Tagana Jakarta Siap Sedia di Balik Layar
Dari balik layar, Taruna Siaga Bencana atau Tagana menjalankan perannya agar korban bencana terlayani dengan baik.
Hayati (51) mengupas bawang dan mengiris cabai. Sejawatnya memotong sayur, mengungkep tahu, dan membersihkan ikan. Mereka sedang mengolah bahan-bahan makanan tersebut untuk menjadi santapan siang bagi puluhan pengungsi kebakaran.
Mpok, sapaan Hayati, memasak bersama anggota Taruna Siaga Bencana atau Tagana lain di dapur umum Posko Tagana Jakarta Barat, Rabu (8/5/2024) pagi. Dapur ini punya tujuh tungku dengan gas elpiji 12 kilogram, meja kayu tempat meletakkan bahan makanan, rak perkakas memasak, dan lainnya.
Pagi itu mereka menyiapkan 75 nasi kotak. Lauknya tumis buncis, tahu goreng, dan ikan asam manis. Semuanya untuk pengungsi kebakaran di RT 007 RW 004 Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Baca juga: 1.258 Bencana Terjadi di Jakarta, Kebakaran Jadi Kasus Tertinggi
”Nanti siang masak lagi untuk makan malam pengungsi,” ujar Mpok. ”Mereka harus terlayani dengan baik. Kalau tidak, pada ngomel,” ucapnya lagi, berseloroh.
Mpok masuk Tagana sejak tahun 2017. Saat ini, jenjangnya madya atau sudah mengikuti pelatihan dan pemantapan, berpengalaman, dan mempunyai keterampilan khusus dalam penanggulangan bencana, seperti manajemen dapur umum lapangan.
Mulanya dia sukarelawan setiap kali daerah Duri Kosambi kebanjiran. Seiring waktu, panggilan hatinya kian mantap untuk terus membantu warga terdampak banjir ataupun kebakaran di Jakarta Barat.
”Memang suka bantu-bantu. Kalau banjir, turun ke lapangan. Semua dibawa asyik saja,” ujarnya.
Sejak menjadi Tagana dengan status Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan, Mpok menghabiskan sebagian besar harinya di posko. Dia dan 13 sejawat bergantian jaga dalam dua sif, pukul 07.30-19.30 WIB dan pukul 19.30-07.30 WIB.
Bisa mengenal Indonesia walaupun harus meninggalkan keluarga sampai dua bulan.
Tak hanya siap sedia saat dibutuhkan. Mpok dan kawan-kawan juga harus cekatan dan serba bisa. Contohnya saat gempa magnitudo 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, pada 21 November 2022 yang menelan banyak korban jiwa dan luka serta merusak hampir 100.000 rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan ataupun fasilitas publik lainnya.
Selama 15 hari Mpok dan sejumlah anggota Tagana DKI Jakarta lain membuka dapur umum lapangan di Cianjur. Mereka memasak, mendampingi pengungsi, memberikan layanan dukungan psikososial, dan beristirahat di tengah banyaknya gempa susulan.
”Cianjur luar biasa. Guncangan susulan terus-menerus. Alhamdulillah semua lancar. Jalani dengan sabar,” ucapnya.
Pilih sukarelawan
Tungku sudah menyala. Minyak goreng mulai panas. Hastono Ardi (36) perlahan memasukkan tahu satu per satu ke dalam wajan.
Sejak remaja warga Rawa Buaya ini aktif dalam Saka Bahari Pramuka. Dia kemudian diajak masuk Tagana oleh kenalannya pada 2008. Tawaran ini diterimanya tanpa banyak tanya.
Tagana mengemas makan siang pengungsi kebakaran di dapur umum Posko Tagana Jakarta Barat, Rabu (8/5/2024).
Hastono mensyukuri pilihan ini. Dulu tugasnya hanya mengevakuasi warga, tetapi sejak di Tagana tugasnya lengkap. Banyak hal harus dia kerjakan, mulai dari mengurusi dapur umum, tenda pengungsian, hingga memberikan layanan dukungan psikososial.
Tagana madya ini juga membantu korban erupsi Merapi pada 26 dan 29 Oktober serta 5 November 2010, gempa dan tsunami Palu pada 28 September 2018. Ia pun berkontribusi saat membantu korban tsunami Selat Sunda di pesisir Banten dan Lampung pada 22 Desember 2018.
Erupsi Merapi ketika itu menewaskan 332 jiwa, sebanyak 1.705 korban luka-luka, 69.533 jiwa mengungsi, dan 2.447 rumah rusak. Sementara gempa bumi magnitudo 7,4 yang diiringi tsunami dan likuefaksi di Palu, Sigi, dan Donggala menyebabkan 2.113 orang meninggal, 1.309 orang hilang, dan 235.911 warga mengungsi. Adapun tsunami Selat Sunda menyebabkan 437 orang tewas, 41.132 jiwa mengungsi, dan ribuan bangunan rusak.
