Inflasi Lebaran 2024 di Jakarta Paling Rendah dalam Tiga Tahun Terakhir, Harga Cabai Deflasi
Inflasi secara bulanan di Jakarta pada April 2024 melandai jadi 0,26 persen dari bulan sebelumnya 0,37 persen.
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi secara bulanan di DKI Jakarta pada April 2024 sebesar 0,26 persen atau lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi inflasi pada Maret 2024 yang sebesar 0,37 persen. Inflasi bulanan yang melandai ini terjadi akibat komponen harga bergejolak, seperti beras dan cabai merah yang mengalami deflasi setelah beberapa bulan terakhir menyumbang inflasi.
Pelaksana Tugas Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Dwi Paramita Dewi mengatakan, tidak hanya secara bulanan, tingkat inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) di Provinsi DKI Jakarta pada April 2024 juga menurun dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Pada April 2024, tingkat inflasi tahunan sebesar 2,11 persen. Sementara itu, pada April 2023, tingkat inflasi y-on-y tercatat sebesar 3,69 persen dan tingkat inflasi y-on-y April 2022 sebesar 2,63 persen.
”Kalau dilihat secara bulanan atau month to month (m-to-m) pada April 2024, tingkat inflasi DKI Jakarta sebesar 0,26 persen. Ini lebih rendah dari tingkat inflasi m-to-m April 2023 yang tercatat sebesar 0,40 persen dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi m-to-m April 2022 yang sebesar 0,70 persen,” ujar Dwi, Kamis (2/5/2024).
Tren inflasi yang melandai pada April 2024 ini terjadi akibat komponen harga bergejolak, seperti cabai merah dan beras, yang mengalami deflasi setelah beberapa bulan terakhir menyumbang inflasi. Adapun kelompok makanan, minuman, dan tembakau turut memberikan andil deflasi 0,03 persen secara bulanan pada April 2024. Sementara pada Maret 2024, sektor tersebut memberikan andil inflasi bulanan 0,25 persen.
Ditinjau secara m-to-m, kelompok ini pada April 2024 mengalami deflasi 0,15 persen dan memberikan andil deflasi m-to-m sebesar 0,03 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi m-to-m ialah cabai merah sebesar 0,12 persen; beras 0,04 persen; telur ayam ras dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,03 persen; dan sawi hijau 0,01 persen.
Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m sehingga dapat meredam laju deflasi ialah bawang merah sebesar 0,07 persen; bawang putih 0,02 persen; serta jeruk, tomat, kangkung, jagung manis, jus buah siap saji, pisang, daun bawang, sigaret kretek mesin (SKM), dan air kemasan yang memberikan sumbangan inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.
Baca juga: Inflasi Tahunan Jakarta Naik, Kunjungan Wisman Positif Jelang KTT ASEAN
Sementara secara tahunan, kelompok ini pada April 2024 memberikan andil inflasi y-on-y sebesar 1,24 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu beras 0,36 persen; daging ayam ras 0,12 persen; tomat 0,07 persen; bawang merah 0,06 persen; bawang putih 0,05 persen; minyak goreng 0,04 persen; sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), kopi bubuk, daging sapi, dan jeruk masing-masing sebesar 0,03 persen; air kemasan, gula pasir, ikan lele, udang basah dan daun bawang masing-masing sebesar 0,02 persen; ice cream, susu bubuk, tahu mentah, dan nugget masing-masing sebesar 0,01 persen.
Adapun komoditas yang dominan memberikan andil deflasi y-on-y ialah telur ayam, cabai rawit, tempe, jeruk nipis/limau, cumi-cumi, bayam dan ikan kembung/ikan gembung/ikan banyar/ikan gembolo/ikan aso-aso dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.
Harga beberapa bahan pangan di DKI Jakarta memang terpantau turun. Melansir data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Kamis (2/5/2024) pukul 14.30 WIB, dari 19 komoditas, terdapat 6 komoditas yang harganya naik dan harga 13 komoditas lainnya turun.
Harga komoditas yang naik adalah bawang putih bonggol, gula konsumsi, tepung terigu (curah), telur ayam ras, dan daging sapi murni. Sementara harga beberapa komoditas, seperti minyak goreng kemasan sederhana, ikan kembung, beras medium, cabai rawit merah, dan ikan tongkol menurun daripada hari kemarin. Harga cabai merah keriting turun paling banyak, yakni Rp 2.600 (4,44 persen), dari Rp 58.570 per kg menjadi Rp 55.970 per kg.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta secara rutin mengecek stok dan harga pangan dalam upaya mengendalikan angka inflasi. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Suharini Eliawati menyebutkan, salah satu langkah konkret untuk menekan inflasi di Jakarta ialah dengan memastikan ketersediaan bahan pangan aman dan mengecek ketersediaan di Perum Bulog ataupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Food Station yang memadai.
Upaya itu dilakukan guna memenuhi permintaan pangan dan stabilisasi harga, khususnya beras. Dinas KPKP DKI Jakarta juga bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk menjaga pasokan beras yang masuk ke Ibu Kota.
”Kemudian, kerja sama dengan antar-pelaku usaha atau B2B serta mengoptimalkan peran PT Food Station Tjipinang Jaya,” kata Suharini.
Inflasi sektor transportasi
Di sisi lain, kelompok penyumbang inflasi bulanan terbesar di Jakarta pada April 2024 adalah kelompok transportasi dengan inflasi 0,77 persen dan andil inflasi sebesar 0,11 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi bulanan atau month to month (m-to-m) pada kelompok ini adalah angkutan udara sebesar 0,07 persen dan angkutan antarkota 0,04 persen. Inflasi ini dipicu oleh ramainya mudik Lebaran tahun ini.
