Sivitas Kotheka Menggulirkan Nampan Pengetahuan di Madura
Berangkat dari kegalauan terkait kurangnya kegiatan literasi di wilayah Pamekasan pada khususnya dan Madura pada umumnya, sekelompok anak muda membentuk komunitas Sivitas Kotheka pada pertengahan 2017. Mereka aktif menggelar kegiatan diskusi, bedah buku, seminar, lokakarya, sampai roadshow literasi ke sejumlah kota di Madura.
Kelompok ini terdiri dari akademisi, aktivis, guru, jurnalis, mahasiswa, penulis, dan seniman. Tujuan komunitas ini edukasi publik. Mereka membahas berbagai hal, terutama hal yang sedang ramai dibicarakan dan hal yang tak ada di buku kuliah atau ruang kelas.
Nama komunitas ini gabungan dua istilah dari bahasa yang berbeda. Sivitas diambil dari bahasa Latin yang berarti ’warga’, sedangkan kotheka berasal dari bahasa Madura yang secara harfiah berarti ’mantra’. Meski dalam setiap diskusi peserta boleh siapa saja, sebagai tim tetap hanya terdiri dari 13 orang. Mereka dari kalangan akademisi, desainer, fotografer, guru, mahasiswa, seniman, dan wirausaha yang merupakan volunter komunitas tersebut.
Sasaran utama kegiatan mereka adalah masyarakat Kota Pamekasan dan Madura walaupun semua kegiatan itu tidak tertutup bagi orang luar. Mereka ingin para peserta melek akan informasi tentang kebudayaan Madura dan mengerti problem apa saja yang dapat terjadi di sekitar mereka.
Mereka yakin kreasi sains dan teknologi memiliki pengaruh yang terlihat dan konkret. Sementara kegiatan yang mereka gelar seperti aktivitas literasi bekerja perlahan-lahan, subtil, dan diam-diam merekonstruksi kesadaran.
Sivitas Kotheka memiliki misi menggulirkan nampan pengetahuan yang selama ini menjadi domain lembaga pendidikan (sekolah dan kampus) kepada masyarakat umum. Selain itu, wacana pengetahuan yang berkutat di lembaga pendidikan tidak dapat langsung dinikmati masyarakat umum karena sosialisasinya yang tidak memadai dan biaya pendidikan mahal.
Akhirnya, pengetahuan terperangkap di atas menara gading akademik. Padahal, hasil riset, misalnya, diharapkan tidak hanya bisa diakses oleh kalangan akademik saja, tetapi juga masyarakat umum. Maka Sivitas Kotheka menjadi wahana untuk menjembatani pengetahuan dari asalnya, lembaga pendidikan, ke masyarakat umum. Komunitas ini berperan sebagai penerjemah dan jembatan wacana pengetahuan yang rumit menjadi bahasa yang dipahami oleh masyarakat umum.
Kegiatan rutin
Kegiatan rutin bulanan adalah Koloman Budaya. Koloman Budaya merupakan kegiatan berupa diskusi panel, apresiasi seni, lokakarya, seminar, dan sebagainya. Topik dalam acara itu seringkali seputar sejarah dan kebudayaan (khususnya Pamekasan dan Madura). Sivitas Kotheka juga sesekali mengangkat aneka topik yang sedang ramai dibincangkan, misalnya tertib di jalan raya terkait banyaknya kecelakaan saat arus pulang kampung, LGBT dan pelakor. Untuk itu, Sivitas Kotheka mengundang para pakar dan praktisi pada setiap acara Koloman Budaya.
"Ketika kami mengangkat soal pelakor. Salah satu pembicaranya adalah perempuan yang menjadi korban karena suaminya direbut orang lain alias pelakor. Saat itu, peserta yang datang banyak sekali, mungkin yang terbanyak dari semua kegiatan yang kami adakan. Bahkan, peserta yang datang antara lain juga perempuan yang menjadi pelakor. Alhasil acara itu penuh curhatan dari mereka," kata Royyan Julian, volunter Sivitas Kotheka di Pamekasan.
Dulu dia studi di Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang dan pasca sarjana Ilmu Sastra dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia kini bekerja sebagai pengajar di Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Madura (Unira). Selain itu dia juga penulis yang menghasikan beberapa buku.
Begitu pula ketika menggelar diskusi tentang LGBT. Banyak pesertanya adalah orang yang bingung dengan orientasi seksual mereka. "Tidak mungkin mereka terang-terangan menamai komunitas LGBT. Terlalu vulgar," kilah Royyan.
Selama Oktober ini, mereka mengadakan kegiatan road show literasi ke beberapa kota dengan tema berlainan dan pemateri yang berbeda pula.
Misalnya, pada Minggu (7/10) mereka memilih tempat di Kopi Sultan Sampang untuk membahas tema tentang Wartawan dan Jurnalistik. Minggu berikutnya di Komunitas Lan Bulan Bangkalan untuk berdiskusi tentang Madura dalam Sastra. Selanjutnya mengulik tentang Teater Hari Ini di Ma Plakplak Pamekasan. Sebagai penutup mereka menggelar diskusi tentang Memahami Mitos dan Budaya di Kancakona Sumenep.
"Akhir Oktober nanti kami mengisi kuliah umum di Universitas Madura dengan materi folklore Indonesia. Kami diminta terlibat oleh Himpunan Mahasiswa Bahasa Indonesia di universitas tersebut," kata Royyan.
Setiap minggu mereka bergantian mengisi acara radio di Ralita FM, Pamekasan. Di situ mereka juga membahas buku dalam acara sastra radio. "Boleh buku sastra, bisa juga buku non fiksi lainnya," ujar Royyan yang antara lain pernah membahas tentang buku berjudul Homo Deus karya Yuval Noah Harari dan Orientalism: The Location of Culture karya Edward W Said.
Volunter lainnya, Novi Kamalia menuturkan, komunitasnya jelas bukan bertujuan mencari profit. Pendanaan kegiatan antara lain dari iuran, donasi, dan hasil kerja sama. Namun, dia gembira meski terhitung masih balita, keberadaan mereka lumayan terkenal di Madura karena aktif mengelar berbagai acara. Mereka juga kerap kali diminta untuk bekerja sama dengan lembaga pers mahasiswa.
"Hampir semua volunter di Kotheka menulis buku. Kami juga memiliki perpustakaan kecil yang sering dikunjungi para volunter. Masyarakat umum pun boleh membaca buku-buku koleksi kami. Sebagian buku-buku karya volunter ada di perpustakaan itu. Hanya saja ada beberapa buku karya mereka ditulis dalam bahasa Madura, bukan bahasa Indonesia," ujar pemilik nama pena Novie Chamelia itu.
Sementara Susanti Stia Wardhani yang adalah mahasiswa tingkat akhir Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unira menuturkan, meski anggota civitas sedikit, dia dapat mengenal orang dari berbagai kalangan seperti pembicara dan peserta.
"Kegiatan ini dapat menambah pertemanan, pengetahuan, pengalaman, dan jaringan. Makanya saya senang terlibat dalam sivitas ini," ujarnya.