Waspadai Gangguan Ketertiban dan Kejahatan Menjelang Ramadhan
Meningkatnya kejahatan menjelang Ramadhan karena beberapa faktor, salah satunya ekonomi.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Potensi kejahatan dan gangguan ketertiban masyarakat di Ibu Kota diprediksi meningkat menjelang bulan puasa. Kepolisian mengajak warga untuk bersama meningkatkan keamanan dan kewaspadaan di lingkungan. Polisi juga akan rutin berpatroli.
Direktur Pembinaan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Badya Wijaya mengatakan, setelah Pemilihan Umum 2024, warga kembali akan menyambut perayaan besar seperti bulan puasa. Semakin mendekati bulan puasa, aktivitas dan pergerakan masyarakat hingga ekonomi akan meningkat sehingga berpotensi pada gangguan keamanan dan ketertiban.
Oleh karena itu, agar ibadah bulan puasa berjalan penuh hikmah dan khusyuk, pihak kepolisian mengajak warga untuk bersama menjaga lingkungan dari potensi tindak kejahatan. Keaktifan warga itu salah satunya melalui kegiatan poskamling.
”Mengaktifkan poskamling, mengajak partisipasi aktif masyarakat menjaga situasi kondisi di masyarakat untuk tetap adem,” kata Badya, Selasa (5/3/2024).
Partisipasi warga secara bergantian untuk menghidupkan dan menjalankan siskamling dengan mewajibkan tamu untuk wajib lapor 1 × 24 jam kepada pengurus RT/RW setempat diharapkan dapat mengurangi kasus pencurian motor, maling rumah, dan gangguan ketertiban masyarakat lainnya.
Keaktifan warga lainnya di antaranya dukungan peran orangtua dan lingkungan untuk memantau anak-anaknya agar tidak melakukan aktivitas berkumpul, terutama saat menjelang subuh dan sesudah sahur.
Dari beberapa kejadian tahun-tahun sebelumnya, konvoi bermotor atau tawuran kerap terjadi pada saat subuh. Tindak kejahatan jalanan ini tidak hanya membahayakan para pelaku, tetapi juga sangat mengganggu kenyamanan dan ketertiban warga.
Polda Metro Jaya, Kata Badya, akan terus berupaya menjaga keamanan dan ketertiban Ibu Kota serta menindak tegas pelaku tindak kejahatan agar suasana tetap kondusif.
”Partisipasi warga dan kami berupaya menjaga situasi kamtibmas agar tetap aman kondusif,” ucapnya.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Nicolas Ary Lilipaly mengatakan, pihaknya akan meningkatkan patroli untuk mencegah terjadinya tindak kriminalitas ataupun gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Tindak kriminalitas yang menjadi perhatian ialah tawuran.
Sinergi dengan masyarakat
Kepala Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Ade Rahmat Ignal menuturkan, menjelang bulan puasa, ada tren meningkatnya gangguan kamtibmas seperti tawuran dan pencurian.
Oleh karena itu, sinergi dengan masyarakat sangat dibutuhkan. ”Keterbatasan personel kepolisian dalam pengawasan tidak bisa berjalan maksimal tanpa bantuan warga dan pokdar (kelompok sadar) kamtibmas yang menjadi ujung tombak untuk memberikan informasi langsung kepada anggota ataupun polsek terdekat,” ujar Rahmat.
Selain keamanan di lingkungan, warga diimbau untuk tetap waspada dan berhati-hati jika berbelanja di pusat perbelanjaan atau saat hendak mengambil uang di bank atau anjungan tunai mandiri.
Saat keluar rumah, hindari menggunakan perhiasan serta menyimpan dompet dan barang berharga di dalam tas yang sulit dijangkau pelaku kejahatan. Adapun saat mengambil uang dalam jumlah besar, warga bisa meminta bantuan pengawalan polisi. Disarankan pula jangan mengambil uang saat malam hari dan kondisi di sekitar sepi.
Seperti dalam kasus terbaru di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Utara, Polsek Kelapa Gading menangkap tiga pelaku spesialis jambret. Aksi mereka cepat ditangani karena informasi cepat dari masyarakat kepada polisi. Aksi mereka sempat direkam oleh seorang sopir ojek daring.
Para pelaku memanfaatkan situasi keramaian untuk mencuri barang berharga seperti telepon seluler. Dari hasil pemeriksaan, tiga pelaku itu sudah beraksi 15 kali. Para pelaku tidak segan melakukan kekerasan kepada korban.
Kriminolog Universitas Indonesia, Josias Simon, mengatakan, meningkatnya kejahatan menjelang Ramadhan karena beberapa faktor, salah satunya ekonomi. Tuntutan ekonomi ditambah harga-harga kebutuhan harian yang mahal bisa mendorong seseorang atau spesialis kejahatan beraksi melakukan tindak kriminal.
Tidak peduli kondisi ramai atau sepi, mereka selalu mencari cara memanfaatkan situasi. ”Keramaian di pasar atau pusat perbelanjaan bisa menjadi celah untuk mereka beraksi kepada calon korban yang lengah. Kondisi sepi, saat orang-orang salat atau pergi belanja rumah ditinggal, mereka beraksi,” kata Josias.
Tuntutan ekonomi ditambah harga-harga kebutuhan harian yang mahal bisa mendorong seseorang atau spesialis kejahatan beraksi melakukan tindak kriminal.
Namun, yang perlu dicermati dari aksi kejahatan ialah ada masalah sosial atau kesenjangan sosial. Tradisi buka bersama di mal dan restoran dengan berbagai sajian makanan enak, lalu berbelanja berbagai kebutuhan, telah menciptakan situasi sosial yang tidak ideal dan kecemburuan bagi yang tidak bisa merasakan hal itu.
Konsumerisme bagi kalangan mampu secara tidak sadar telah memberi jarak kesenjangan sosial sehingga sangat berpotensi menciptakan tindak kejahatan.
”Di satu sisi, masih banyak warga yang tidak bisa menjalankan ibadah puasa karena keterbatasan ekonomi. Tindak kejahatan bisa disebabkan karena faktor ekonomi dan itu yang terjadi,” kata Josias.
Masalah kejahatan atau kriminalitas ini tidak saja andil penting peran polisi untuk mencegah dan penanganan secara hukum. Namun, kejahatan juga menjadi masalah pemerintah dan perilaku warganya.