Film Horor Menghibur di Masa Liburan
Mengisi liburan tak sekadar harus bepergian ke luar kota. Menonton film ke bioskop menjadi salah pilihan untuk hiburan pada masa liburan. Iseng-iseng menguji nyali pun bisa dilakukan dengan nonton film horor. Lebih asyik, sih, kalau nontonnya bareng teman-teman biar rasa takutnya enggak sendirian.
Selama liburan sekolah kali ini, beberapa film horor Indonesia yang sedang tayang di bioskop memang bikin bulu kuduk berdiri. Belum lagi, efek suara yang menyertai gambar-gambar mengejutkannya, bikin detak jantung berdebar kencang. Pilihan film yang sedang tayang antara lain Kuntilanak dan Jailangkung 2.
Keduanya sama-sama memiliki kemiripan tentang cara mengungkap misteri. Film Kuntilanak mengungkap misteri hilangnya anak-anak yang direnggut oleh kuntilanak. Semacam buku primbon dengan sketsa pohon ataupun bentuk-bentuk tubuh roh jahat menjadi petunjuk. Namun, kuncinya adalah orang tertentu yang diyakini memiliki wangsit sebagai pengungkap misteri secara keseluruhan.
Pemegang wangsit bukanlah ditampilkan secara klasik seperti orang tua yang sudah berumur. Sang sutradara Rizal Mantovani justru menampilkan seorang anak yang memiliki keberanian dan hati yang tulus. Dari catatan perfilman, film Kuntilanak telah menjadi hiburan pada 2006 hingga 2008, dan kini seakan mendapatkan penyegaran.
Bukan saja karena anak-anak yang menjadi bagian penting dari keseluruhan film ini, melainkan ada penyesuaian konteks ”zaman now” yang sepertinya diselipkan. Sebab, dari sekadar ketekunan bocah Miko (diperankan Ali Fikry) membaca buku sketsa petunjuk jenis-jenis kuntilanak hingga cara melepaskan cengkeraman kuntilanak, kawan-kawannya, Dinda (Sandrinnna Michelle Skornicki), dibantu Kresna (Andryan Sulaiman Bima) dan Panji (Adlu Fahrezy) dapat memperoleh petunjuk untuk melepaskan cengkeraman jahat kuntilanak.
Bahkan, bukan saja melepaskan cengkeraman roh jahat yang hampir merenggut kakaknya, Lydia (Aurelie Moeremans), melainkan juga mengungkap misteri penculikan yang dilakukan kuntilanak terhadap adiknya, Ambar (Ciara Brosnan), dan Miko sendiri, termasuk penculikan terhadap Anjas (Naufal Ho). Tak semua menyeramkan karena ujung dari kembalinya Ambar dan Miko bikin penonton tertawa.
Konteks kekinian yang ditampilkan adalah sayembara menangkap gambar kuntilanak. Di sinilah, petualangan lima anak ini menjadi semakin menarik walaupun hampir semua merasakan ketakutan menghadapi ruang realitas di rumahnya sendiri, rumah tua, ataupun bayang-bayang impiannya di kala tidur.
Sekuel ”Jailangkung”
Lain halnya dengan Jailangkung 2 garapan sutradara Rizal Mantovani dan Jose Poernomo. Lagi-lagi, buku klenik tua menjadi petunjuk untuk menyelesaikan permasalahan yang mencengkeram keluarga Ferdi (Lukman Sardi). Film ini merupakan kelanjutan dari film sebelumnya, manakala Ferdi berada dalam keadaan sakit yang menyebabkan tak sadarkan diri beberapa lama.
Kali ini, pemicunya adalah istilah Matianak yang berada dalam tubuh seorang bayi. Kebetulan, anak tertuanya, Angel (Hannah Al Rasyid), yang merindukan kehadiran seorang anak, malah mencuri bayi di sebuah rumah bersalin. Ternyata, dalam kisah tersebut disebutkan bayi itu sudah terkandung roh jahat yang disebut Matianak.
