan bersama teman-teman sekampus lintas fakultas yang bisa jadi baru dikenal. Masa KKN menjadi wujud nyata pengabdian masyarakat mahasiswa pada masyarakat sesuai ilmu yang dipelajari di bangku kuliah. Banyak kisah yang tercipta dari KKN di desa, dari persahabatan hingga romansa.
Sayangnya, momen KKN yang ditunggu banyak mahasiswa di tahun 2020 ini terpaksa dilakukan secara daring. Kegiatan KKN tetap dilakukan untuk desa, tetapi mahasiswa menjalankannya dari rumah masing-masing. Beberapa perguruan tinggi ada yang mengizinkan maksimal tiga orang dari anggota kelompok boleh datang ke desa binaan, tetapi harus tetap melakukan protokol kesehatan yang ketat supaya tak menulari dan tak tertular virus korona.
Tentu saja sebagian mahasiswa tak bisa menyembunyikan rasa kecewa mereka. ”Dulu, waktu masih SMP dan SMA senang sekali melihat kakak mahasiswa KKN di desa saya. Pikir saya, nanti saya juga akan seperti mereka. Harus tidur di desa selama KKN untuk bantu warga desa,’’ kata Irfan Al Haqiqi, mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang (UM).
Irfan yang dihubungi via telepon pada Sabtu (13/6/2020) menjadi koordinator KKN online mahasiswa UM di Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Cowok itu berasal dari desa di Kabupaten Gresik yang berbatasan dengan Kabupaten Lamongan. Desa-desa di sana kerap menjadi sasaran mahasiswa untuk melakukan KKN.
Kesempatan yang ia tunggu itu ternyata tak terwujud. Keinginan menginap dan merasakan tinggal di desa untuk membantu warga tak kesampaian. Malah, ia hanya berkenalan dan berkomunikasi dengan sesama temannya satu kelompok dari tujuh fakultas lewat Google Meet. ”Enggak jadi tambah kenalan teman dari jurusan dan fakultas lain,’’ katanya sambil terbahak.
Di tempat lain, bayangan I Made Elian, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Solo, bakal melakukan KKN di daerah Riung Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, pada Juli-Agustus nanti terpaksa buyar. Pandemi mengubah rencana indahnya menjadi KKN di sekitar rumah. Padahal Elian bersama teman-teman satu tim bakal menyudahi KKN nanti dengan berlibur di Pulau Dewata.
Dulu waktu masih SMP dan SMA senang sekali melihat kakak mahasiswa KKN di desa saya. Pikir saya, nanti saya juga akan seperti mereka. Harus tidur di desa selama KKN untuk bantu warga desa. (Irfan Al Haqiqi)
”Sudah buat kelompok, mulai usaha untuk cari uang, dan proposal tinggal di-acc oleh kampus. Tapi semua berubah seketika karena pandemi Covid-19. Aku sempat kepikiran mau mundurin KKN di Februari-April supaya tetap bisa sesuai rencana. Tapi mikir-mikir ya ikut saja KKN online karena mau ngejar cepat lulus,” cerita Elian.
Kawannya, Isnindri Annisa Kusumadewi, juga mahasiswa FK UNS, amat kecewa. ”Aku, sih, jujur enggak puas karena KKN sendiri dan enggak belajar hal lain di luar kesehatan. Tadinya mau ikut KKN reguler di desa di Jawa Tengah gitu. Padahal seharusnya dari program KKN ini bisa membantu mahasiwa untuk melatih koordinasi dengan teman-teman yang berbeda profesi yang nantinya dibutuhkan ketika di dunia kerja,” ujar Nisa.
Irfandi Sarana, mahasiswa Teknik Fisika yang juga Koordinator KKN Mahasiswa UNS tahun 2020 Kluster Saintek, menyatakan sebenarnya amat menantikan masa KKN. Ia dan kawan-kawannya sudah mendengar cerita serunya KKN di desa dari kakak kelas.
”Ketika pandemi Covid-19 datang, saya jadi khawatir gimana KKN-nya. Kecewa ya, KKN jadi online, tapi tetap harus diambil karena salah satu syarat mata kuliah wajib kalau mau lulus,” kata Irfandi. Ia kehilangan kesempatan merasakan suasana silaturahmi dan kumpul dengan masyarakat desa.
”Tapi semua harus bisa beradaptasi dengan perubahan ini. Untuk KKN, ya, harus tetap bisa bermanfaat buat masyarakat desa meskipun secara online,” lanjutnya.
Sementara Renaldy Setiabudi, mahasiswa semester enam Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, hanya bisa pasrah. ”Mau bagaimana lagi. Daripada menulari warga tempat KKN, pihak universitas melarang kami datang ke desa binaan,” tuturnya.
Berbagi tugas
Toh, larangan mengadakan KKN temu muka tak menyurutkan para mahasiswa melanjutkan program kerja yang sudah mereka buat. Lantas kayak apa, sih, KKN secara daring yang mereka lakukan?
Sesuai arahan Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikandan Kebudayaan, tema KKN saat ini mengacu kepada upaya menghentikan penularan virus korona. Sebagian kelompok membuat program itu, sebagian lagi mempertahankan program lama, tetapi ditambah program penanggulangan pandemi.
Koordinasi dan teknologi menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan KKN secara daring maupun KKN di sekitar rumah mahasiswa. Keadaan itu terjadi karena banyak mahasiswa memilih pulang kampung saat kampus ditutup dan mengganti kuliah tatap muka dengan kuliah secara daring. Pandemi yang belum jelas kapan berakhir membuat mereka terjebak tak bisa kembali ke kampus masing-masing.
