Setiap tahun, Kompas Muda merekrut volunter untuk peliputan Java Jazz Festival. Selalu ada pengalaman seru dan asyik bagi mereka.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
Setiap tahun, Kompas Muda memberikan kesempatan bagi anak muda untuk terlibat dalam Java Jazz Festival. Tahun ini, 12 anak muda dari sejumlah kampus kembali terpilih menjadi wartawan, fotografer, event organizer, dan anggota tim media sosial Kompas dalam Jakarta International BNI Java Jazz Festival (JJF) 2020 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta selama 28 Februari-1 Maret 2020.
Mereka mendapati sejumlah tantangan ketika menunaikan tugas jurnalistik masing-masing. Namun, mereka juga mengalami berbagai kejadian lucu, seru, dan menyenangkan selama bertugas. Yuk, simak cerita-cerita mereka!
Michaela Winda Saputra (20), mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara, bertugas sebagai anggota tim media sosial. Tugasnya adalah mengunggah konten media sosial Instagram milik Kompas Muda mengenai penyanyi-penyanyi yang tampil di JJF dan kejadian di booth Kompas.
“Ada titik di mana aku kelabakan karena banyak pindah tempat dan akhirnya aku mengerti cara kerjanya. Tetapi, aku seneng banget bisa ikut kegiatan ini rasanya seperti kerja yang gak ada beban karena bisa sekalian having fun menonton konser,” kata Michaela, Minggu (1/3/2020).
Menurut Michaela, ada pengalaman lucu yang terjadi ketika bertugas. Ketika meliput penampilan penyanyi Rizky Febian, dirinya sempat terjatuh di media pit. “Habis itu aku malu banget karena diliatin media-media lainnya. Itu pengalaman yang gak bakal aku lupain,” ujarnya sambil tertawa.
Hans Immanuel (19), mahasiswa Program Fotografi LaSalle College, Jakarta, menambahkan, sebagai fotografer, dia bertugas untuk memotret momen-momen berharga yang terjadi di acara. Ada kalanya, dia ikut mengambil video apabila videografer belum hadir.
“Fotografer itu mengejar momen jadi harus memerhatikan kejadian di sekitar dan wartawannya mau ambil apa. Capek sih, tetapi aku seneng karena bisa wawancara artis,” ujarnya.
Hans mengakui, hasil kerja kerasnya selama tiga hari terbayar tuntas. Selain bisa menonton JJF gratis, Hans bisa bertemu langsung dengan para musisi berbakat, seperti Tashoora, Saxx in the City, dan Noni Dju. Selain itu, foto-fotonya juga terpampang dalam berita di situs muda.kompas.id.
Ia melanjutkan, dia juga jadi belajar mengenai kehidupan jurnalistik. “Ada momen ketika aku diteriakin sama ibu-ibu untuk minggir ketika aku padahal aku di dalam media pit. Ya sudah aku duduk, terus berdiri lagi,” kata Hans sembari tersenyum.
Keberuntungan jurnalistik
Nur Kamilah (21), mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta, menjadi wartawan dalam JJF 2020. Di situ, Nur bertugas untuk mewawancarai antara lain para volunter dan musisi muda yang tampil di JJF. Setelah itu, hasil wawancara itu ditulis untuk situs Kompas Muda.
Menurut Kamilah, dia merasakan berbagai pengalaman dalam kegiatan volunter kali ini. Bahkan, ia sempat mengecap keberuntungan jurnalistik secara langsung.
“Pengalaman berkesan aku adalah ketika ada tawaran dadakan dari seorang fotografer untuk wawancara Saxx in the City. Fotografer itu ternyata merupakan kru dari band itu, sehingga otomatis dia memiliki akses untuk ketemu musisinya,” ujar Kamilah yang telah dua kali menjadi volunter Kompas.
Kamilah melanjutkan, kegiatan volunter ini membantunya untuk meningkatkan keahlian menulis, memahami orang lain, dan mengenal dunia jurnalistik. Ia juga menjadi orang pertama yang mengetahui mengenai informasi menarik dibandingkan masyarakat umum dan bertemu orang-orang yang hebat di bidangnya sehingga menambah wawasan baru.
Umar Hamzah (21), mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, menuturkan, menjadi volunter Kompas memberinya pengalaman baru karena dapat terlibat dalam kegiatan di luar kampus untuk pertama kalinya. Umar bertugas sebagai event organizer untuk mengajak pengunjung JJF 2020 mampir ke booth Kompas.
“Manfaatnya aku mendapat pelajaran seperti bagaimana berhubungan dengan orang-orang yang profesional. Aku juga berada dalam lingkungan baru sehingga memeroleh link baru di dalam dan luar Kompas. Aku senang karena bisa merasakan jadi orang kerja,” tuturnya.
Umar melanjutkan, kini juga memiliki perspektif baru terhadap pekerjaan di bidang event dan pemasaran. Dia jadi tahu bagaimana rasanya ditolak pelanggan. Wah, ada-ada saja cerita pengalaman para volunter Kompas ya!