Sementara adik kandung Bella (Amanda Rawles) yang bernama Tasya (Gabriella Quinlynn) sangat merindukan ibunya yang sudah tiada. Karena melihat video ”permainan” jailangkung yang sedang diputar ayahnya, Tasya pun akhirnya mempraktikkannya. Bukan sosok ibunya yang hadir, Tasya malah direnggut oleh roh jahat dan disembunyikan ke alam gaib.
Di sinilah, sang ayah berusaha menyelamatkan Tasya lewat pertolongan Ibu Suwito, sosok yang memiliki kemampuan melihat dengan indera keenamnya. Matianak dilihat sebagai pemicu kehadiran roh-roh jahat di rumah itu. Kehadiran Ibu Suwito menjadi terang-benderang cikal-bakal ”permainan” jailangkung dalam sejarah peradaban yang berasal dari tradisi keraton. ”Permainan” itu memiliki aturan yang tidak boleh dilanggar.
Problematika yang saling terkait disajikan dengan dua cara penyelesaian. Penyelesaian pertama menyangkut hilangnya Tasya diperoleh melalui kebaikan Ibu Suwito. Ferdi digiring memasuki alam gaib dan berhasil menyelamatkan Tasya. Namun, begitu melawan Matianak, Ibu Suwito tewas mengenaskan.
Penyelesaian kedua, kalung Mustika Kurung Sukma yang harus diperoleh dengan susah payah, mengingat prolog film ini dibuka dengan tenggelamnya kapal SS di perairan Sumatera pada tahun 1947. Bella harus menyelam bersama sahabatnya, Rama (Jefri Nichol), untuk memperoleh kalung tersebut. Itu pun atas petunjuk Bram (Naufal Samudra). Rupanya, ada hal yang selama ini disembunyikan Bram untuk memperoleh pasangan kalung itu.
Beberapa adegan kedua film ini, apalagi ditambah efek suara, bikin deg-degan. Bahkan, beberapa penonton terlihat menutupi mukanya dengan telapak tangan. Ada juga yang lebih memilih refleks menghadap teman di sampingnya. Takut. ”Sudah hilang belum setannya?” begitu terdengar suara bisik-bisik penonton di samping Kompas.
Hingga kini, film horor Indonesia masih mempunyai banyak peminat. Mengutip filmindonesia.or.id, film Danur 2: Maddah hingga Juni 2018 menjadi film yang laris tahun ini dengan penonton sebanyak 2,5 juta. Sementara film Jailangkung 2 yang baru tayang selama seminggu sudah merebut perhatian penonton sebanyak 840.000.
Psikolog Ika Surya yang dihubungi di Jakarta, Rabu (13/6/2018), mengatakan, penonton sebagai konsumen bisa menganggap film horor semata-mata adalah hiburan. Apalagi, nontonnya beramai-ramai dengan kawan. Di balik semua film horor, biasanya memang mengeksploitasi ketakutan orang.
”Setiap orang butuh ada yang ditakuti. Ada yang suka ngetes, seberapa berani dirinya sendiri melewati hal-hal kayak begitu. Tapi, intinya, justru orang yang suka film horor itu biasanya penakut. Sebab, ketakutan itu adalah overcompensate. Orang akan mencari sesuatu yang enggak dipunyai diri kita sendiri,” tutur Ika.
Menurut dia, kalau sudah mempunyai rasa berani, orang tidak akan mencari-cari ujian lagi. Film horor adalah pembuktian diri penonton. Lumayan, bisa membuat pencitraan dan membohongi otak. Masalah sehabis nonton terus menjadi takut melakukan sesuatu di rumah, toh, tidak ada yang tahu. Semua tergantung dari kecerdasan penonton sebagai konsumen dalam menentukan pilihan hiburannya.
Film-film horor khas Indonesia ini pun bersamaan dengan petualangan murni animasi Incredibles 2 serta kolaborasi antara realitas dan animasi dalam film Jurassic World: Fallen Kingdom. Film Indonesia lainnya adalah Insya Allah Sah 2, Dimsum Martabak, dan Target. Ada pula film laga Ocean’s 8. Nah, pilihan di masa liburan yang mengasyikkan.