Antisipasi Kebakaran Saat Rumah Ditinggal Mudik
Sebelum mudik, warga harus memastikan rumah aman dari bahaya kebarakan. Simak tips antisipasi kebakaran di sini.
JAKARTA, KOMPAS —Warga Jakarta yang akan mudik Lebaran diimbau untuk memperhatikan keamanan rumahnya dari bahaya kebakaran selama ditinggal pergi. Langkah-langkah antisipasi kebakaran, seperti merapikan kabel yang masih berantakan hingga memperhatikan instalasi tabung gas yang digunakan untuk memasak, perlu diterapkan.
Selasa (2/4/2024) pagi, Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta camat dan lurah untuk menyosialisasikan kepada warga agar mudik dengan aman dan selamat. Warga juga diimbau untuk memperhatikan tetangga atau rumah di kanan dan kirinya saat pemiliknya sedang mudik.
”Pastikan juga listrik, gas, dan perangkat elektronik sudah aman karena rumah akan ditinggal lama. Rumah bisa dititip ke kepala RT/RW demi keamanan. Jangan tinggalkan harta berharga, titip ke keluarga atau orang tepercaya,” kata Heru.
Heru juga meminta Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta terus berkoordinasi dengan para wali kota ataupun tokoh masyarakat untuk menyosialisasikan bahaya kebakaran dan tindakan yang perlu dilakukan agar rumah dan toko yang ditinggal mudik tetap aman. Hal itu khususnya di wilayah rawan, seperti permukiman padat penduduk.
Dalam konfirmasi yang berbeda, Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan menyampaikan, ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Faktor tersebut antara lain korsleting atau hubungan pendek arus listrik, kebocoran instalasi gas, atau terkena petasan. Selain itu juga aktivitas masyarakat membakar sampah yang bisa merambat ke obyek lain, baik itu tumbuhan, bangunan, maupun kendaraan.
Lebih lanjut, Satriadi mengatakan, bangunan perumahan menjadi obyek yang paling banyak mengalami kebakaran dengan dugaan penyebab korsleting. Maka dari itu, memeriksa instalasi listrik secara berkala dan segera mengganti jika kabel atau perangkat listrik sudah terkelupas atau rusak perlu dilakukan.
Ia kemudian mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa waspada dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, terlebih jika rumah akan ditinggal liburan atau mudik Lebaran.
”Oleh karena itu, sangat penting untuk tetap waspada dan mengambil tindakan pencegahan kebakaran yang tepat,” katanya.
Sejumlah tips
Satriadi pun memaparkan langkah-langkah antisipasi kebakaran yang bisa diterapkan. Pertama, warga tidak meninggalkan kompor yang sedang menyala saat memasak. Kedua, memastikan kompor dalam keadaan mati saat akan meninggalkan rumah atau waktu istirahat.
Saat ini dari 267 kelurahan di Jakarta, hanya ada 170 kelurahan yang memiliki pos. Padahal, pos itu sangat membantu untuk mempercepat respons kita.
Ketiga, memperhatikan instalasi tabung gas yang digunakan untuk memasak dengan memahami ciri kebocoran gas, seperti berbau menyengat dan mengeluarkan bunyi pada saat instalasi. Keempat, melepas regulator dari tabung gas.
Kelima, mencabut steker dari stop kontak jika tidak terpakai. Keenam, melaporkan kepergian mudik kepada pengurus RT/RW atau petugas keamanan di lingkungan rumah.
Ketujuh, menitipkan kunci rumah kepada orang yang dipercaya. Kedelapan, menitipkan hewan peliharaan. Kesembilan, mematikan semua aliran listrik dan alat elektronik lainnya. Jika mudik cukup lama, kosongkan lemari es dan matikan aliran listriknya.
Kesepuluh, merapikan kabel yang masih berantakan, baik di bawah karpet maupun bahan yang mudah terbakar. Kesebelas, mematikan semua lampu di ruangan. Kedua belas, jika warga merupakan perokok, pastikan bara api pada puntung rokok sudah padam sehingga aman dan tidak memicu kebakaran saat hendak mudik.
Warga Jakarta yang memerlukan bantuan petugas pemadaman kebakaran dapat menghubungi Jakarta Siaga 112 (bebas pulsa) atau datang ke Pos Sektor Dinas Gulkarmat di wilayah terdekat jika mengalami atau melihat kondisi darurat.
