Penumpang LRT Jabodebek berharap layanan yang konsisten dan andal.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pengguna LRT Jabodebek meningkat 15,6 persen karena bertambahnya jumlah perjalanan dan perpanjangan waktu operasional. Seiring peningkatan itu, pengguna berharap layanan ataupun pengoperasiannya konsisten dan andal.
LRT Jabodebek sejak 16 Januari lalu menambah jumlah perjalanan menjadi 264 perjalanan selama hari kerja dan 240 perjalanan saat akhir pekan dan hari libur nasional atau cuti bersama yang ditetapkan pemerintah. Pada saat yang sama, waktu keberangkatan pertama dari Stasiun Jatimulya menjadi pukul 05.22 dan dari Stasiun Harjamukti pukul 05.30, serta keberangkatan terakhir dari Stasiun Dukuh Atas menjadi pukul 22.00 dan pukul 22.05.
Manajer Public Relations LRT Jabodebek Mahendro Trang Bawono mengatakan, penyesuaian jumlah perjalanan dan waktu operasional tersebut untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna LRT Jabodebek. Hasilnya, sejak 16 Januari hingga 14 Februari lalu, jumlah pengguna meningkat 15,6 persen atau 1,19 juta pengguna.
”Meningkat dari 1,02 juta pengguna pada bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan November, peningkatannya 33 persen,” kata Mahendro, Minggu (18/2/2024).
Peningkatan jumlah pengguna ini menjadi pelecut bagi LRT Jabodebek untuk meningkatkan layanan yang sejak beroperasi secara komersial pada 28 Agustus 2023 telah mengangkut 6,3 juta pengguna.
Mahendro memastikan manajemen fokus menjaga kekonsistenan dan keandalan pengoperasian sehingga dapat memenuhi harapan pengguna pada moda transportasi yang aman, tepat waktu, dan dapat diandalkan. Misalnya, meningkatkan rerata pengguna harian, jumlah perjalanan, dan waktu tunggu antarkereta (headway).
LRT Jabodebek menargetkan dapat melayani 69.000 pengguna setiap hari, dapat mengoperasikan 240 perjalanan per hari, dan ketepatan waktu mencapai 99 persen.
Kalau begitu (lebih dari 20 menit) lagi, mending pakai kendaraan pribadi.
Konsisten
Sejumlah pengguna pun berharap pengoperasian LRT Jabodebek konsisten dan andal. Salah satunya headway lebih cepat dari 10–20 menit menjadi 7,5-15 menit.
Saepul (33), misalnya, rutin menggunakan LRT Jabodebek dari Harjamukti ke Dukuh Atas. Moda berbasis rel ini jadi pilihannya ketimbang kendaraan pribadi agar terhindar dari kemacetan menuju pusat Jakarta.
Dia berharap jangan ada lagi gangguan operasional seperti tahun lalu karena bubut roda. Pekerja kantoran sepertinya kelabakan lantaran waktu tunggu lebih dari 20 menit.
”Kalau begitu (lebih dari 20 menit) lagi, mending pakai kendaraan pribadi,” ujar Saepul.
Gangguan yang dimaksud Saepul terjadi pada Oktober 2023. Saat itu, 103 perjalanan LRT Jabodebek terdampak perawatan roda pada 18 rangkaian kereta. Alhasil, kereta yang beroperasi harus dibatasi kecepatannya hingga 50 persen sehingga headway menjadi 30 menit sampai 1 jam.
Senada dengan Regina (27), yang naik LRT Jabodebek dari tempat indekos di Jakarta Selatan ke kantor di Dukuh Atas. Selain bebas macet, dia bisa menghemat ongkos transportasi karena tak perlu naik ojek online (daring).
”Minusnya kalau ada gangguan. Waktu tunggu jadi lama. Mau enggak mau pilih yang cepat (ojek daring),” kata Regina.