Baca juga: Selat Sunda Rawan Tsunami
”Menolong orang lain selalu berkesan. Ada pengalaman lebih dan bisa mengenal Indonesia walaupun harus meninggalkan keluarga sampai dua bulan,” ucap Hastono sambil membolak-balik tahu yang warnanya mulai kuning keemasan.
Syfa Qarira (24) juga punya kesan serupa. Awalnya dia bertanya-tanya karena melihat Tagana selalu hadir di setiap bencana. Bermula dari tanya itu, akhirnya mahasiswi ini bergabung pada 2018.
Dia menjadi sukarelawan sambil menyelesaikan kelas karyawan pada jurusan manajemen sumber daya manusia salah satu kampus di Jakarta Barat. ”Kok, Tagana selalu ada. Buka posko, ada dapur umumnya. Pas koordinatornya bilang ada perekrutan, langsung ikut,” ujar Syfa.
Saat ini, dia merupakan Tagana muda. Artinya, telah mengikuti pelatihan dasar dan berpengalaman dalam penanggulangan bencana.
Baca juga: Bantuan Sosial Mulai Disalurkan ke Korban Gunung Ruang
Tak melulu soal bencana. Dari aktivitasnya sebagai Tagana, Syfa makin percaya diri berbicara di depan umum, terutama ketika sosialisasi kepada warga.
”Jadi lebih mengenal warga. Sosialisasi ke sana-sini, ngobrol sama orang, dan tambah pengetahuan,” ujarnya.
Tak terasa makanan sudah siap. Mereka mulai mengemasnya ke dalam 75 kotak. Sesudah itu, kotak-kotak berisi makanan itu diantar menggunakan mobil kepada warga yang sudah menanti.
Lebih optimal
Tagana merupakan relawan sosial atau tenaga kesejahteraan sosial dari masyarakat yang peduli dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial. Penjelasan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Tagana.
Keberadaannya untuk mendayagunakan dan memberdayakan generasi muda dalam penanggulangan bencana. Hal ini sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana, baik sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana.
Baca juga: Tagana, Garda Terdepan Kemensos dalam Membantu Korban Bencana
Tagana sudah berkiprah selama 20 tahun atau sejak 2004 dalam penanggulangan bencana di Tanah Air. Di Jakarta perekrutan anggotanya mulai tahun 2006.
Forum Koordinasi Tagana DKI Jakarta mencatat hingga kini anggotanya yang aktif dan punya keterampilan khusus mencapai 1.457 orang di seluruh wilayah administratif. Dari jumlah tersebut, ada 500 anggota dari tingkat wilayah dan 50 orang dari Dinas Sosial DKI Jakarta yang siap sedia saat ada bencana.
”Tagana Jakarta titik beratnya di dapur umum sesuai tupoksi dinas sosial. Juga mengurus logistik dan shelter (pengungsian). Di balik layar, masak, urus pengungsian, pendampingan, semuanya luar biasa capai, tetapi pentingkan kebutuhan warga,” tutur Wakil Ketua Forum Koordinasi Tagana DKI Jakarta Doddy Cahyadi, Selasa (7/5/2024).
Tak heran, pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah pengungsi sudah mendapatkan makanan ataupun apakah mereka sudah ditempatkan ke pengungsian layak, sudah karib di telinga Tagana dari pimpinan tingkat pusat hingga daerah.
Namun, ada satu masukan agar Tagana lebih optimal dan menjalankan peran strategis. Ini khususnya dalam pengurangan risiko bencana.
Baca juga: Relawan Bencana dari Desa-desa
Wakil Ketua Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia Dicky Pelupessy merujuk frasa siaga bencana dalam kata Tagana. Frasa dimaksud berarti kesiapsiagaan atau pengurangan risiko bencana.
”Peran mereka selama ini kebanyakan setelah kejadian bencana. Ini penting, tetapi kehilangan makna strategis, fungsi, dan operasi sebelum bencana,” kata Dicky, Rabu sore.
Dia menyarankan pergeseran paradigma dari penanganan bencana ke pengurangan risiko bencana. Untuk mewujudkan hal itu, Tagana membutuhkan penguatan organisasi, program terstruktur, dukungan anggaran, dan kebijakan.
Setelah 20 tahun, kini saatnya Tagana menjalankan peran lebih strategis dalam mendayagunakan dan memberdayakan generasi muda ataupun meningkatkan partisipasi masyarakat sebelum, saat, dan sesudah bencana.