Melalui video berdurasi singkat, TikTok, kita bisa menyampaikan pesan lebih bermakna kepada warganet. Bukan sekedar berjoget bersama, video singkat bisa menjadi tempat berbagi ilmu.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA/DENTY PIAWAI NASTITIE
·5 menit baca
TOFIK ROZAQ UNTUK KOMPAS
Peserta merekam video singkat untuk TikTok saat mengikuti gim dalam acara ulang tahun Kompas Muda Ke-13 di Kompas Institute, Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, Sabtu (15/2/2020).
Saat ini, hampir semua orang mengenal TikTok, video berdurasi singkat yang bisa diisi segala macam konten. Bukan sekedar konten orang berjoget sambil mengikuti irama musik asyik, kini platform video singkat itu menjadi media berbagi ilmu.
Setiap tanggal 10 Juni diperingati sebagai Hari Media Sosial untuk mengajak masyarakat mengisi hal-hal yang lebih positif di medsos. Data dari We Are Social menyebutkan, pada Januari 2020, pengguna media sosial di dunia sebanyak 3,8 miliar pengguna, sedangkan di Indonesia sebanyak 160 juta pengguna. Jumlah pengguna di Indonesia meningkat sebanyak 8,1 persen atau 12 juta pengguna, pada rentang waktu April 2019-Januari 2020.
Tahun 2019, We Are Social menyebutkan TikTok merupakan media sosial dengan pengguna yang cukup besar, sebesar 800 juta pengguna aktif setiap bulannya. Sebagian besar pengguna, atau sekitar 500 juta berasal dari China, sisanya sekitar 500 juta dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Untuk melihat keseruan TikTok di Indonesia mungkin bisa dilihat di akun Instagram @ tiktokofficialindonesia. Kita bisa mencari hiburan dari video-video pendek kiriman warganet. Banyak video lucu yang menghibur. Ada juga pesan serius yang disampaikan dengan cara yang lucu. Salah satunya video dari @prinsamandagie tentang anak muda tahun 2000-an yang mengakses internet dari warnet. Seorang cewek berambut panjang mengakses internet untuk membuka games.co.id yang ngehits di jaman itu. Unggahan video itu diberi keterangan, ”Pengen ngumpulin seberapa banyak yang masi inget ASL PLS di sini.” Reaksi warganet lumayan juga, jadi banyak yang mengenang keberadaan warnet di awal 2000-an.
Awal bulan ini, TikTok menggelar kompetisi video #BerbagiIlmu. Kompetisi bagi semua pengguna untuk saling berbagi ilmu pengetahuan di berbagai bidang, termasuk pengetahuan umum, bahasa asing, kuliner, fitness dan kesehatan, mode, teknologi, serta tips-tips kehidupan sehari-hari.
Pengguna medsos bisa berbagi ilmu apa saja lewat video sepanjang 15 detik sampai 1 menit. Dari mulai mode, olahraga, sampai resep masakan. Supaya tak membosankan, hampir semua video dikemas dengan cara yang unik. Misalnya, akun @queerkunoichi yang membuat resep masakan anime dengan bahan tofu. Dia pun menyajikan resepnya seperti dialog di film animasi, dengan iringan musik, cara bicara yang cepat dan bersemangat, video itu jadi lebih menarik.
Selain video berbagi ilmu, banyak juga pengguna medsos yang membuat konten-konten positif. Amanda Farliany (36) adalah kreator konten TikTok yang mengunggah konten Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) sejak Februari tahun ini. Sejauh ini, akun Amanda telah memiliki sekitar 20.200 pengikut.
”Saya ingin masyarakat mengerti Bisindo agar mudah berkomunikasi dengan teman tuli seperti saya. Saya memang ingin menyetarakan kelompok difabel dengan masyarakat apalagi teman-teman tuli suka minder dan kurang percaya diri,” kata Amanda, ketika dihubungi di Jakarta, Senin (8/6/2020).
Amanda menyoroti antusiasme pengikutnya yang memberikan komentar positif atas video-videonya. Ini karena mereka dapat belajar dengan menyenangkan cukup dengan video satu menit yang disertai teks dan musik yang menarik. ”Penonton jadi lebih mudah memahami dan meniru. Saya juga jadi semangat bikin video lagi,” tuturnya.
