Hewan Juga Butuh Aman dan Sejahtera
Saat terjadi bencana, tidak hanya manusia yang butuh pertolongan, hewan pun butuh rasa aman.
Hewan tidak punya akal budi sehingga lebih membutuhkan bantuan dari manusia. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh para penyayang binatang.
Saat banjir besar melanda Jakarta, Bekasi, dan Tangerang awal 2020, para penyayang binatang tanpa dikomando bergerak menyelamatkan hewan yang terhanyut. Mereka segera bergerak dan beraksi tanpa menghiraukan air banjir yang kotor, hari sudah malam, dan bahaya lain, misalnya bertemu ular atau binatang berbisa lain. Rasa jijik, takut, dan dingin tak mereka hiraukan demi keselamatan hewan yang bahkan bukan peliharaan mereka.
Pada awal Januari 2020, keadaan ini dialami sukarelawan penyelamat hewan, seperti Jeani Geovani Tanujaya (24), Rendi (19), dan Miko Irfan (20). Ketiganya bersama para sukarelawan lain di komunitas Animal Defenders Indonesia berjibaku menerjang banjir untuk menyelamatkan pussy dan doggy yang kelaparan dan ketakutan karena tiba-tiba banjir mengepung mereka.
Semula, Jeani yang akrab dengan panggilan Jean biasa bergerak sendiri, tetapi karena kesulitan mendapat perahu karet untuk menampung hewan yang ia selamatkan, cewek bertubuh mungil itu kemudian bergabung ke Animal Defenders. ”Saya lihat postingan Om Doni di Instagram menawarkan perahu karet. Ya sudah mendingan saya gabung sekalian aja ke sana. Kalau sendirian, saya hanya punya ember, he-he-he,” tutur Jean, Selasa (20/1/2020) di Jakarta.
Om Doni yang dimaksud Jean adalah Doni Herdaru Tona (41), pendiri komunitas Animal Defenders Jakarta yang selalu siap menyelamatkan hewan, baik saat ada bencana maupun tidak. Animal Defenders berdiri pada 2011 setelah sebelumnya bergerak perorangan dalam upaya penyelamatan hewan. Pada banjir besar beberapa waktu lalu, selain bergerak ke daerah-daerah paling rawan, karena permukaan air di permukiman tinggi serta lokasinya jauh dari pusat Jakarta, Doni memberikan komando kepada para sukarelawan untuk bergerak ke beberapa tempat, baik di Jakarta, Bekasi, maupun Tangerang.
Sigap bergerak
”Para sukarelawan harus dibagi ke beberapa tempat karena banyak yang butuh bantuan untuk mencari hewan mereka atau menangkap hewan entah milik siapa, tetapi tidak mudah dijangkau orang. Kami hanya membantu penyelamatan kucing dan anjing. Untuk hewan lain seperti ular, kami tak punya kemampuan,” ujar Doni, Sabtu (18/1/2020) malam di Depok, Jawa Barat.
Permintaan penyelamatan hewan datang ke komunitas yang memang sudah bertahun-tahun bergerak di bidang itu. Selain hewan yang ditinggal di rumah sehingga terjebak banjir, ada juga pengurus RT atau RW yang melihat anjing atau kucing di atap rumah dan kelihatan kelaparan. Berbekal motor, mobil, perahu karet, makanan anjing dan kucing, serta kandang hewan, Doni dan kawan-kawan bergerak cepat.
”Kalau sudah mendengar kabar ada anjing atau kucing kedinginan atau kelaparan, sementara air di rumah pemilik masih semeter atau lebih, kami harus secepatnya menyelamatkan mereka. Khawatir hewan itu tak tertolong. Kalau bisa cepat menjangkau tempat naik motor, ya, bawa motor, tapi kalau efektif naik mobil karena bisa lewat tol, ya, bawa mobil,” paparnya.
Jean, yang bekerja sebagai konsultan pajak, antara lain beraksi di perumahan di kawasan Serpong, Tangerang Selatan. Ia mendapat telepon dari kawan yang tidak pulang ke rumah setelah merayakan tahun baru. Tahu-tahu esok harinya, rumah kawan itu dilanda banjir setinggi lebih dari satu meter di jalan depan rumah. Jean tak berpikir panjang langsung menuju rumah kawan itu.
”Airnya lebih dari semeter. Jadi, saya berenang untuk menuju rumah itu. Rasa dingin, jijik, karena melihat air banjir keruh kecoklatan hilang karena yang ada dalam pikiran bagaimana nasib anjing-anjing itu,” kata Jean yang juga penyayang hewan.
Begitu sampai di rumah teman, dua anjing sudah berdiri di atas meja ketakutan, sementara sekelilingnya banjir. Ia memasukkan dua anjing itu ke ember, lalu membawanya ke tempat aman dengan berenang lagi.
Rasa takut juga sempat dialami Rendi dan Miko. Rumah Miko di daerah Cakung, Jakarta Timur, sebenarnya juga kebanjiran setinggi sekitar 50 sentimeter. Ia mengurus rumah dulu, baru kemudian menyelamatkan hewan.
”Saya terdorong ikut rescue setelah lebih dulu menyelamatkan kucing-kucing saya. Saat melihat kucing saya, saya rasa di luar sana juga ada yang perlu pertolongan,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Darma Persada, Jakarta, tersebut.
Akhirnya, ia dan tim hanya bisa menyelamatkan dua anjing karena medan berbahaya dan keterbatasan alat seperti perahu karet. Meski demikian, Miko lega karena sudah memberanikan diri melawan arus air banjir yang kuat dan menang atas rasa takut terhadap ular.
Selain mereka yang terjun langsung untuk menyelamatkan hewan, ada juga pihak yang bersedia menampung hewan korban banjir di tempatnya. Salah satu tempat itu adalah Pejaten Shelter Jakarta Selatan. Sebenarnya tempat milik dokter Susana Somali tersebut untuk menampung anjing liar dan dibuang orang.
Namun, saat banjir Susana juga menampung setidaknya 40 anjing korban banjir. ”Kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyelamatkan hewan dan menyediakan tempat sementara bagi hewan korban banjir,” tutur Susana, Senin (13/1/2020).
Penampungan hewan tersebut menerima berbagai jenis hewan, seperti monyet dan kambing, meski paling banyak dihuni anjing. ”Sebenarnya shelter ini tidak direncanakan, bukan yang dicita-citakan,” kata Susana. Awalnya, ia hanya ingin menolong hewan. Penampungannya dimulai dari sepetak tanah dengan kandang kecil. Kini, luas areanya sudah berkali-kali lipat, mencapai 5.000 meter persegi.
Pejaten Shelter yang berdiri 30 Agustus 2009 kini menampung lebih dari 1.000 anjing. Banyak hewan yang ditampung dalam kondisi tidak prima, tetapi diharapkan ada orang yang bersedia mengadopsi. Meski awalnya tempat itu hanya merupakan penampungan sementara, orang-orang yang tahu kegiatan sosialnya berbondong-bondong menyerahkan peliharaan yang sudah tidak diinginkan dengan bermacam-macam sebab kepada Susana.
Sama seperti Pejaten Shelter, Animal Defenders juga akan merawat hewan korban banjir sampai sehat, lalu menawarkan kepada masyarakat untuk mengadopsinya, dengan syarat orangtua angkat hewan punya komitmen penuh untuk memberi kenyamanan dan kesejahteraan kepada hewan yang mereka adopsi. (*)