Sebagian mahasiswa di Jakarta tidak terlalu khawatir dengan penyebaran virus korona. Mereka mempunyai cara untuk mencegahnya, yaitu dengan menjaga kebersihan dan mengonsumsi makanan sehat.
Penyebaran virus korona (SARS-CoV-2) pemicu penyakit Covid-19 di Indonesia menimbulkan keresahan dan kekhawatiran di tengah masyarakat. Namun, sejumlah mahasiswa di Jakarta menolak untuk terbawa arus informasi yang salah yang menciptakan kepanikan berlebihan. Beberapa kampus juga melakukan kegiatan pencegahan penyebaran virus korona.
Angela Aneke Putri (22), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (UAJ), mengaku tidak panik mendengar berita penyebaran virus korona di Indonesia. Ia telah membekali diri dengan pengetahuan yang cukup mengenai karakter virus dan perkembangan kasus di dalam serta luar negeri.
”Aku riset informasi dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan kanal berita resmi. Jadinya aku tahu, tingkat kematian akibat virus itu masih rendah ketimbang virus lain. Bahkan, ada kasus mereka sembuh, jadi aku percaya bisa sembuh dengan teknologi yang ada,” tutur Angela di Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Angela menyayangkan kepanikan yang muncul di tengah masyarakat. Apalagi, tindakan itu berujung pada sikap diskriminasi kepada dua warga yang terkena Covid-19 meskipun mereka telah berinisiatif untuk melapor diri.
”Ketika kita sudah well-informed, kita tidak akan panik. Orangtua aku sempat panik dan meminta aku beli masker dan cairan antiseptik karena aku nge-kos di dekat kampus di BSD. Tapi aku tidak mau karena sudah mendapat banyak informasi,” katanya.
Menurut Angela, dirinya cukup menerapkan gaya hidup sehat agar imunitas tubuh tetap terjaga. Ia menerapkan etika menutup mulut dan hidung dengan siku ketika batuk atau bersin, memakai masker hanya ketika sakit, serta mengonsumsi makanan bergizi.
Sebagai anggota Global Active Student Association UAJ, Angela dan teman-temannya berdiskusi mengenai kasus Covid-19. Mereka juga berbagi informasi soal virus korona dan langkah pencegahan terinfeksi virus di kawasan kampus.
Wilson Tanuwijaya (21), mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UAJ, menambahkan, dirinya juga tidak merasa panik dalam menanggapi kasus Covid-19. Dia tetap beraktivitas seperti biasa di kampus.
”Untuk penanganannya, mungkin agar lebih bersih. Aku selalu membawa tisu basah, tisu kering, dan hand sanitizer, bahkan sebelum kasus virus korona,” katanya.
Hal senada disampaikan mahasiswa Ilmu Komunikasi London School of Public Relations Jakarta, Epihania Evangelistha dan Tiara Kania. Mereka tetap beraktivitas seperti biasa. Pada Kamis (5/3/2020), misalnya, kedua mahasiswa ini tetap datang ke kampus untuk mengisi kartu rencana studi.
Epihania mengatakan punya kekhawatiran terinfeksi virus korona. ”Khawatir pasti ada, tetapi tidak panik berlebihan. Saya yakin, selama bisa menjaga kesehatan dan sebisa mungkin mencegah tertular virus, saya yakin baik-baik saja,” ujarnya.
Untuk mencegah terpapar virus, Tiara berusaha makan teratur, minum banyak air putih, minum vitamin, dan madu untuk menjaga imunitas. ”Saya juga sebisa mungkin pakai masker untuk menjaga kesehatan. Kita, kan, tidak tahu kapan virus masuk ke tubuh kita,” ucapnya.
Pencegahan di kampus
Untuk melakukan pencegahan virus korona, beberapa kampus membuat surat edaran dan kegiatan lainnya. Kepala Biro Marketing, Public Relations & Admission UAJ Anton Binsar menuturkan, pihak universitas telah mengeluarkan prosedur standar operasi (SOP) pada 2 Maret 2020, terkait pencegahan dan penanganan Covid-19 di kawasan kampus.
