logo Kompas.id
MetropolitanMengolah Sampah Atribut...
Iklan

Mengolah Sampah Atribut Kampanye Menjadi ”Cuan”

Sampah-sampah alat peraga kampanye dapat didaur ulang menjadi produk yang bermanfaat dan menghasilkan ”cuan”.

Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
· 5 menit baca
Muhammad Aldino (28) mendaur ulang limbah atribut kampanye di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).
KOMPAS/ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY

Muhammad Aldino (28) mendaur ulang limbah atribut kampanye di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).

Muhammad Aldino (28) memilih sejumlah baliho kampanye dari tumpukan bahan serupa di halaman tempat kerajinan barang bekas miliknya. Yang telah dipilih, siap untuk didaur ulang. Di dalam studio seluas 12 meter x 6 meter yang terletak di Jagakarsa, Jakarta Selatan, ia dan sejumlah rekannya menghasilkan berbagai barang dari limbah tersebut, seperti tas, kursi, meja, dan papan.

Kelompok perekayasa barang Gudskul Rekayasa dan Dicoba-coba (GudRnD) menginisiasi program daur ulang limbah alat peraga kampanye (APK) bersama merek lokal ramah lingkungan, Stuffo. Aldino merupakan salah satu anggota dalam tim kolaborasi tersebut.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Sampah APK tersebut didapat dari kegiatan pencabutan atribut pemilu pada masa tenang sejak Minggu (11/2/2024). Selain mendapatkan dari warga dan petugas, kelompok tersebut turun ke lapangan untuk membantu proses pencabutan di beberapa wilayah Jakarta Selatan.

Baca juga: Jelang Pemungutan Suara, 4.744 Polisi Jaga Ibu Kota

Aldino mengatakan, belum banyak komunitas atau pabrik yang mengolah bahan sisa APK. Padahal, produksi atribut kampanye itu semakin banyak pada Pemilu 2024.

”Kami mengolah limbah spanduk atau banner menjadi berbagai barang yang bermanfaat dan bernilai jual. Untuk olahan, bisa menjadi kursi, lantai portabel, meja, papan multipleks, hingga bata. Harga bervariasi, mulai dari Rp 38.000 hingga Rp 1 juta-an (per barang),” kata Aldino saat ditemui, Senin (12/2/2024).

Komunitas Gudskul Rekayasa dan Dicoba-coba (GudRnD) serta Stuffo mendaur ulang limbah atribut kampanye menjadi sejumlah barang pakai di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).
KOMPAS/ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY

Komunitas Gudskul Rekayasa dan Dicoba-coba (GudRnD) serta Stuffo mendaur ulang limbah atribut kampanye menjadi sejumlah barang pakai di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).

Aldino mengatakan, papan multipleksterbuat dari beberapa lapis banner. Karakteristik dan ketebalan multipleksyang mirip dengan papan kayu membuat hasil olahan menjadi pengganti kayu.

Riset mengenai multipleksitu dimulai tiga bulan lalu. Saat itu, ada pemilik percetakan elektronik datang ke studionya untuk menawarkan sisa banner untuk diolah. Sebab, banyak banner yang sering dibakar di tempat pembuangan sampah.

Setelah berulang kali mencoba, Aldino dan rekannya berhasil menemukan formula untuk mengolah banner berbahan flexi frontlite asal Korea dan China itu. Bahan tersebut banyak digunakan karena murah.

Baca juga: Penertiban APK Terkendala Minimnya Personel hingga Kendaraan

Mereka juga membuat tas dari flexi asal Jerman karena bahannya tebal. Namun, tidak cocok apabila menggunakan flexi Korea dan China karena bahannya cepat robek. Adapun hasil cacahan banner berbahan flexi juga bisa diolah menjadi bata.

Studio itu juga menawarkan pengolahan tutup plastik bekas berbahan high-density polyethylene (HDPE) dan polypropylene (PP). Bahan itu bisa dilelehkan dengan suhu berkisar 180-250 derajat celsius dan dibentuk menjadi papan berdiameter 28 sentimeter x 30 sentimeter.

Gudskul Rekayasa dan Dicoba-coba (GudRnD) serta Stuffo mendaur ulang limbah atribut kampanye menjadi sejumlah barang pakai di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).
KOMPAS/ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY

Gudskul Rekayasa dan Dicoba-coba (GudRnD) serta Stuffo mendaur ulang limbah atribut kampanye menjadi sejumlah barang pakai di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).

Hasil olahan limbah tersebut dijual di marketplace, website, sejumlah toko, serta berdasarkan pemesanan. Pengerjaan olahan paling cepat tiga jam dan paling lama empat hari, tergantung tingkat kesulitan.

Dalam proses daur ulang, Aldino menuturkan, timnya masih menggunakan alat yang sederhana sehingga produksi masih dalam sekala kecil. Ia berharap dalam memproduksi dalam skala besar agar sampah-sampah banner bisa langsung terserap menjadi produk yang bermanfaat. Harapan lain, pemerintah dan masyarakat bisa memberikan support kegiatan yang ia lakukan.

Kami mengolah limbah spanduk atau banner menjadi berbagai barang yang bermanfaat dan bernilai jual.

Anggota lainnya, Untung Sugiyarto (27), menambahkan, ada delapan orang yang tergabung dalam timnya. Setiap orang memiliki tugas yang berbeda. Biasanya timnya bekerja dari pukul 13.00 hingga menjelang subuh.

Untung mengatakan, para anggotanya merupakan lulusan seni. Selain memproduksi barang daur ulang, ia dan rekannya juga membuka kelas kesenian bagi anak-anak yang ingin belajar mengolah limbah.

