Tumbuhnya Harapan di Pasar yang Berubah Rupa di Jakarta
Walau pasar telah direvitalisasi, pedagang masih mengeluhkan sepinya pembeli. Dibutuhkan inovasi dari segala pihak.
Setelah pasar direvitalisasi, pedagang di Pasar Jatirawasari, Jakarta Pusat, dan Pasar Cilincing, Jakarta Utara, bisa lebih nyaman dalam membuka usahanya. Namun, mereka dihadapkan berbagai dilema, salah satunya masih sepinya konsumen yang datang. Inovasi diharapkan untuk bisa mendongkrak peruntungan.
Dengan cekatan, jari-jemari Ulud memangkas rambut pelanggannya di Pasar Jatirawasari, Kamis (8/2/2024). Pasar yang berada di Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, itu baru saja diresmikan, Rabu (7/2/2024), setelah empat tahun direvitalisasi.
Di ruang berukuran sekitar 2 meter x 3 meter itu, ia memasang dua kursi dan beberapa perkakas alat pemotong rambut. Tempat usahanya kini lebih rapi dan tertata jika dibandingkan lima tahun sebelumnya.
Dulu, ketika masih berstatus pasar tradisional, Pasar Jatirawasari terbilang ”buruk rupa”. Jika hujan, genangan air di mana-mana, bau, dan bocor di sana-sini. Kini semua itu telah hilang, pasar menjadi lebih rapi dan tertata dengan lantai telah berlapis keramik.
Ulud bercerita, sebelum revitalisasi pasar dimulai, semua pedagang, termasuk dirinya, dipindahkan ke tempat penampungan sementara yang ada di belakang pasar.
Baca juga: 30 Pasar Tradisional di Seluruh Indonesia Direvitalisasi Tahun Ini
Mereka menyetujui ajakan itu karena pemerintah menjanjikan waktu pembangunan hanya dua tahun. ”Nyatanya, revitalisasi pasar molor menjadi empat tahun,” katanya. Pedagang pun merana.
Ketika berada di tempat penampungan sementara itulah omzet usahanya menurun tajam. ”Sulit untuk memotong rambut dalam kondisi yang serba terbatas,” kata Ulud.
Meskipun begitu, ia tetap bersemangat karena pembangunan pasar terus berlanjut. ”Sekarang kami sudah bisa menempati pasar ini walau sekarang kondisinya (pelanggan) masih sepi,” katanya.
Menurut dia, pasar ini berada di lokasi yang kurang strategis karena berada di ujung dan terhalang jalan buntu. ”Penghuni rumah susun pun enggan ke sini karena aksesnya sangat sulit,” ujar Ulud.
Karena itu, ia meminta agar pemerintah memberikan solusi agar pasar ini bisa hidup kembali. ”Dulu masih ada jalan akses ke sini. Namun, sejak ada pembangunan permukiman, jalan itu pun sekarang tertutup,” kata Ulud.
Sri Hartini (35), pedagang sembako di pasar yang sama, berpendapat sepinya pasar tidak lepas dari sulitnya pasar modern bersaing dengan pasar daring. ”Sekarang lebih banyak konsumen yang memesan barang secara daring daripada datang langsung ke pasar,” ucapnya.
Baca juga: Revitalisasi Pasar Tradisional Ungkit Perekonomian Daerah
Meskipun begitu, ia masih berharap ada perubahan dan inovasi lain yang dapat diciptakan agar revitalisasi ini bisa berdampak bagi pedagang yang ada di dalamnya.
Kondisi serupa juga dirasakan Mimi, pedagang warung kelontong dan makanan di Pasar Cilincing, Jakarta Utara. Walau sudah direvitalisasi sejak enam bulan lalu, menurut Mimi, pasar masih saja sepi.
Alasannya, banyak pedagang yang tidak segera membuka usahanya dengan alasan pasar masih sepi. ”Padahal, jika mereka tidak berjualan, bagaimana konsumen mau datang,” ujar Mimi.
Selain itu, komoditas yang dijual juga kurang beragam. Kebanyakan pedagang memutuskan untuk menjual sembako, sementara penjual ayam, ikan, dan daging belum terlihat. ”Hanya ada lapaknya, tetapi tidak ada pedagangnya,” kata Mimi.
