Anak muda punya gaya, termasuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus. Mereka membuat kegiatan yang tidak melulu upacara, tapi aktivitas lain yang tak kalah bermakna.
Komunitas Kawan Bhineka, misalnya, Sabtu (17/8/2019) pagi merayakan HUT ke-74 RI di Taman Mataram Merah, Jakarta Selatan bersama 30 anak dari Panti Asuhan Amal Wanita, Sekolah Minggu Bintaro Jaya, SD Santo Fransiskus, dan Vihara Siddharta. Dari Komunitas Bhineka sendiri ada 50-an sukarelawan dari berbagai kampus yang ikut bergabung. Mereka mengajak semua yang hadir untuk merayakan perbedaan di negeri yang merdeka ini.
Meski temanya relatif berat buat anak-anak, tapi Kawan Bhineka mengemas kegiatannya dengan asyik dan santai. Mereka, misalnya, menggelar aneka permainan yang mengingatkan peserta pada keberagaman masyarakat Indonesia. Para kakak Kawan Bhineka menyebar ke bagian belakang dan samping anak-anak, lalu mengajak mereka menyanyikan Indonesia Raya.
Peserta lantas dibagi dalam lima kelompok secara acak yang menjadi cerminan kemajemukan agama di Indonesia. Mereka diajak bermain-main di empat pos untuk menjalin keakraban. Pos A berisikan perlombaan memindahkan air dengan gelas, pos B balap karung, pos C kuda bisik, dan ada pos tambahan menangkap bola menggunakan kacamata berenang.
Melihat adik-adik membaur walaupun mereka berbeda keyakinan, membuat kakak-kakak Kawan Bhinneka terharu dan senang, “Hal kaya gini tuh menggambarkan kemerdekaan bagi aku sih. Karena di sini mereka bisa bertemu dengan teman-teman yang berbeda, bebas memilih berteman dengan siapa saja. Menurutku cara kita untuk bikin Indonesia menjadi a better place for everyone tuh acara ini,” kata Yuranur Zoladiva, mahasiswi semester 5, jurusan Hubungan Masyarakat, Fikom, Unpad, Bandung.
Bethania Brigitta Bella Manalu, Co-Founder Kawan Bhinneka menambahkan, kemerdekaan itu asyik dinikmati ketika kita semua sadar akan perbedaan, tetapi tetap bisa bermain bersama. "Kita kan diciptakan berbeda, punya cerita berbeda, itu yang membuat kita tertarik satu sama lain," kata mahasiswa semester tujuh jurusan Manajemen Komunikasi, Fikom Unpad itu.
Maraknya kasus intoleransi dalam masyarakat terutama terkait isu agama memicu Bethania bersama rekan-rekannya di Kawan Bhinneka untuk mengagas acara bertajuk Agustusan Bareng Kawan Bhinneka itu.
Kegelisahan Bertha juga jadi kegelisan banyak anak muda lainnya. Jajak pendapat Kompas akhir Juni lalu menemukan 63,9 persen anak muda menyatakan gelisah dengan penyebaran hoaks atau propaganda adu domba antar kelompok melalui media sosial. Selain itu, satu dari empat responden muda lebih khawatir dengan provokasi yang disebarkan di dunia nyata, lewat kampus dan komunitas.
Namun, itu semua bisa dilawan oleh rasa persatuan dan kebanggan sebagai sebuah bangsa. Jajak pendapat menemukan, 54,8 persen responden mengaku bangga menjadi warga negara Indonesia justru karena keberagamannya.
Lokasi bencana
Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, anak muda lainnya menempuh cara berbeda untuk merayakan Kemerdekaan. Puluhan anak muda dari Komunitas 1000 Guru dan Divers Clean Action berkunjung ke lokasi gempa Lombok 2018, Sabtu (17/8/2019). Bersama mereka bergabung pula konsumen dan kartawan KFC yang mendukung penuh acara tersebut.
Mereka datang ke SDN 1 Gondang, Kabupaten Lombok Utara untuk mengajar dan mengajak main para siswa. Sisa kerusakan akibat gempa masih terlihat di sana. Di kiri kanan jalan menuju SD masih ada reruntuhan bangunan. Di SDN itu, anak-anak muda dari berbagai daerah Indonesia itu ikut upacara bendera bersama ratusan siswa SD Gondang. Mereka dengan khidmat mengumandangkan Indonesia Raya saat bendera Merah Putih dikibarkan.
Setelah itu, mereka menggelar aneka permainan untuk siswa. Mereka mengajak siswa main drama tentang akibat membuang sampah plastik sembarangan. Selain itu, ada yang berbagi pengetahuan tentang cara menyelamatkan diri dari gempa, lewat lagu.
"Kita bisa berkontribusi untuk perjuangan bangsa bukan lagi dengan senjata, tapi dengan kegiatan seperti mengajar dan berbagi,” ujar Beddu Hafidz, mahasiswa semester 5 prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Bandar Lampung yang ikut dalam acara itu.
Dari SDN 1 Gondang, anak-anak muda itu bergerak ke Gili Trawangan untuk aksi peduli lingkungan. Bukan anak muda jika tidak bersenang-senang. Sebagian dari mereka ikut snorkelling. Mereka yang punya sertifikat menyelam ditemani Pendiri Divers Clean Action Swietenia Puspa Lestari menggelar upacara di bawah laut dengan membentangkan bendera Merah Putih dan bendera lain bertuliskan #NoStrawMovement di kedalaman 8-18 meter. Aksi berlanjut dengan kegiatan bersih-bersih sungai dan pantai.
Keesokannya di Minggu pagi, kegiatan mengisi Kemerdekaan dilanjutkan dengan bersepeda bersama mengelilingi pulau. Sepeda santai ini bukan untuk melihat keindahan pantai, namun menyaksikan gunungan sampah di tempat pembuangan sampah di Gili Trawangan.
Memperingati Hari Kemerdekaan memang tidak perlu melulu dengan upacara, tetapi lewat aksi nyata seperti memelihara lingkungan dan memupuk keberagaman yang belakangan terkoyak. (DEWI PANCAWATI/LITBANG KOMPAS/*/***)