ARGUMENTASI!
Film Laga
Arthur Lasido Hutabarat, mahasiswa Sastra Inggris Universitas Negeri Jakarta
Apakah hal yang paling penting bagi sebuah film laga? Ya, benar, koreografi adalah hal yang paling penting bagi sebuah film laga. Tanpa adanya sebuah koreografi yang baik, adegan-adegan film laga akan menjadi berantakan dan tidak enak untuk ditonton.
Film laga The Raid adalah salah satu film laga kesukaan saya. Gerakan-gerakan silat Minang yang diperagakan oleh aktor Iko Uwais dipadu-padankan dengan adegan-adegan adu tembak yang menenggangkan. Bagi saya, The Raid adalah sebuah mahakarya dan secercah harapan bagi industri film lokal di Indonesia, khususnya di tengah terpaan berbagai film laga Hollywood.
Nah, di sinilah terdapat sebuah ironi. Banyak orang Indonesia yang lebih memilih menonton film laga Barat. Padahal, menurut saya, koreografi film-film laga Barat, khususnya yang dibintangi aktor ternama seperti Steven Seagal, cenderung monoton. Bahkan, ada beberapa film laga Barat, seperti Bourne: Ultimatum, yang terlihat seolah-olah hanya mengandalkan shaky kamera.
Tentang Orangtua
Ambar Feny Afifah, mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya
Saya lebih menyukai film Indonesia yang lebih menceritakan peran orangtua. Hal itu sebagai pelipur kerinduan pada kampung halaman. Ketika menonton, perasaan bercampur aduk dan membuat emosi diri ingin meledak. Adegan-adegan yang menyedihkan juga mengharukan membuat pipi saya basah.
Pengalaman menarik, saya pernah menonton film berjudul Sabtu Bersama Bapak yang bercerita tentang tokoh Gunawan yang divonis hidup setahun lagi. Sebagai orangtua, Gunawan tak lelah selalu merekam pesan-pesan makrifat hidup. Pesan itu oleh kedua anaknya selalu diputar setiap hari Sabtu.
Namun, kadang kala saya sering menonton film Korea yang berbau romantis. Hal itu saya lakukan kala jenuh dan bosan dengan alur film Indonesia yang monoton dan mudah ditebak.
Memilih Hollywood
Gita Audina Pramesty, Program Studi Ilmu Administrasi Publik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Terus terang saya lebih suka film Hollywood dibandingkan dengan film Indonesia. Bukan karena tidak cinta Tanah Air, melainkan memang film Hollywood kualitas filmnya masih lebih baik. Misalnya, film Hollywood menggunakan teknologi CGI. Karena memang saya menyukai film fiksi, tentu CGI adalah faktor penentu di balik kehebatan film-film fiksi yang menakjubkan.
Dari segi alur cerita, film Hollywood juga tidak mudah ditebak. Jalan ceritanya bervariasi dan tidak monoton. Saya memiliki kebiasaan setiap habis menonton film, yaitu saya selalu terbawa dengan suasana di film tersebut. Bahkan, terkadang saya berimajinasi menjadi salah satu tokoh dalam film tersebut.
Salah satu film favorit saya adalah Harry Potter dan tokoh yang saya gemari adalah Hermione Granger. Setiap kali saya menonton Harry Potter, pasti saya merasa berada di dunia sihir. Selain itu, film Harry Potter juga membuat saya ingin memiliki aksen British dan akhirnya berusaha mempelajarinya.
Belajar Bahasa dan Budaya
Devi Nadia Lotisna, Universitas Kristen Duta Wacana
Saya menikmati baik film Indonesia maupun film asing. Sebab, keduanya memiliki kelebihan, keunikan, dan kekurangannya masing-masing. Film asing membantu saya dalam mempelajari bahasa asing. Sementara itu, film Indonesia membantu saya mengetahui situasi Indonesia saat ini, baik situasi politik, budaya, pendidikan, maupun tren yang sedang beredar di masyarakat.
Saat menonton film Indonesia dan film asing yang paling menonjol tentunya adalah perbedaan kebudayaan seperti cara berbicara dan cara berpakaian. Selain kedua hal tersebut, perbedaan lain yang dapat kita lihat adalah dari kecanggihan teknologi pembuatan film yang digunakan.
Banyak film asing menggunakan teknologi yang sangat canggih, seperti teknologi CGI (computer generated imagery) yang tentu saja mengeluarkan biaya produksi film yang sangat tinggi. Untuk di Indonesia sendiri, film yang menggunakan teknologi CGI masih sangat sedikit jumlahnya. (JAL)