Kisah Papermoon Puppet Theatre yang Tak Bersuara
Wabah Covid-19 mengubah gaya hidup banyak orang. Salah satunya dalam mencari hiburan supaya tak bosan di rumah. Papermoon Puppet Theatre menghadirkan hiburan yang tak biasa.
Pada Rabu (18/3/2020), sebuah unggahan foto berwarna coklat tua muncul di Instagram milik Papermoon Puppet Theatre. Di bawahnya tertulis, Papermoon Puppet Theatre mempersembahkan pertunjukan virtual pertama bertajuk (In Your Pocket) Story Tailor.
Teater boneka asal Yogyakarta itu rupanya mengundang penonton yang sedang bosan menjalani pembatasan sosial di rumah akibat Covid-19 untuk menonton pertunjukan mereka. Ini bukan pertunjukan biasa. Penonton bisa mengusulkan satu tema cerita sesuai keinginan.
Dari tema usulan penonton, Papermoon Puppet Theatre akan menjahitnya dengan dua tema lain menjadi sebuah pementasan pendek selama 5-7 hari. Pementasan ini akan direkam dan dikirimkan langsung ke ponsel penonton. Penonton bisa menikmati pertunjukan seni hanya dari rumah.
Ide yang menarik itu menarik minat Kompas Muda untuk mencobanya. Kami menghubungi kontak pemesanan tiket yang dibuka selama 19-22 Maret 2020. Perwakilan Papermoon Puppet Theatre membalas dengan mengirim format pemesanan cerita dan panduan pembayaran tiket.
Setelah memilih beberapa tema yang sedang ngetren, kami memesan cerita pementasan dengan tema kegelisahan atau kecemasan (anxiety). Setelah mentransfer uang sebesar Rp 100.000 untuk satu pertunjukan, dengan setia kami menunggu video itu dikirim via Whatsapp yang dijanjikan akan tersedia pada 27-29 Maret 2020.
Pada 28 Maret 2020, sebuah pesan Whatsapp muncul dari Papermoon Puppet Theatre. Isinya adalah sebuah video berisi pertunjukan boneka sepanjang 2 menit dan 29 detik. Dengan rasa penasaran dan gembira, kami langsung membuka video itu.
Kisah dimulai dengan iringan musik biola. Di sudut video tampak sebuah boneka berwarna coklat sedang duduk di sebelah kanan panggung. Di depannya tersedia satu gelas minuman dari kaleng, satu teko kaleng, dan beberapa botol minuman lusuh di atas meja.
Tanpa berkata apa-apa, boneka coklat itu menepuk dada dan mengangkat gelas untuk minum. Namun, ia kemudian menyadari, gelas, teko, ataupun botol di depannya telah kosong. Seolah kecewa, ia kemudian menengadahkan kepalanya ke atas untuk merenung.
Tak lama, boneka kedua berwarna putih dengan ukuran lebih kecil muncul dari sisi kiri panggung. Lampu cahaya panggung juga fokus menyorotinya sehingga keberadaan boneka coklat menjadi terabaikan.
Boneka putih ini sedang asyik menyirami tanaman di rumah sambil bersenandung riang. Setelah ia selesai menyiram tanaman, hujan deras datang tiba-tiba, yang membuat boneka putih berteriak penuh keseruan. Ia kemudian menghilang dari panggung.
Selama kejadian itu, boneka coklat hanya menatap kosong tanpa mengatakan apa-apa. Cahaya kemudian kembali menyoroti boneka coklat. Terlihat ia mengangkat gelasnya lagi untuk melihat apakah minumannya benar-benar telah habis.
Ketika sadar gelasnya benar-benar kosong, boneka coklat akhirnya hanya kembali menatap kosong ke atas. Cahaya pun meredup hingga layar menjadi gelap.
Baca juga : Papermoon Gelar Pertunjukan Virtual
Cerita orang
Direktur Artistik Papermoon Puppet Theatre Maria Tri Sulistyani mengatakan, kegiatan (In Your Pocket) Story Tailor dapat menjadi hiburan bermakna bagi penonton di tengah karantina mandiri dan pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Antusiasme penonton pun tinggi.
