Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Mei. Meski tak bisa merayakannya dengan aksi nyata, Teens Go Green menggelar diskusi virtual untuk menyalakan semangat cinta lingkungan.
Oleh
Maria Susy Berindra
·4 menit baca
Masa pembatasan sosial tidak menyurutkan langkah aktivis lingkungan untuk terus bergerak. Mereka mengkampanyekan gerakan cinta lingkungan melalui media sosial dan acara webinar. Antusias anak muda menyambut kegiatan hijau melalui virtual cukup besar.
Untuk memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia yang jatuh pada 22 Mei, komunitas Teens Go Green (TGG) menggelar webinar, Jumat (15/5/2020). Untuk kegiatan TGG Talks 5 ini mengambil tema Our Solutions Are In Nature: Inspirasi dari para Penggiat Keanekaragaman Hayati. Webinar yang digelar pada sore hari ini cukup mengundang minat anggota komunitas dari berbagai daerah. Saat itu, ada sekitar 90 peserta yang bergabung di acara tersebut.
Teens Go Green merupakan komunitas pencinta lingkungan yang beranggotakan anak-anak muda usia 15-24 tahun. Komunitas ini terbentuk sejak tahun 2007 dan sudah melaksanakan banyak program terkait lingkungan. Saat ini, mereka sedang mengembangkan keanggotannya ke beberapa daerah.
Selama dua jam, webinar menghadirkan pembicara Manajer Konservasi Seaworld Ancol dan Ocean Dream Samudra Ancol drh Yus Anggoro Saputro, Staf Edukasi dan Outreach Yayasan Kehati Ahmad Baihaqi, Anggota Biodiversity Warriors Banyumas Ari Hidayat, Koordinator Jakarta Birdwatcher’s Society Ady Kristanto. Moderator acara, Harini Ambarwati, Divisi Pendidikan TGG, mempersilahkan peserta mengajukan pertanyaan melalui forum chat.
Yus Anggoro mengungkapkan mengenai bagaimana Ancol Taman Impian mendukung keanekaragaman hayati di Jakarta. Salah satu program yang berlangsung sejak tahun 2018 adalah Restorasi Kerang Hijau.
“Kami melihat kondisi dasar laut di ancol, kita bisa liat ada beberapa biota, liat ada permukaan dasar laut yang tertutup lumpur, dan batu. Kami melihat ada sedikit pertumbuhan kerang hijau yang memiliki peran vital, mampu memfiltrasi air laut,” kata Yus.
Yus menjelaskan, salah satu upaya yang dilakukan adalah menyediakan media tumbuh supaya kerang hijau dapat menempel. Beberapa cara yang dilakukan dengan pembuatan rooster beton, penebaran kulit kerang hijau dan membuat ram kawat sebagai wadah kerang hijau.
“Di danau monumen ancol, kurang lebih ada 110 juta liter air laut sehingga butuh 458 ton kerang hijau untuk filtrasi air. Kita enggak bisa beli, tetapi kita bisa menumbuhkan kerang hijau supaya air laut menjadi bersih,” kata Yus.
Sejak tahun 2018, Ancol meletakkan 1.610 kilogram kerang hijau dan 130 rooster beton. Hasilnya, saat ini tumbuh 2.672 kilogram atau 130.000 kerang hijau. “Saat ini, biota laut bisa hidup dengan banyaknya kerang hijau,” ujar Yus.
Dalam program ini, Ancol juga melibatkan komunitas-komunitas lingkungan yang sebagian besar merupakan anak muda. Harapannya, program ini bisa disosialisaikan lebih luas lagi.
Media sosial
Perkembangan digital yang semakin cepat memberi peluang kepada komunitas lingkungan untuk bearktivitas. Mereka memaksimalkan internet dan media sosial untuk mensosialisasikan program-programnya.
Ahmad Baihaqi atau Abay memaparkan berbagai kegiatan Biodiversity Warriors (BW) yang dibentuk oleh Yayasan Kehati. Komunitas ini menggandeng anak muda untuk mempopulerkan keanekaragaman hayati dari segi keunikan dan pelestarian melalui aksi nyata maupun dunia maya.
Abay mengatakan, BW Kehati dibentuk mulai 18 Juni 2014 di Jakarta, dan terus berjejaring sampai ke berbagai daerah. “Kami memberikan kesempatan kepada semua anak muda bisa memajang foto dan artikelnya di website dengan memakai tanda pagar #BWKEHATI. Mereka juga bisa saling bertukar informasi,” kata Abay.
Selain itu, melalui media sosial, BW Kehati membuat tantangan-tantangan seru. Misalnya, tantangan Hug and Kiss A Tree yang diselenggarakan pada Januari 2020. Selain itu, ada lomba foto dengan tema membuang sampah pada tempatnya merupakan gaya hidup, serta lomba penulisan esai untuk memperingati Hari Air Sedunia.
Setelah anggota BW Kehati memiliki 1.000 poin yang dikumpulkan dari foto dan tulisan, mereka bisa mengikuti BW Journey. Kegiatan aksi nyata itu untuk mengidentifikasi keanekaragaman hayati, pengembangan kapasitas dan edukasi.
Sementara itu, Ady Kristanto mengungkapkan mengenai berbagai keanekaragaman hayati yang tersisa di Jakarta. Jakarta Birdwatcher\'s Society merupakan komunitas yang mengamati burung.
"Banyak yang menarik keanekaragaman hayati. Lalu, apakah kawasan di DKI Jakarta atau urban lainnya akan menjadi hutan beton atau pertahankan ruang terbuka hijau. Seperti saat ini, keberadaan elang bondol yang jarang sekali. Kta harus ke Kepualuan Seribu yang tengah untuk bisa menemukan elang bondol," kata Ady.
Ady berharap lebih banyak komunnitas yang bisa mengkritisi pemerintah terkait dengan ruang terbuka hijau yang harus diperbanyak. "Semakin hijau lingkungan perkotaan semakin bagus, sirkulasi udara baik, dengar kicau burung kayak terapi," kata dia.