Mantan pacar mempunyai kenangan tersendiri di hati kita. Di antara para mantan pacar, adakah yang terindah.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·2 menit baca
Selagi muda, berpacaran menjadi masa-masa penjajakan bagi setiap pasangan. Tak jarang, mereka yang berpacaran memutuskan untuk berpisah bila ada hal yang tidak cocok. Lalu, kita pun memiliki mantan pacar.
Nah, bisa jadi, seseorang memiliki lebih dari satu mantan pacar. Seiring perjalanan waktu, adakah mantan terindah dalam hidupmu? Beberapa mahasiswa memberikan pendapatnya tentang Mantan Terindah:
Terbelenggu Rasa
Nur Laela, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang
Berbicara mengenai mantan, aku mengingat kisah yang telah berlalu. Kisah yang patut ditertawakan, namun memiliki romansa yang cukup melekat dalam kenangan. Dulu, aku adalah seorang yang sangat pendiam, tiada kisah yang bisa diceritakan pada siapapun, hitam putih warnanya, hampa rasanya. Namun tiba-tiba dia datang di tengah-tengah kehidupanku, memberiku kisah-kisah yang baru kuketahui, mengenalkanku pada dunianya yang sangat bertolak belakang dariku. Dia mengubah segala emosi yang ada pada diriku, seakan hitam putih yang lalu itu memang sudah tergantikan oleh warna warni kehidupannya.
Setahun terlewati, aku merasa ada yang ganjil dalam hubungan ini, aku merasa ada yang salah, hingga kuputuskan tali itu. Hampa, seketika duniaku kembali ke arah hitam putih. Dan terkadang dirundung rasa sesal tanpa alasan. Tiga tahun tanpa ada kontak, hingga akhirnya dia menghubungiku kembali. Senang bukan kepalang rasanya, tapi sedih itu segera meresap ketika dia menceritakan wanitanya.
Terluka dan Menyembuhkan
Lukman Zaenudin, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung
Dulu saya berpikir untuk move on (ruang kenangan) berarti mematikan segala bentuk komunikasi dan membekukan perasaan. Membuat hatiku mati rasa dan memblokir orang itu dari ingatanku (dan media sosial). Saya menyadari bahwa melangkah maju berarti saya harus melepaskan harapan, menetralkan perasaan, dan menyimpan semua memori di sudut pikiran saya.
Sehubungan dengan itu, saya masih bisa dapat melihat foto-foto dengan senyuman, berbicara dengan mereka sesekali, dan berdoa untuk orang itu kapan saja diperlukan tanpa membuat saya darah dingin. Saya menyimpulkan bahwa ruang ini tidak selalu berarti menghindari, membenci, atau menghapus. Itu hanya memberi saya sedikit kendur, dingin, dan melanjutkan hidup saya.
Sebab, seiring bertambahnya usia, saya semakin mengerti. mungkin begitulah cinta bekerja. Suatu kali sering membuat terluka, di lain waktu cinta pula yang menyembuhkannya. Pada akhirnya, tidak berjodoh. Lega sekali jika belajar menjadi selalu tulus.