Hanya dalam wakut kurang 12 jam setelah pengumuman, lebih dari 100 tema dipesan oleh penonton sehingga mereka menutup pemesanan pada hari pertama. Menurut rencana, pemesanan gelombang kedua akan dibuat pada akhir minggu ini.
”Pementasan menjadi spesial karena pesanan semua orang dibuat sendiri-sendiri, kemudian dikirim satu per satu. Mereka kebanyakan memesan cerita bertemakan cinta,” tutur Maria ketika dikonfirmasi dari Jakarta, Selasa (31/3/2020).
Sejak berdiri pada 2006 di Yogyakarta, Papermoon Puppet Theatre punya misi menghidupkan setiap hal dalam dunia melalui bentuk seni. Mereka juga mengambil latar tempat yang tidak biasa untuk pentas guna menarik minat masyarakat luas.
”Papermoon ingin mengangkat cerita-cerita yang tidak terdengar, baik itu cerita keseharian atau cerita tentang sekeliling orang. Kami memang sengaja memilih cerita-cerita tidak terdengar dan mungkin itu yang menjadi kecenderungan kami sampai hari ini,” kata Maria.
Kecemasan
Meskipun memiliki tema, video pementasan virtual dari Papermoon Puppet Theatre tetap membutuhkan interpretasi. Hal ini karena boneka-boneka tersebut tidak memiliki nama ataupun dialog. Penonton bebas mengartikan karakter dan makna cerita dalam video.
Untuk video pesanan Kompas Muda, tema yang dipesan adalah kecemasan, meskipun terlihat ada tema lain yang bisa ditarik, seperti penyesalan, perenungan, atau bahkan lingkungan. Pilihan tema ini karena isu ini pasti tidak asing di kalangan anak muda, apalagi remaja.
Kegelisahan atau kecemasan adalah gangguan kesehatan mental yang diderita banyak orang. Masalah kecemasan di dunia nyata juga dialami oleh Flavia Alma (18), pelajar kelas XII SMA Saint John\'s Catholic School, BSD City, Serpong, Tangerang Selatan. Kecemasan yang Flavia biasanya rasakan adalah ketakutan untuk bertemu orang baru.
”Aku takut kalau enggak bisa meninggalkan kesan pertama yang baik ke orang-orang. Tetapi, untung gugupnya enggak parah, cuma gugup biasa. Setiap aku merasa gugup, aku berusaha menenangkan diri agar tidak gugup dengan menarik napas dalam,” tuturnya.
Pementasan menjadi spesial karena pesanan semua orang dibuat sendiri-sendiri, kemudian dikirim satu per satu. Mereka kebanyakan memesan cerita bertemakan cinta.
Psikolog remaja Sukma Prawitasari mengatakan, kecemasan biasanya timbul karena adanya proses pemahaman mengenai suatu hal yang belum sempurna dari berbagai sudut pandang. Kecemasan bisa dirasakan orang dari segala usia, bahkan sejak dari dalam kandungan.
”Kecemasan itu baik apabila kita miliki. Manusia normal wajib memiliki kecemasan, seperti cemas saat mau ujian. Artinya, kita paham, ujian itu adalah hal yang penting untuk masa depan kita. Jadi, kita akan menyiapkannya sebaik mungkin,” kata Sukma.
Ia melanjutkan, kecemasan akan membentuk kepribadian seseorang ketika dewasa. Apabila tidak dikelola dengan baik, kecemasan dapat memberi dampak negatif pada kepribadian dan menyebabkan kekeliruan perilaku.
”Kecemasan dalam kepribadian misalnya sikap overthinking, bahkan sebelum melakukan sesuatu. Contoh lain adalah, ketika orang lain memuji kinerjanya, dia tidak percaya. Jika dilanjutkan, orang itu tidak akan tahu bagaimana mencintai dan menghargai dirinya sendiri,” ujar Sukma.
Oleh karena itu, tuturnya, orangtua perlu membekali anak-anaknya dengan mindfulness atau kesadaran atas status pikiran dan emosi diri sendiri. Ketika telah menyadarinya, anak itu akan menyadari solusi terhadap emosi tersebut atau, jika tidak ada solusi, berkonsultasi dengan orang dewasa.