Tidak hanya masyarakat awam, pesohor di Tanah Air juga mulai menggunakan TikTok sebagai kanal komunikasi dengan penggemar selain platform lainnya, seperti Instagram, Facebook, Twitter atau Youtube. Motivator Merry Riana mulai aktif menggunakan TikTok selama beberapa bulan terakhir di mana akunnya mempunyai 165.000 pengikut.
”Dulu, orang-orang menganggap aplikasi ini alay dan tidak berguna. Padahal, kalau kita mau memahami TikTok, artinya kita relevan dan mampu membuat konten yang kekinian sesuai dengan perubahan zaman,” ucapnya.
KOMPAS/Dokumentasi Pribadi
Merry Riana dan sukarelawan membagikan makanan untuk masyarakat terdampak Cobid-19. Merry membuat konten inspiratif yang memberikan berbagai macam motivasi melalui TikTok.
Melalui akunnya, Merry Riana berniat membuat konten-konten yang menginspirasi. Ia misalnya membagikan tips hidup sederhana untuk membeli sesuatu dengan membedakan konsep kebutuhan dan keinginan. Video seperti cara tepat memberikan tiga jenis salam di tengah pandemi juga diunggah dan disaksikan lebih dari 1,9 juta orang.
Namun, ia menyadari ada tantangan agar bisa membuat video kreatif dan menarik tetapi tetap edukatif di TikTok. ”Biasanya yang menarik minat anak-anak muda adalah video dengan durasi 15-30 detik. Jadi, saya berusaha membagikan pesan yang singkat, berguna, dengan cara fun agar tidak bosan,” ujar Merry Riana.
Salah satu pengguna aplikasi TikTok, Fergie Vionita Lewier (24), mengunduh aplikasi ini sudah beberapa bulan terakhir. Semula ia tertarik melihat video-video yang lucu dan menghibur. Namun, dirinya kini semakin tertarik melihat konten mendidik, seperti cara mempelajari bahasa Korea.
”Aku senang melihat video belajar bahasa Korea karena pendek dan mudah dipahami. Menurut aku ini sangat menarik dan membuat belajar bahasa asing menjadi lebih mudah,” ujar perempuan asal Fakfak, Papua Barat, ini yang kerap menonton saat memiliki waktu luang.
Ekspresi diri
Head of Users and Content Operations TikTok Indonesia Angga Anugrah Putra menuturkan, TikTok merupakan platform bagi semua orang yang ingin mengekspresikan diri. ”Ini adalah platform inklusif bagi pengguna yang hadir dengan memberikan tempat untuk bisa saling terhubung dan menyemangati. Karena itulah konten di TikTok semakin beragam,” tuturnya.
TikTok juga mendorong agar konten-konten positif semakin banyak. TikTok, misalnya, bekerja sama dengan Kemendikbud dalam program #SamaSamaBelajar untuk menyebarkan materi belajar di masa pandemi. Program ini telah ditonton lebih dari 4,8 miliar kali dengan topik seperti teknologi, bahasa asing, kesehatan, kebudayaan, matematika, hingga tips menarik.
TikTok Indonesia mencatat, 22 miliar views setiap bulan di mana demografi penggunanya didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z. ”Pada akhir 2019, data kami menunjukan konten terpopuler di TikTok saat ini berasal dari segmen komedi, vlog, fashion, dan beauty. Menariknya, konten edukatif juga menjadi salah satu yang paling diminati sekarang,” kata Angga.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Peluncuran program ”Sama-sama di TikTok” dilakukan di Jakarta, Jumat (28/2/2020). Program ini mendukung para kreator konten untuk berkreasi dan berekspresi. Program ini juga merayakan keberagaman konten yang ada di platform tersebut.
Di luar negeri, spektrum penggunaan aplikasi yang dikembangkan oleh ByteDance Ltd ini malah telah meluas berkat beragam fitur yang dimiliki. CNN melaporkan, pengunjuk rasa gerakan #blacklivesmatter di Amerika Serikat menggunakan TikTok sebagai alat untuk memberikan advokasi sosial, tips berunjuk rasa aman, dan sosialisasi tentang ketidakadilan rasial.
Perusahaan-perusahaan besar juga menggunakan aplikasi ini sebagai wadah untuk dekat dengan audiens. The Atlantic menulis, The Washington Post mempekerjakan seorang ahli aplikasi TikTok untuk memperkuat misi jurnalistik koran dan menarik pembaca baru.