Banyak cara yang dilakukan mahasiswa di masa pandemi Covid-19 ini. Mereka mencari berbagai hiburan melalui daring maupun mencoba resep-resep baru.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU/DENTY NASTITIE PIAWAI
·5 menit baca
Beragam cara dilakukan mahasiswa untuk membunuh rasa bosan selama pandemik Covid-19. Beberapa orang yang semula tidak suka memasak jadi sering masuk ke dapur. Ada juga yang memilih untuk menonton film, mendengarkan musik, atau mempelajari hal baru seperti bercocok tanam. Apa pun dilakukan untuk membuat hati senang dan tenang.
Ketika pertama kali kampus memberlakukan kuliah secara daring, Wilanti Siti Maulidina (23), mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Padjadjaran, Bandung, masih merasa tenang dan bisa produktif belajar. Namun, lama-kelamaan dia merasa bosan karena aktivitas terbatas di dalam rumah. Akhirnya, Wilan mengakali situasi dengan hiburan baru.
”Aku yang sebelumnya enggak bisa masak jadi belajar masak. Aku juga sering nonton drama Korea, olahraga, bercocok tanam, dan main Tiktok supaya tidak bosan,” katanya dihubungi dari Jakarta, Senin (13/4/2020).
Wilan mencoba berbagai menu dan jenis masakan di dapur, mulai dari membuat puding, kopi dalgona, hingga masakan Sunda, seperti gepuk, nasi liwet, dan beragam jenis sambal. Kegiatan memasak itu dilakukan bersama ibunya yang juga terpaksa bekeja di rumah karena wabah Covid-19.
Belajar memasak dengan panduan resep dari internet juga dilakukan Mario Nathaniel Liandar yang saat ini tengah menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru di luar negeri. ”Awalnya, cuma tertarik nonton video masak di internet selama stay at home. Ternyata menarik juga untuk mencoba. Yang simpel aja, pakai bahan-bahan yang ada di rumah, seperti roti dan telur,” ujar Mario yang tinggal di apartemen di Jakarta bersama keluarganya.
Nah, Mario pun mesti paham bahan-bahan yang ada di resep supaya dia tahu ada di kulkas atau tidak. Tentu saja, sang ibu jadi tempat bertanya Mario. Dia pun jadi belajar mengiris bawang dan cara memasak makanan yang enak.
Mario mengaku bentuk makanan olahannya sih sering tidak mirip dengan di gambar resep. ”Tapi aku yakin rasanya sih mirip,” ujar Mario tertawa. Alhasil, dia belum percaya diri mengunggah foto hasil masakannya ke media sosial. Dia pun menjadi koki dadakan.
Sayangnya, enggak semua usahanya bisa mulus. Ketika hendak membuat garlic bread, dia sempat bingung karena di rumah tidak ada alat panggang. Mario pun berkreasi memakai teflon datar yang diletakkan di atas kompor. Dia belum mengerti cara memagang yang benar. Alhasil, saus bawang dan keju tidak ditaruh di atas roti yang mau dibakar, tetapi di bawah roti yang langsung mengenai teflon.
”Saya belum ngerti waktu itu. Jadinya, gosong deh. Ada kerak keju di roti dan teflon. masih bisa dimakan,” ujar Marli.
Tak bisa keluar rumah bukan tidak menghentikan Marli mencari hiburan dari hobinya selama ini. Meski tak bisa hunting foto di luar rumah, Mario tetap menikmati fotografi sebagai hiburan di kala harus terkurung di apartemen. Dia memotivasi diri dengan menantang dirinya membuat satu foto selama 30 hari. Di media sosial, ada beragam foto mulai dari foto diri, tumpukan pakaian, hingga foto gedung tinggi.
”Untuk motivasi diri aja supaya tetap semangat. Jujur, sampai saat ini belum bosan sih di rumah,” ujar Mario yang juga sibuk belajar untuk tes masuk perguruan tinggi dalam negeri.
Menikmati waktu
Sementara itu, Amanda Rizky Ayuningtyas, mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang Universitas Diponegoro, Semarang, yang masih bertahan di asrama kampus, mencoba menikmati tinggal di asrama dengan berbagai kegiatan. Waktu luang yang lebih banyak dimanfaatkan Amanda untuk membaca buku dan nonton film.
”Aku berasa punya me time. Waktu kuliah masih normal dan sibuk kegiatan organisasi, rasanya sulit cari waktu luang. Jadi nikmati saja nonton film dan mengeksplorasi hal-hal yang aku minati di internet,” kata Amanda.
Anita Ayu Cahyani (22), mahasiswa Jurusan Teknik lingkungan UPN ”Veteran” Yogyakarta, mengurangi rasa cemas dan membunuh bosan dengan berusaha tetap produktif di rumah. Ia belajar masak atau nonton film. Baginya, kegiatan untuk membunuh bosan itu sangat penting karena selama ini Anita tergolong mahasiswa yang aktif di luar rumah. Ia sering bertemu dan nongkrong dengan teman-teman.
Bersama teman-temannya, Anita juga sering main tebak-tebakan gambar secara melalui aplikasi Gartic. ”Kalau lagi main Gartic, kami biasanya sekaligus tatap muka menggunakan Zoom. Jadi asyik, bisa sambil bercanda. Biasanya kalau lagi kumpul bisa 15 orang,” ujarnya.
Kadang-kadang, Anita juga ke teras rumah dan ngobrol dengan tetangga. Meski bertemu tetangga, ia berusaha tetap menjaga jarak fisik untuk mengurangi penyebaran virus korona baru. Menurut Anita, kunci mengatasi rasa bosan adalah tetap aktif melakukan kegiatan dan menjalin komunikasi dengan orang lain yang merasakan hal yang sama.
Asta Dewanti, konselor dan pendiri @adadikamu, mengatakan, keharusan melakukan segala aktivitas di rumah di awal-awal umumnya orang-orang merasa baik-baik saja. Tetapi, lama-lama bisa membuat stres karena ada perubahan besar yang harus dialami.
”Banyak hal berubah karena lingkungan dan cara kita berkomunikasi. Kita jadi merasa cemas dan mudah berprasangka,” ujar Asta.
Menurut Asta, kita harus menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa memegang kendali atas kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi. Namun, tiap orang punya pilihan untuk menciptakan kondisi yang mendukung kesehatan mental. Sebab, hal-hal emosional yang kita alami adalah ciptaan kita sendiri.
”Segera sadari hanya kita yang bisa melepaskan dari jeratan emosi ini. Kerjakan aktivitas yang bermakna dan membuat diri kita berharga dengan penuh kesadaran dan welas asih. Temukan hal-hal baik dari kondisi saat ini yang kita jalani,” papar Asta
Selain itu, berfokuslah pada kesempatan, kapasitas diri, dan nilai-nilai baru yang muncul dari proses pembelajaran ini . Temukan titik yang membuat kita seimbang. Pastikan saat kondisi berat ini berakhir kita bisa tumbuh di atasnya dengan bijaksana.