Warga Jakarta dan sekitarnya masih harus mewaspadai cuaca ekstrem hingga 18 Maret 2024 mendatang.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 13 rukun tetangga di Jakarta Timur masih tergenang banjir akibat hujan deras dan luapan Kali Ciliwung. Warga Jakarta dan sekitarnya pun masih harus waspada dengan cuaca ekstrem hingga 18 Maret 2024.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat ada 13 RT terendam banjir pada Jumat (15/3/2024) sore. Banjir disebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya sejak Kamis (14/3/2024).
Pada Jumat pukul 04.00 banjir masih menggenangi 16 RT di Jakarta. Akan tetapi, per pukul 17.30, banjir mulai surut. Jumlah RT yang terendam banjir telah berkurang menjadi 13 RT.
”BPBD DKI mencatat genangan saat ini terjadi di 13 RT atau 0,042 persen dari 30.772 RT yang ada di wilayah Jakarta,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji.
Sebanyak 13 RT di Jakarta Timur yang masih tergenang meliputi 4 RT di Kelurahan Bidara Cina dengan ketinggian air 30-50 sentimeter, 3 RT di Kampung Melayu dengan ketinggian air 60 cm, 5 RT di Kelurahan Cawang dengan ketinggian air 40-60 cm, serta 1 RT di Kelurahan Cililitan dengan ketinggian air 30 cm. Semuanya disebabkan oleh hujan dan luapan Kali Ciliwung.
Adapun hujan tersebut juga menyebabkan status sejumlah pintu air naik menjadi Siaga 3 atau Waspada, antara lain Bendung Katulampa, Pos Pantau Depok, Pintu Air Manggarai, Pintu Air Karet, dan Pos Sunter Hulu.
Isnawa memastikan terus berkoordinasi dengan instansi lainnya untuk melakukan penyedotan agar banjir cepat surut. Genangan ditargetkan surut dalam waktu cepat.
Langganan banjir
Warga Kampung Melayu, Nur Dinawati (38), geram. Sebab, tempat tinggalnya lagi-lagi menjadi langganan banjir.
Ia mengatakan, banjir kiriman dari Bogor dan Depok itu menyebabkan air Kali Ciliwung meluap sejak Kamis petang (14/3/2024) sekitar pukul 15.20 dengan ketinggian air mencapai 75 cm. Akan tetapi, pada Jumat dini hari, genangannya naik menjadi 110 cm. Beruntung, banjir terus menyusut hingga 60 cm pada sore hari.
Meskipun begitu, ia mengaku sudah biasa dengan kondisi tersebut. Sejumlah warga juga tetap beraktivitas meski ketinggian genangan air terus naik.
”Dari sahur naiknya cepet banget, untung sekarang sudah lebih surut,” ucap Dina.
Dina mengatakan, sejak musim hujan tiba. Ia sudah memindahkan barangnya ke lantai dua. Terlebih barang elektronik yang akan rusak apabila kena air.
Belum ada warga yang mengungsi, masih aman kalau segini (60 cm).
Warga Kampung Melayu lainnya, Indah Astuti (35), terpaksa berjalan menerobos banjir untuk membeli kebutuhan rumah. Kendaraannya juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi.
Indah menuturkan, belum ada warga yang mengungsi ke posko pengungsian. ”Belum ada warga yang mengungsi, masih aman kalau segini (60 cm),” ujarnya.
Cuaca ekstrem
Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) masih berpotensi dilanda cuaca ekstrem hingga 18 Maret 2024. Warga pun diimbau untuk waspada terhadap dampak dari hujan disertai kilat dan angin kencang yang mungkin terjadi.
Berdasarkan penjelasan Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, kondisi tersebut dipicu aktivitas Madden-Julian Oscillation serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.
Kemudian, adanya tiga bibit siklon tropis, yaitu bibit siklon tropis 91S, 94S, dan 93P, yang termonitor berada di sekitar Samudra Hindia selatan Jawa, Laut Timor, dan Laut Australia menunjukkan pengaruh terhadap wilayah Indonesia bagian selatan.
Kombinasi fenomena tersebut diperkirakan akan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/angin kencang di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek.
”Hasil analisis terkini, penurunan potensi intensitas hujan di Jabodetabek baru akan terjadi mulai 17 Maret 2024,” kata Guswanto.