Jakarta Berjibaku Kurangi Kiriman Sampah ke Bantargebang
TPS 3R Pejaten Barat diharap dapat bermanfaat mengurangi sampah yang akan dibawa ke TPST Bantargebang.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jakarta terus berupaya mengurangi timbulan sampah yang dikirim ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu atau TPST Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat. Salah satunya lewat pembangunan tempat pengolahan sampah atau TPS berkonsep kurangi, pakai kembali, dan daur ulang (reduce, reuse, recycle/3R) di Pejanten Barat, Jakarta Selatan. TPS 3R berkapasitas pengolahan 50 ton sampah per hari itu bisa beroperasi efektif jika didukung warga yang memilah sampah di lingkungannya.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meresmikan TPS 3R di Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (16/2/2024). Hadirnya TPS 3R itu diharapkan dapat mengurangi sampah yang dibuang ke TPST Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.
”TPS 3R ini memiliki kapasitas hingga 50 ton sampah per hari serta menghasilkan bahan bakar jumputan padat atau refused derived fuel (RDF),” ujar Heru.
Dengan pengoperasian TPS 3R, semua limbah rumah tangga akan diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Adapun TPS 3R merupakan fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar yang serupaRDF plant di TPST Bantargebang, tetapi untuk skala kecamatan.
”Ibaratnya seperti pengolahan limbah menjadi bahan bakar di tempat pengolahan sampah terpadu, tetapi skalanya lebih kecil,” kata Heru.
TPS 3R yang memiliki luas 600 meter persegi itu akan dikelola oleh Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Selatan. Heru berharap adanya TPS 3R di Pejaten Barat dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengurangi sampah yang akan dibawa ke TPST Bantargebang.
Di TPS 3R tersebut, sampah rumah tangga dipilah dan diolah. Khusus untuk sampah kering nantinya dijadikan bahan bakar alternatif industri manufaktur.
TPS 3R ini memiliki kapasitas hingga 50 ton sampah per hari serta menghasilkan bahan bakar jumputan padat atau refused derived fuel (RDF).
Pengelolaan sampah melalui TPS 3R diharapkan mampu mengatasi volume sampah dari Jakarta ke Bantargebang yang jumlahnya mencapai 7.500 ton sampah per hari.
Hasil dari pengolahan sampah tersebut akan dijual ke penampung (offtaker) yang sudah bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta. Untuk harganya, per 1 ton olahan sampah itu akan dibeli di kisaran 30 dollar AS atau setara dengan Rp 470.000.
”Hasilnya setelah dikeringkan akan dibeli oleh offtaker yang sudah bekerja sama dengan dinas lingkungan hidup,” lanjutnya.
Adapun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan membangun TPS 3R di 44 kecamatan untuk mengurangi volume sampah. Terdapat tujuh TPS 3R yang telah dibangun pada 2023. Targetnya, pada 2024 dibangun empat lagi.
Ke depannya kami upayakan sampah dari rumah tangga bisa terpilah dengan mengurangi beban yang masuk ke tempat pembuangan sampah akhir.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta telah meresmikan beberapa TPS berkonsep serupa, antara lain, di Ciracas, Jakarta Timur; di Rawasari, Jakarta Pusat; dan di Meruya Selatan, Jakarta Barat, pada akhir Januari lalu. TPS 3R ini berkapasitas 25 ton untuk pengolahan sampah, mulai dari pemilahan sampah organik dan non-organik, pencacahan, sampai pengeringan, serta mengonversi sampah menjadi pupuk kompos dan RDF.
Pemprov DKI Jakarta berencana menghentikan izin pembukaan tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah pada 2030. Sebagai gantinya, setiap kecamatan dari 44 kecamatan di Jakarta setidaknya punya satu TPS 3R.
Ikut memilah
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta meminta warga ikut memilah sampah di lingkungannya sehubungan dengan pengoperasian TPS 3R di sejumlah lokasi.
”Pemilahan sampah bisa dimulai dari rumah,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto.
Kehadiran TPS 3R di Pejaten Barat ini diharapkan dapat memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik nantinya akan dijadikan kompos, sementara sampah anorganik dibawa ke bank sampah.
”Ke depannya kami upayakan sampah dari rumah tangga bisa terpilah dengan mengurangi beban yang masuk ke tempat pembuangan sampah akhir,” kata Asep.
Demi berjalannya kegiatan pemanfaatan dan pemilahan sampah ini, anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Shinta Yosefina, meminta Pemprov DKI senantiasa meningkatkan edukasi terkait TPS 3R kepada warga.
”Pemprov DKI harus gencar mengedukasi setiap lapisan masyarakat khususnya dalam lingkup RT dan RW,” katanya.
Warga yang sampahnya dikelola di TPS 3R pun bisa melakukan pemilahan sejak dari rumah tangga. Dengan begitu, pengelolaan sampah di TPS 3R menjadi lebih cepat.
Menurut Shinta, pengelolaan sampah yang baik sangat penting agar membuat lingkungan bersih hingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Ia mengingatkan, dalam pengolahannya, jangan sampai sampahnya semakin menumpuk dan membuat polusi atau bau di kawasan sekitar.