Ekonomi Jakarta Diperkirakan Tumbuh Solid di 2024 Ini
Bank Indonesia Perwakilan DKI Jakarta optimistis ekonomi Jakarta tumbuh dalam kisaran 4,8-5,6 persen.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Jakarta tahun 2023 tumbuh sebesar 4,96 persen. Pertumbuhan ini lebih lambat ketimbang tahun 2022 sebesar 5,25 persen. Namun, pertumbuhan di tengah perlambatan ekonomi global menunjukkan perekonomian Jakarta masih solid dan diperkirakan tumbuh 4,8-5,6 persen tahun 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta dalam laporan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta triwulan IV-2023, Senin (5/2/2024), menyebut, pertumbuhan ekonomi Jakarta itu dihitung berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp 3.442,98 triliun dan dasar harga konstan mencapai Rp 2.050,47 triliun.
Pelaksana Tugas Kepala BPS DKI Jakarta Dwi Paramita Dewi mengatakan, peningkatan mobilitas warga memicu tumbuhnya lapangan usaha, seperti transportasi dan pergudangan (14,05 persen) yang ditopang oleh peningkatan penumpang dan barang pada hampir seluruh moda transportasi.
Kemudian pertumbuhan lapangan usaha jasa lainnya (11,60 persen) dan penyediaan akomodasi dan makan-minum (9,69 persen), serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebagai kontributor perekonomian terbesar (4,52 persen).
Di sisi lain, lapangan usaha pertambangan dan penggalian terkontraksi 12,75 persen; pengadaan listrik gas terkontraksi 7,20 persen; dan pertanian, kehutanan, dan perikanan terkontraksi 3,94 persen.
Sementara struktur ekonomi Jakarta menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2023 tidak menunjukkan perubahan yang berarti dibandingkan tahun sebelumnya. Perekonomian masih didominasi oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi motor dan sepeda motor (17,67 persen), industri pengolahan (11,87 persen), jasa keuangan dan asuransi (11,09 persen), serta konstruksi (10,82 persen).
”Di tengah perlambatan ekonomi global, perekonomian Jakarta masih tumbuh positif. Pertumbuhan terjadi pada hampir semua komponen pengeluaran. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga didorong peningkatan aktivitas partai politik dalam rangka rakernas, rakerda, dan rapimnas serta persiapan Pemilu 2024,” kata Dwi.
Secara keseluruhan, struktur ekonomi Jakarta menurut pengeluaran tahun 2023 didominasi komponen ekspor barang dan jasa (66,29 persen), pengeluaran konsumsi rumah tangga (62,15 persen), komponen pembentukan modal tetap bruto (34,24 persen), pengeluaran konsumsi pemerintah (12 persen), pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (2,18 persen), dan perubahan inventori (0,36 persen). Adapun impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB memiliki peran 77,23 persen.
Ekonomi Jakarta pada triwulan IV-2023 juga tumbuh 4,85 persen dibandingkan triwulan IV-2022. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah jasa keuangan dan asuransi (10,24 persen), jasa kesehatan dan kegiatan sosial (9,27 persen), serta pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang (8,68 persen).
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga mendominasi (15,43 persen) seiring meningkatnya aktivitas partai politik. Sama halnya dengan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (5,23 persen) yang didorong kenaikan konsumsi warga pada kelompok restoran dan hotel, transportasi, komunikasi, rekreasi, dan budaya, serta perumahan, perkakas, perlengkapan dan penyelenggaraan rumah tangga.
Di tengah perlambatan ekonomi global, perekonomian Jakarta masih tumbuh positif.
Selain itu, komponen pembentukan modal tetap bruto tumbuh 5,17 persen seiring dengan meningkatnya output konstruksi.
Peningkatan aktivitas warga saat Natal dan Tahun Baru juga mendorong ekonomi Jakarta triwulan IV-2023 tumbuh 2,60 persen dibandingkan triwulan III-2023.
Optimisme
Pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun 2023 sesuai perkiraan Bank Indonesia Perwakilan Jakarta. Perkiraan ini berdasarkan survei konsumen, dunia usaha, dan penjualan eceran.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Arlyana Abubakar menuturkan, Jakarta diuntungkan sebagai pusat perekonomian dan wilayah aglomerasi Jabodetabek. Misalnya, tambahan 3,3 juta warga yang beraktivitas atau bekerja saat siang hari, terdapat 450 lebih kantor perbankan, dan jadi hub atau penghubung pangan ke daerah lain meskipun bergantung pada pasokan dari sentra pangan.
”Survei konsumen, dunia usaha, dan penjualan eceran menunjukkan optimisme. Tahun 2024 optimis akan tumbuh 4,8-5,6 persen,” kata Arlyana dalam seminar Outlook Jakarta 2024 yang disiarkan secara daring melalui kanal Youtube Bank Indonesia Perwakilan Jakarta.
Pertumbuhan itu tak lepas dari tantangan struktural dan siklikal. Tantangan struktural antara lain daya dukung Jakarta atau ketersediaan lahan, upah minimum, keterbatasan air, kemacetan, ketimpangan, dan polusi.
Siklikal berasal dari kondisi ekonomi global yang melambat, ketegangan politik dan inflasi global, suku bunga Amerika Serikat (The Fed), dan transisi atau perpindahan Ibu Kota Negara ke Nusantara di Kalimantan Timur.
”Terlepas dari berbagai tantangan, Jakarta punya modal infrastruktur, transportasi publik, tenaga kerja berkualitas, dan strategis sebagai hub yang didukung aglomerasi,” ujar Arlyana.
Dinamika sepanjang tahun 2023 menjadi pelajaran menghadapi tahun 2024 melalui tiga upaya, yaitu sinergi berbagai pemangku kebijakan, pelaku bisnis, dan warga menghadapi gejolak global; inovasi kebijakan dan strategi dalam merespon dinamika yang terjadi; dan konsistensi kebijakan untuk mencapai stabilitas dan ekonomi berkelanjutan.
Arlyana mengatakan, Jakarta perlu memperkuat diri sebagai kontributor ekonomi nasional, mengoptimalkan pangsa pasar dengan fokus pada potensi sebagai hub, keuangan digital, pusat data, kawasan berorientasi transit, dan infrastruktur hijau. Semuanya dapat ditunjang Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta yang memperkuat Jakarta sebagai kota global dan pusat perekonomian.