Baca juga: 1.258 Bencana Terjadi di Jakarta, Kebakaran Jadi Kasus Tertinggi
Di sisi lain, Satriadi menyebut bahwa sebenarnya Jakarta masih kekurangan petugas pemadam kebakaran. Dalam perhitungan dan kajian oleh Kementerian Dalam Negeri, seharusnya Pemprov DKI dibekali 10.000 petugas pemadam kebakaran.Namun, faktanya, saat ini hanya ada 4.000 petugas pemadam kebakaran di Jakarta. Selain itu, defisit juga terjadi pada kehadiran pos pemadam kebakaran.
”Saat ini dari 267 kelurahan di Jakarta, hanya ada 170 kelurahan yang memiliki pos. Padahal,,pos itu sangat membantu untuk mempercepat respons kami,” katanya.
Pengajuan penambahan personel dan pos pemadam kebakaran sudah beberapa kali disampaikan kepada DPRD DKI Jakarta. Namun, hal itu belum dapat terpenuhi karena keterbatasan anggaran.
Agar dapat tetap memaksimalkan pencegahan dan penanganan kebakaran, Dinas Gulkarmat DKI mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat agar dapat memperkecil risiko kebakaran. Salah satunya melalui satgas penanggulangan kebakaran yang ada di tiap kelurahan. Masyarakat pun diharapkan dapat memiliki kesadaran bersama atas bahaya kebakaran di tempat tinggalnya.
Baca juga: Penyebab Kebakaran Gudang Amunisi Diinvestigasi
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai, Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan pencegahan terkait kebakaran yang terus berulang di Ibu Kota. Menurut dia, hal itu didasari pada penyebab dan lokasi kebakaran.
Penyebab kebakaran sering kali adanya korsleting. Karena itu, Pemprov DKI dinilai perlu gencar mengedukasi masyarakat mengenai pemasangan dan penggunaan listrik.
Yayat mengatakan, masyarakat harus bisa memastikan bahwa aliran listrik di tempat tinggalnya terpasang dengan aman sesuai prosedur. Selanjutnya, masyarakat harus melakukan pengecekan rutin instalasi listrik dan memastikan kabel-kabel tidak terbuka serta terpasang denga baik.
Ia juga berharap masyarakat tidak menggunakan perlengkapan elektronik rumah tangga secara berlebihan sehingga bisa menyebabkan mesin panas dan muncul korsleting.
Kebakaran di Jakarta
Dari data Dinas Gulkarmat DKI, pada Januari 2024 terdapat 149 kejadian kebakaran dan 108 kejadian kebakaran pada bulan Februari 2024. Adapun pada bulan Ramadhan ini, peristiwa kebakaran masih sering terjadi di Jakarta.
Menjelang waktu sahur, Minggu (17/3/2024) dini hari, kebakaran melanda Pasar Budhi Darma di Kelurahan Kota Bambu Utara, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Ratusan warga terpaksa mengungsi karena rumah dan kontrakan semipermanen mereka dilalap si jago merah.
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat Syarifudin menyebut, si jago merah meluluhlantakkan 75 kontrakan semipermanen dan 20 rumah warga di area seluas 2.350 meter persegi. Kerugian ditaksir mencapai Rp 3.52 miliar.
Kemudian, terjadi kebakaran di gudang penyimpanan barang milik Lazada di Jalan Pesing Poglar, Jakarta Barat, Kamis (21/3/2024) pukul 21.59 malam. Untuk memadamkan amukan si jago merah, pihak Gulkarmat mengerahkan 17 mobil pemadam dan 85 personel. Kebakaran diduga terjadi karena korsleting. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Sebuah rumah di Jalan Damai Nomor 51, RT 014/RW 003 Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kamis (28/3/2024), juga terbakar. Penyebabnya bersumber dari korsleting di plafon rumah tersebut. Peristiwa kebakaran itu terjadi pukul 10.14.
Petugas Sudin Gulkarmat Jaktim pun mengerahkan 14 mobil pemadam kebakaran dengan 70 personel untuk memadamkan api yang membakar bangunan rumah seluas 900 meter persegi itu. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi kerugian ditaksir mencapai Rp 800 juta.
Baca juga: Bara Api Jelang Sahur yang Membakar Rumah Kami
Kebakaran juga melanda sebuah rumah mewah berlantai dua di Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Sabtu (30/3/2024) pukul 03.45. Kebakaran diduga disebabkan oleh korsleting.
Api mucul pertama kali di lantai dasar, tepatnya di ruang tamu. Satu orang meninggal akibat insiden tersebut.