Setali tiga uang dengan Ulud, Mimi berharap ada langkah konkret yang dilakukan pemerintah untuk menarik minat warga agar datang berkunjung.
Suroto (72), salah satu pengunjung Pasar Cilincing, berpendapat pasar ini sudah sangat layak dijadikan tempat usaha. Bersih, rapi, dan yang terbaru adanya lapangan olahraga di lantai tiga. ”Jadi, tidak hanya untuk berbelanja, di sini kita juga bisa berolahraga,” ujar pensiunan Pemprov DKI Jakarta ini.
Namun, memang sejak pasar dibuka, sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan pasar ini kurang santer terdengar. Hal ini membuat warga memilih tetap berkunjung ke pasar tradisional.
Membuka peluang
Ketika meresmikan kedua pasar ini, Rabu (7/2/2024), Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berharap revitalisasi ini kembali membuka peluang baru bagi pedagang dan pelaku usaha. Karena itu, dalam pembangunannya, pemerintah selalu meminta aspirasi dari pedagang agar yang dibangun sesuai dengan kebutuhan.
”Revitalisasi pasar ini mengusung konsep pembangunan yang ramah terhadap difabel, desain yang modern, fasilitas yang lengkap, dan ruang yang nyaman sehingga dapat menciptakan lingkungan yang ideal untuk berbagai aktivitas perdagangan," ujar Heru.
Heru juga mengimbau semua pihak, baik pengurus, pedagang, maupun pengunjung pasar, untuk selalu menjaga kebersihan, kerapian, dan kenyamanan pasar yang telah direvitalisasi tersebut.
”Kepada seluruh pengguna pasar, kami mengimbau untuk terus menjaga lingkungan di sini agar tetap asri dan enak dipandang sehingga bisa menghadirkan suasana yang kondusif saat berlangsungnya aktivitas perekonomian,” ujarnya.
Manajer Hubungan Masyarakat PD Pasar Jaya, Agus Lamun, mengatakan, revitalisasi kedua pasar tersebut merupakan perwujudan menyongsong Jakarta sebagai Kota Global, dengan mempertahankan keunikan budaya lokal. Selain membantu perekonomian lokal, pasar diharapkan dapat menjadi jendela bagi wisatawan lokal ataupun internasional untuk memahami kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta.
”Langkah ini juga dilakukan sebagai bentuk upaya memperindah dan mempercantik area pasar untuk menarik pengunjung agar pasar kembali ramai dan perekonomian pedagang menjadi lebih baik,” ucap Agus.
Dijadikan obyek
Menanggapi sepinya pasar yang direvitalisasi, Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Reynaldi Sarijowan berpendapat ini adalah dampak dari tidak dilibatkannya pedagang dalam proses revitalisasi. Padahal, faktor sosial budaya di lingkungan pasar juga menjadi faktor penting agar warga mau berbelanja di sana.
”Yang saya lihat, pedagang hanya dijadikan obyek. Padahal, aspirasi mereka sangat dibutuhkan untuk pengembangan pasar. Bukan malah menitikberatkan kepentingan investor,” kata Reynaldi.
Kepada seluruh pengguna pasar, kami mengimbau untuk terus menjaga lingkungan di sini agar tetap asri dan enak dipandang.
Selain itu, sosialisasi perlu digencarkan karena mungkin tidak semua warga tahu bahwa pasar itu telah dibuka. ”Jadikan pasar itu sebagai ikon daerahnya,” kata Reynaldi. Di sinilah peran penting pemerintah menggaungkan kembali keberadaan pasar tradisional yang sudah berubah rupa menjadi pasar modern.
Yang tak kalah penting adalah terkait zonasi. Pasar yang direvitalisasi masih sangat dekat dengan pasar ritel modern. Hal ini membuat pasar sulit berkembang dan terkepung pasar ritel modern dan pasar daring.
Harapan yang muncul dari pedagang pasar yang baru direvitalisasi ini mengingatkan semua pihak untuk tidak abai dalam menyerap aspirasi di segala sisi. Sebab, ketika pasar rakyat itu hidup, ekonomi akan terus bergeliat.