”Ada enam poin dalam SOP itu, antara lain agar semua staf menunda perjalanan ke luar negeri dan yang baru pulang dikarantina sendiri selama 14 hari. Selain itu, agar staf memperhatikan isu agar tidak sembarangan menyebarkan isu dan pergi ke dokter terdekat jika tidak enak badan,” kata Anton.
Ia melanjutkan, pihak universitas menyampaikan imbauan melalui media sosial agar mahasiswa yang berjumlah sekitar 10.000 orang mewaspadai virus korona. Pengumuman berisi cara pencegahan penularan Covid-19 juga disampaikan melalui poster yang ditempel di sejumlah titik kampus.
Selain itu, UAJ juga menyediakan cairan pembersih tangan di tempat-tempat yang ramai, seperti depan lift. Pasokan sabun dan air bersih di toilet juga tersedia. Tiga klinik di tiga lokasi kampus disiagakan, yakni Semanggi, Jakarta Pusat; Pluit, Jakarta Utara; dan BSD,Tangerang. Sementara alat pendeteksi suhu tidak digunakan karena dinilai tidak efektif.
Founder and Director London School of Public Relations (LSPR) Prita Kemal Gani mengatakan, pihaknya melakukan upaya bersih-bersih kampus dengan menggunakan cairan disinfektan. Selain itu, LSPR juga meminta mahasiswa, dosen, dan staf untuk mengubah tradisi berjabat tangan dengan gerakan salam yang lain, seperti mengatupkan kedua telapak tangan di dada seperti tanda namaste. Dosen dan staf juga diberi pelatihan untuk tidak menekan tombol lift dengan jari tangan. Mereka diminta menekan tombol lift dengan menggunakan siku tangan.
Adapun untuk kegiatan belajar-mengajar, semua masih berjalan seperti biasa. Namun, kampus ini menyiapkan rencana cadangan apabila penyebaran virus di Indonesia semakin parah.
”Kalau makin parah, kami berencana membuat modul belajar yang disiarkan secara online. Dosen, alat perekam video, dan materi belajar semua sudah siap,” lanjutnya.
LSPR menyiapkan tenaga medis untuk memeriksa kondisi mahasiswa jika dibutuhkan. Di LSPR terdapat sekitar 5.000 mahasiswa. Di antara mereka terdapat sekitar 100 mahasiswa asing berstatus tetap, exchange program, atau sekadar kunjungan. Mereka datang dari sejumlah negara, seperti China, Belanda, Denmark, Inggris, dan Norwegia.
Meski sudah menyiapkan sejumlah upaya untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19, Prita menuturkan, hal terpenting adalah mahasiswa, dosen, dan staf kampus tetap tenang serta menjaga pikiran positif. ”Jangan sampai ada ketakutan berlebihan. Semakin kita takut, semakin besar peluang kita jadi sakit,” kata Prita.
Sementara itu, di Universitas Gadjah Mada Yogayakarta telah mengeluarkan surat edaran yang mengimbau seluruh sivitas UGM untuk waspada di unit kerja serta berperilaku hidup sehat. Selain itu, diharapkan melakukan langkah pencegahan seperti menangguhkan perjalanan ke luar negeri, terutama negara-negara yang terdampak COVID-19.
Koordinator tim respons COVID-19 Univeritas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad, mengungkapkan bahwa kunci pencegahan penularan virus ini terletak pada perilaku hidup sehat yang sebenarnya telah kerap dikampanyekan sebelum kemunculan virus ini, seperti mencuci tangan, konsumsi makanan sehat, serta olahraga dan istirahat yang cukup.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang menyikapi kejadian ini mengingat COVID-19 bisa dicegah,” ungkapnya pada (3/3/2020), di Yogyakarta.
Hampir sama dengan kampus-kampus lainnya, Universitas Indonesia juga melakukan kegiatan terkait pencegahan penyebaran virus korona. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menggelar seminar untuk masyarakat. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menyayangkan mitos-mitos yang berkembang mengenai penyebaran virus Covid-19.
Menurut Ari, selain menggelar seminar , UI juga sedang membuat aplikasi untuk mendeteksi adanya virus, pembangunan laboratorium, dan juga penelitian propolis sebagai obat untuk mengobati virus tersebut.