Muhammad Aldino (28) mendaur ulang limbah atribut kampanye di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).
KOMPAS/ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY

Muhammad Aldino (28) mendaur ulang limbah atribut kampanye di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).

Iklan

Didaur ulang

APK yang menjadi limbah juga didaur ulang di Bogor, Jawa Barat. Agar Kota Bogor bersih dari APK, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meminta sampah APK yang terkumpul dibawa ke Tempat Pengolahan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) Mekarwangi untuk didaur ulang.

Agar sampah bisa diolah, Bima meminta agar paku, besi, dan kawat yang tertempel di APK disingkirkan untuk memudahkan petugas TPS3R mengelola sampah APK. Nantinya sampah tersebut akan diolah, yakni dibawa ke tempat pengelolaan sampah di Mekarwangi untuk didaur ulang dan bernilai ekonomis seperti papan dan paving block.

Bima mengatakan, TPS3R Mekarwangi sudah berjalan sejak enam bulan lalu. Ia telah meminta pengelola untuk mengkaji kemungkinan sampah APK diolah menjadi bahan dasar atau campuran pembuatan paving block.

Baca juga: Masa Tenang, Alat Peraga Kampanye Serentak Diturunkan di Jakarta

”Daripada ditimbun lalu dibakar dan tidak terurai, lebih baik diolah meskipun memerlukan proses panjang,” kata Bima, seperti dikutip dari Kompas.id (11/2/2024).

Bima juga meminta vendor usaha papan iklan memastikan tidak ada lagi kampanye yang tayang, baik secara elektronik maupun manual. Begitu pula dengan sukarelawan para calon dan anggota hingga unsur pimpinan partai diminta untuk terlibat langsung dalam penertiban APK.

Hasil olahan sampah atribut kampanye yang dijual GudRnd dan Stuffo.
KOMPAS/ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY

Hasil olahan sampah atribut kampanye yang dijual GudRnd dan Stuffo.

Untuk menyadarkan banyaknya banner yang kemudian menjadi sampah, tim GudRnD dan Stuffo membuat istilah Dinas Artistik Kota. Dalam video unggahan di media sosial, seseorang—yang mengatasnamakan dirinya sebagai Mukaryo Baseni dan mengklaim dirinya sebagai Kepala Dinas Artistik Kota—mengatakan, ada sekitar 350.000 lebih caleg DPR, DPD, dan DPRD di seluruh Indonesia. Jika setiap caleg membuat 1.000 APK, maka akan ada 350.000.000 APK di Indonesia.

”Belum lagi ditambah atribut kampanye dari capres dan cawapres. Pertanyaannya, mau dikemanain limbah sebanyak itu?” kata Mukaryo di salah satu unggahan di Instagram oleh akun @eemijee (MG Pringgotono), @stuffo.labs, dan @gudrnd.

Mukaryo mengimbau para peserta kampanye dan tim suksesnya untuk segera membersihkan atribut kampanye yang masih terpasang. Ia juga mengimbau pihak terkait berkolaborasi dengan lembaga dan sukarelawan yang dapat mendaur ulang sampah APK.

Lihat juga: Bebas dari Peraga Kampanye, Jakarta Kembali ”Bernapas Lega”

”Pastikan pula dapat berguna untuk masyarakat, serta dapat mendukung sirkular material dan sirkular ekonomi,” katanya.

Adapun merujuk arahan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 3 Tahun 2024, kepala daerah tak boleh membiarkan sampah dari kegiatan Pemilu 2024 masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA), apalagi sampai mencemari lingkungan.

Tumpukan <i>banner </i>sisa kampanye yang siap diolah menjadi barang bernilai jual, Senin (12/2/2024).
KOMPAS/ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY

Tumpukan banner sisa kampanye yang siap diolah menjadi barang bernilai jual, Senin (12/2/2024).

Harus didampingi

Memasuki masa tenang Pemilu 2024, masih terdapat sejumlah baliho yang belum dicopot di jalanan. Meskipun demikian, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta melarang warga untuk mencopot APK yang masih terpasang secara mandiri.

Anggota Bawaslu DKI, Quin Pegagan, menyampaikan,warga yang hendak mencopot APK harus didampingi pihak yang bertugas, seperti satuan polisi pamong praja.

Adapun Bawaslu DKI Jakarta mengklaim telah mencopot ratusan ribu APK sejak masa tenang berlaku mulai Minggu (11/2/2024) dini hari. Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Satpol PP untuk mencopot APK lanjutan.

Kurangnya personel, alat penertiban, dan kendaraan menjadi kendala dalam penertiban APK pada masa tenang Pemilu 2024.

”Kurangnya personel yang bertugas memengaruhi kemampuan untuk menertibkan satu per satu APK yang berada di jalanan,” kata Quin.

Petugas penanganan prasarana dan sarana umum memilah alat peraga kampanye peserta Pemilu 2024 yang berhasil ditertibkan di Kantor Kelurahan Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (11/2/2024).
KOMPAS/PRIYOMBODO

Petugas penanganan prasarana dan sarana umum memilah alat peraga kampanye peserta Pemilu 2024 yang berhasil ditertibkan di Kantor Kelurahan Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (11/2/2024).

Ada pula kendala keterbatasan alat untuk penertiban. Sebab, sejumlah peserta pemilu memasang APK di tempat yang jauh dari jangkauan sehingga membahayakan untuk dicopot. Padahal, tak semua personel dilengkapi peralatan memadai.

”Keterbatasan jumlah kendaraan dalam penertiban juga menjadi kendala. Meskipun sudah disediakan, masih kurang,” ujarnya.

Editor:
NELI TRIANA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000