Para ketua kelompok kemudian berinisiatif menghubungi anggotanya untuk rapat secara daring. ”Kelompok saya beranggota delapan orang, yang di Samarinda hanya tiga orang. Lima lainnya pulang ke Pulau Jawa dan Flores. Ya, sudah pertemuannya selalu lewat Google Meet,” tutur Renaldy.
Irfan yang menjadi koordinator kelompok mahasiswa KKN UM di Sengguruh, Malang, juga selalu memakai rapat daring dengan dosen pembimbing KKN dan anggotanya yang berjumlah 19 orang.
”Pembagian tugas saya lakukan lewat grup Whatsapp. Ada teman yang membuat video tentang kondisi Desa Sengguruh. Ada yang membuat laporan harian tentang apa yang kami lakukan dengan kartun. Laporan itu kami unggah di akun Instagram kami,” jelas Irfan.
Sebanyak 24 mahasiswa peserta KKN Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada, Senin (15/6/2020) malam, Unit Desa Loano-Maron ikut rapat virtual yang disiapkan Koordinator Mahasiswa Unit KKN Loano M Yuridenta Aulia Rizkidhana, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi.
Hadir dalam pertemuan daring itu Sudaryatno, dosen Fakultas Geografi yang menjadi dosen pembimbing lapangan KKN dan Direktur Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UGM Irfan Dwidya Prijambada.
Pertemuan daring tersebut jadi ajang perdana mempertemukan semua peserta KKN Unit Loano yang bakal dimulai 29 Juni-Agustus 2020. Mahasiswa tetap bisa menjalani KKN yang jadi salah satu mata kuliah dari jarak jauh. Bahkan, dari peserta ini, hanya Yuridenta yang tinggal di Magelang, Jawa Tengah, pada pekan lalu hadir ke Kantor Desa Loano di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
”Teman-teman sudah di daerah masing-masing. Aku cuma butuh sekitar satu jam naik sepeda motor saja ke lokasi KKN. Aku mampir di kantor desa saja untuk silaturahmi mewakili teman-teman karena KKN kali ini, kan, secara online,” ujar Yuridenta.
Pertemuan di udara itu untuk memaparkan program kerja daring yang bakal dilakukan di Desa Loano dan Desa Maron. Program kerja tetap fokus untuk membantu Loano yang bersiap jadi desa wisata budaya. Secara bergantian, penanggung jawab kluster memaparkan program kerja yang bermanfaat bagi masyarakat setempat, tetapi yang bisa dilaksakan secara daring.
Irfan Dwidya mengatakan, pandemi Covid-19 membuat program KKN-PPM mahasiswa UGM yang semestinya tinggal di desa tidak bisa dilaksanakan. ”Kami mencoba berbicara ke pihak desa, membicarakan model KKN online, ternyata mereka bisa memahami. Pihak desa paham dan menyambut baik,” ujar Irfan.
Program pribadi
Selain program bersama, mahasiswa juga membuat program pribadi sesuai keilmuan. ”Aku berencana buat video sosialisasi cara menyikat gigi dan waktu yang benar. Nanti video bakal dishare di WA Group desa. Masyarakat juga bisa konsultasi nanti,” kata Yuriedenta.
Diva Tania mewakili mahasiswa kluster sosial humaniora berencana meningkatkan kemampuan berkomunikasi pramuwisma di Desa Loano sebagai persiapan jadi desa wisata budaya. Desa Loano punya situs sejarah berkait penyebaran Islam di Kulonprogo dan peninggalan bersejarah lainnya. Ada juga program penyuluhan cara mendampingi belajar yang menyenangkan di rumah untuk orang tua yang punya anak TK dan SD.
Yuridenta menjelaskan, ada tiga program besar di KKN Loano yang dikerjakan sesuai kebutuhan desa. Mahasiswa KKN UGM sebelumnya sudah membuat rancangan peraturan desa yang nanti bakal dibutkan naskah akademiknya di KKN online ini. Ada pula permintaan untuk membantu pembuatan buku sejarah desa supaya terdokumentasi dengan baik serta membantu sejumlah kasus pertanahan yang dihadapi masyarakat.
Aku berencana buat video sosialisasi cara menyikat gigi dan waktu yang benar. Nanti video bakal dishare di WA Group desa. Masyarakat juga bisa konsultasi nanti. (Yuridenta)
Elian yang mengamati lingkungan sekitarnya yang tidak jauh dari Pantai Sanur, Bali, membuat program edukasi masyarakat dengan membuat pamflet dan video untuk bisa mencegah penularan Covid serta menyediakan bantuan sarana cuci tangan dan pembagian hand sanitizer. Sementara Nisa fokus sosilisasi pencegahan Covid-19 pada warga di kompleks perumahan di Bogor.
Ia membuat pamlet petunjuk gaya hidup sehat, membagi masker dan hand sanitizer. Mahasiswa UM Malang yang KKN di Sengguruh menyiapkan 100-an masker dan hand sanitizer dan stiker anjuran memakai masker yang mereka buat untuk para warga. Seenatar mahasiswa Universitas Mulawarman membuat poster cara mencuci tangan yang benar agar terhindari dari virus korona dan program lain.
Apa pun dilakukan mahasiswa demi membantu warga desa dan melakukan kewajiban dalam studi mereka. Kelak, ketika pandemi korona berlalu, mahasiswa UM dan Universitas Mulawarman akan tetap mengunjungi warga desa tempat mereka melakukan KKN daring tadi.