Pengungsi Kebakaran Plumpang Butuh Pembalut, Pakaian Dalam, dan Alat Mandi
›
Pengungsi Kebakaran Plumpang...
Iklan
Pengungsi Kebakaran Plumpang Butuh Pembalut, Pakaian Dalam, dan Alat Mandi
Pada hari kedua mengungsi, warga terdampak kebakaran berharap mendapatkan bantuan pembalut, pakaian dalam, dan perlengkapan mandi. Sementara bantuan makanan sudah tercukupi, bantuan kebersihan diri masih minim.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya menjaga kebersihan diri para pengungsi kebakaran Depo Pertamina Plumpang terkendala minimnya pembalut, pakaian dalam, dan perlengkapan mandi. Para pengungsi berharap bantuan sosial juga mengakomodasi kebutuhan kebersihan diri tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, pihaknya akan memprioritaskan kebutuhan perempuan, anak, dan warga lansia, termasuk untuk kebersihan diri. Hal itu disampaikan Muhadjir ketika berkunjung ke Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela, Koja, Jakarta Utara, Minggu (5/3/2023).
”Kebutuhan mereka tentu akan kami prioritaskan. Itu sudah standar penanganan bencana atau musibah,” kata Muhadjir.
Muhadjir melanjutkan, bantuan terus disalurkan oleh pemerintah melalui Kementerian Sosial dibantu TNI dan Polri. Ia juga meminta Kementerian Sosial melakukan pendataan korban sehingga bisa diberikan santunan.
Berdasarkan data per Minggu pukul 08.00, sebanyak 423 warga terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang mengungsi di dua tempat. Sejumlah 300 orang mengungsi di RPTRA Rasela, sedangkan sisanya mengungsi di markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara.
Di RPTRA Rasela terdapat 97 anak dan anak balita, 20 ibu hamil, 2 difabel, dan 46 warga lansia. Sementara di markas PMI Jakarta Utara terdapat 44 anak dan anak balita, 58 perempuan, dan 10 warga lansia. Sebagian besar dari mereka mengeluhkan minimnya perlengkapan untuk membersihkan diri.
Sari Sulistiowati (36), pengungsi di posko PMI Jakarta Utara, misalnya, tak kunjung bisa mandi kendati tersedia beberapa toilet di pengungsian. Tersedia toilet portabel yang berdiri di area depan markas PMI Jakarta Utara. Toilet permanen juga tersedia di bagian dalam gedung PMI. Beberapa warga juga mengantre di toilet SPBU di samping gedung PMI.
Meski harus selalu mengantre, Sari tak mempermasalahkan kondisi toilet. Kendalanya justru pada ketiadaan perlengkapan mandi, seperti sabun, sampo, sikat dan pasta gigi, serta handuk.
”Pakaian dalamnya juga enggak ada. Jadi, sejak Jumat belum ganti. Kalau baju dan celana sudah ganti, bekas juga enggak masalah. Tapi, kalau pakaian dalam, kan, harus baru,” ucap warga RT 012 RW 009 Rawabadak Selatan, Koja, Jakarta Utara, itu.
Sari menyampaikan, sebenarnya sudah ada pembagian pakaian dalam dan alat mandi. Namun, ia belum mendapatkannya lantaran bantuannya hanya sedikit. Ia berharap ada bantuan pakaian dalam dan alat mandi lagi agar semua pengungsi bisa kebagian.
Hal serupa disampaikan Yunita (29), pengungsi di RPTRA Rasela. Sempat ada beberapa kali pembagian pakaian dalam, tetapi ia tidak pernah kebagian. Alhasil, ia terpaksa pulang dulu ke rumahnya di RT 008 RW 009 untuk mengambil pakaian ganti.
Pengungsi di tempat yang sama, Abigail Pasaribu (15), bercerita sempat kesulitan mendapatkan pembalut. Abigail, yang memasuki hari kedua menstruasi, memilih membelinya sendiri di warung.
”Baru hari ini pembagian sabun, sampo, sikat gigi, sama pembalut. Kemarin semuanya beli sendiri. Semoga nanti ada pembagian lagi,” ujar Abigail.
Kepala Markas PMI Jakarta Utara Nurhasanudin mengakui kurangnya bantuan perlengkapan kebersihan diri. Menurut dia, kebutuhan itu memang belum terpenuhi lantaran mayoritas bantuan berupa makanan dan pakaian bekas. Bantuan makanan, lanjut Nurhasanudin, bahkan sudah mencukupi kebutuhan hingga sepekan ke depan.
”Maka dari itu, saya berharap kalau ada yang ingin menyumbang bisa pembalut, pakaian dalam, dan alat mandi karena memang itu kurang,” ucap Nurhasanudin.
Ia menambahkan, bantuan lain yang dibutuhkan adalah alat ibadah, seperti mukena dan sarung. Para sukarelawan juga membutuhkan vitamin. Pengurus posko pengungsian RPTRA Rasela, Wahyu Tri Sunanto, mengungkapkan hal yang sama. Kebutuhan makanan sudah tercukupi karena banyak bantuan baik dari masyarakat maupun pemerintah.
”Kalau ada yang mau berdonasi bisa langsung datang ke posko. Kami masih kekurangan alat mandi, seperti sabun, sampo, sikat gigi. Pakaian dalam, alat ibadah, dan pembalut juga kurang,” kata Wahyu.
Para pengungsi diingatkan pula untuk menjaga kebersihan diri melalui edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pada Minggu siang, para pengungsi di RPTRA Rasela berkumpul di ruang aula. Mereka mendapatkan edukasi dari Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) DKI Jakarta.
”Kalau sudah makan, jangan lupa cuci tangan,” kata Ketua PPPKMI DKI Jakarta Mery Aderita saat memberikan edukasi kepada pengungsi, terutama anak dan remaja.
Kegiatan edukasi diselingi permainan. Para pengungsi juga diminta menunjuk perwakilan untuk jadi duta PHBS. Mereka tertawa lepas ketika saling menunjuk temannya. Seusai edukasi, Mery mengatakan, kegiatan itu dilakukan setelah pihaknya melakukan asesmen pada Sabtu (4/3/2023). Timnya melihat banyak pengungsi yang tidak mencuci tangan saat hendak makan dan membuang sampah sembarangan.
”Mungkin karena situasinya sedang begini, jadi mereka lupa. Makanya, kami ingatkan kembali soal PHBS,” ujar Mery.