Audiensi digelar puluhan kali, tetapi kemajuannya tak signifikan. Pihak yang merevitalisasi mengalami kendala finansial.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — RevitalisasiPasar Senen Blok VI di Jakarta Pusat terkatung-katung. Lima tahun terakhir, para pedagang berjualan di tempat penampungan sementara atau TPS. Mereka mendesak revitalisasi segera direalisasikan karena bangunan sementara yang ditempati sudah tak layak.
Revitalisasi Pasar Senen dicanangkan lebih dari 10 tahun lalu. Sekitar 2.300 pedagang yang menempati gedung lama dipindahkan ke TPS pada tahun 2018.
Para pedagang yang kehabisan kios tak bisa mencari nafkah. Mereka yang masih berjualan pun omzetnya anjlok.
”Saya saja tak sampai Rp 1 juta per hari dengan karyawan hanya dua orang. Cuma saudara yang saya pertahankan. Dulu, bisa dapat Rp 25 juta. Karyawan sampai 10 orang,” katanya.
Ia sebelumnya mengelola dua kios untuk menjual bumbu-bumbu masing-masing seluas 31 meter dan 18 meter.
Cosmos juga mengungkapkan, TPS sebenarnya dirancang ditempati hanya dua tahun. Tak heran, sejumlah lokasi bangunan tersebut sudah keropos. Pedagang terpaksa berdesak-desakan. Di lorongnya, kursi, terpal, dan meja bertumpuk-tumpuk.
Tangga besi juga terlihat sudah berkarat, sementara lahan yang seharusnya dibangun gedung baru ditumbuhi semak belukar. ”Atapnya sudah banyak yang bocor. Peletakan batu pertama sudah dilakukan tahun 2021, tapi (kemudian) mangkrak dan dibiarkan,” katanya.
Audiensi sudah digelar puluhan kali, tetapi tak menunjukkan kemajuan yang berarti. Cosmos berharap bangunan baru didirikan secepatnya.
”Tahun lalu saja, mungkin sudah 10 kali kami mengirim surat, tapi seringnya tak ditanggapi,” ucapnya.
Lukito Muhdiah (57), pedagang lain, mengeluhkan omzetnya yang jauh menurun setelah pindah ke TPS. Pedagang empon-empon, seperti jahe, kunyit, lengkuas, bawang merah, serai, dan daun salam, itu mendapatkan keuntungan rata-rata Rp 3 juta per bulan atau hanya sekitar separuh dibandingkan sebelumnya.
Saat di gedung lama, Lukito bisa menjual bawang merah sekitar Rp 50 kilogram (kg) per hari. Kini, kuantitas tersebut hanya sekitar 20 kg. ”Daun jeruk saja dulu terjual 5 kg per hari. Sekarang, 1 kg pun enggak habis. Pendapatan buat operasional kebutuhan saja kalau cukup sudah syukur,” katanya.
Pedagang lain, Bachtiar Tajudin (51), menjual rempah-rempah seperti ketumbar, lada, dan kayu manis. Ia enggan menyebutkan keuntungannya, tetapi hanya menuturkan penurunan hasil penjualan hingga 50 persen karena revitalisasi yang terlunta-lunta.
Dibangun April
Direktur Utama PD Pasar Jaya Agus Himawan mengatakan, revitalisasi Pasar Senen Blok VI dijadwalkan mulai terlaksana pada April 2024. Pihak yang seharusnya merevitalisasi sudah berinvestasi dan menyusun perencanaan, namun mengalami kendala finansial.
Atapnya sudah banyak yang bocor. Peletakan batu pertama sudah dilakukan tahun 2021, tapi (kemudian) mangkrak dan dibiarkan.
”Kami mencari win-win solution (saling menguntungkan). Tidak digugat, tapi hitung biaya yang keluar lalu konsultan properti akan memverifikasinya,” ucap Agus.
Ia bersyukur penghitungan itu sudah selesai pada Desember 2023. Mitra baru telah dicari untuk menandatangani nota kesepahaman.
”Masalah hukum sudah selesai. Enggak ada isu lagi. Langkah terberat, mencari solusi agar tak ada yang dirugikan. Paling penting, revitalisasi tetap jalan,” katanya. Permohonan pendampingan telah disampaikan kepada Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Pusat karena menyangkut keperdataan.
”Berita acara kesepakatan nilai yang harus diberikan dan pengakhiran kerja sama sebelumnya sudah ditandatangani. Mitra baru dan lama difasilitasi Kejari,” ucapnya. Beberapa kerja sama yang macet, termasuk pembenahan Pasar Senen Blok VI, terus dibereskan.