Hal ini jauh berbeda dengan data pada Maret 2024. Saat itu, kelompok transportasi justru diketahui mengalami deflasi minus 0,01 persen dan tidak menyumbang inflasi sama sekali.
Adapun secara tahunan, kelompok transportasi mengalami inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) sebesar 0,78 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 107,57 pada April 2023 menjadi 108,41 pada April 2024. Subkelompok yang mengalami inflasi y-on-y tertinggi ialah jasa angkutan penumpang sebesar 2,98 persen dan terendah ialah subkelompok pembelian kendaraan sebesar 0,09 persen.
Sementara andil inflasi tahunan atau y-on-y yang disumbangkan oleh sektor transportasi sebesar 0,11 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y, yaitu angkutan antarkota sebesar 0,05 persen, angkutan udara dan tarif jalan tol yang masing-masing sebesar 0,03 persen, dan cuci kendaraan sebesar 0,02 persen.
Harga berbagai komoditas di Jakarta pada April 2024 secara umum juga menunjukkan kenaikan. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi y-on-y pada April 2024, antara lain beras, emas perhiasan, daging ayam ras, tomat, sewa rumah, bawang merah, upah asisten rumah tangga, angkutan antarkota, bawang putih, bimbingan belajar, minyak goreng, kue kering berminyak, angkutan udara, sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), kopi bubuk, sekolah menengah atas, tarif jalan tol, daging sapi, dan kontrak rumah.
Tren inflasi yang melandai pada April 2024 ini terjadi akibat komponen harga bergejolak, seperti cabai merah dan beras, yang mengalami deflasi setelah beberapa bulan terakhir menyumbang inflasi. Adapun kelompok makanan, minuman, dan tembakau turut memberikan andil deflasi 0,03 persen secara bulanan pada April 2024. Sementara pada Maret 2024 sektor tersebut memberikan andil inflasi bulanan 0,25 persen.
Adapun komoditas yang memberikan sumbangan deflasi y-on-y ialah bensin, sabun cair/cuci piring, celana dalam pria, daster, telur ayam ras, televisi berwarna, celana pendek pria, kerudung/jilbab, celana panjang katun pria, cabai rawit, kaus kutang/singlet pria, tempe, baju, setelan anak, jeruk nipis/limau, baju kaus tanpa kerah/T-shirt anak, sandal kulit wanita, cumi-cumi, bayam, jaket pria, dan blus wanita.
Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m pada April 2024, antara lain, ialah emas perhiasan, bawang merah, angkutan udara, angkutan antarkota, sop, bawang putih, jeruk, bakso siap santap, tomat, kangkung, soto, jagung manis, jus buah siap saji, pisang, daun bawang, sigaret kretek mesin (SKM), dan air kemasan. Adapun komoditas yang memberikan andil deflasi m-to-m adalah cabai merah, beras, telur ayam ras, cabai rawit, dan sawi hijau.
Skala nasional
Adapun dalam skala nasional, kondisi inflasi Indonesia pada April 2024 juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. BPS mencatat, inflasi pada April 2024 sebesar 0,25 persen secara bulanan atau lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi inflasi pada Maret 2024 yang sebesar 0,52 persen.
”Tingkat inflasi bulanan April 2024 lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu,” tutur Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti.
Amalia menuturkan, beras mengalami deflasi pada April 2024 sebesar 2,72 persen month-to-month setelah mengalami inflasi delapan bulan berturut-turut sejak Agustus 2023. Hal ini seiring dengan peningkatan produksi beras sehingga dampaknya tingkat inflasi beras terus menurun hingga mengalami deflasi sebesar 2,72 persen pada bulan April 2024 dan memberikan andil deflasi sebesar 0,12 persen.
Baca juga: Inflasi 2023 Terendah dalam Dua Dekade Terakhir
Sementara itu, secara tahunan terjadi inflasi 3,00 persen. Adapun inflasi secara tahun kalender (Desember 2023 ke April 2024) mencapai 1,19 persen.
Amalia menyampaikan, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar pada April 2024 adalah kelompok transportasi dengan inflasi 0,9 persen dan andil inflasi sebesar 0,12 persen. Penyumbang utama inflasi dari kelompok transportasi adalah tarif angkutan udara dengan andil inflasi 0,06 persen, tarif angkutan antarkota dengan andil inflasi 0,03 persen, serta tarif kereta api dengan andil inflasi 0,01 persen.
Kemudian, komoditas lainnya yang juga memberikan andil inflasi April 2024 adalah bawang merah dengan andil inflasi 0,14 persen, emas perhiasan dengan andil inflasi 0,08 persen, tomat dengan andil inflasi 0,04 persen, serta bawang putih dengan andil inflasi 0,02 persen.
Selain itu, terdapat komoditas yang memberikan andil deflasi. Komoditas itu, antara lain, ialah cabai merah dengan andil deflasi 0,14 persen, beras dengan andil deflasi 0,12 persen, serta telur ayam ras dengan andil deflasi 0,06 persen.
”Dari 38 provinsi di Indonesia, sebanyak 34 provinsi mengalami inflasi,” ucap Amalia.
Provinsi dengan inflasi tertinggi adalah Papua dan Papua Tengah masing-masing 1,2 persen secara bulanan. Disusul Papua Pegunungan 1,06 persen, Kalimantan Tengah 0,73 persen, dan Papua Barat Daya 0,73 persen. Adapun empat provinsi penyumbang deflasi adalah Lampung yang minus 0,01 persen secara bulanan. Lalu, Sumatera Utara minus 0,04 persen, Sulawesi Barat minus 0,27 persen, dan Sumatera Barat minus 0,3 persen.