Warga merespons positif uji emisi di Jabodetabek, tetapi banyak di antaranya belum uji emisi sama sekali.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil survei menunjukkan, banyak warga di Jabodetabek yang sudah tahu tentang uji emisi kendaraan bermotor, tetapi belum banyak yang melaksanakan. Alasannya antara lain karena kendala biaya, informasi uji emisi dirasa kurang, takut tidak lolos uji, belum siap untuk servis ke bengkel, jarang memakai kendaraan pribadi, dan belum merasa hal itu penting.
Survei lembaga riset Populix yang bekerja sama dengan organisasi kesehatan Vital Strategies dan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta menemukan fakta tersebut dalam penelitiannya. Pengumpulan data berlangsung dua kali, yakni pada 18-22 September 2023 serta 28 Desember 2023 sampai 5 Januari 2024.
Dalam diskusi ”Persepsi Tingkat Kepatuhan terhadap Pelaksanaan Uji Emisi Jabodetabek” di Balai Kota Jakarta, Rabu (31/1/2024), dipaparkan bahwa survei itu menjangkau 604 responden pada survei pertama dan 622 responden pada survei kedua. Responden berusia minimal 18 tahun dan memiliki kendaraan bermotor di Jabodetabek.
Lebih dari setengah responden berasal dari Jakarta. Selain itu, 52 persen responden merupakan perempuan dan 48 persen lainnya laki-laki. Mereka didominasi kelompok milenial dan lulusan SMA, berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas, dan kebanyakan punya sepeda motor.
Peneliti Senior Populix Aini Devi Agustian mengatakan, mayoritas responden merespons positif uji emisi sebagai upaya meningkatkan kualitas udara. Namun, banyak di antara responden belum melakukan uji emisi sama sekali.
”Artinya, penting untuk terus menyosialisasikan manfaat uji emisi untuk mendorong tingkat kepatuhan,” ujar Aini.
Dari pengumpulan data tersebut diketahui ada 2 persen responden yang tidak tahu tentang apa itu uji emisi, 31 persen lainnya menyatakan pernah mendengarnya, 47 persen tahu informasi tentang uji emisi, dan 20 persen lainnya mencari informasi lebih lanjut.
Aini menuturkan, responden belum melakukan uji emisi karena kendala biaya, informasi uji emisi dirasa masih kurang, takut tidak lolos, belum siap untuk servis ke bengkel, jarang memakai kendaraan pribadi, dan belum merasa hal tersebut penting.
Survei itu juga menemukan bahwa kepatuhan uji emisi dipengaruhi oleh sedikitnya lokasi uji emisi (terutama bagi pengguna kendaraan yang berasal dari Bodetabek), tidak seragamnya biaya uji emisi, dan kebingungan warga untuk menemukan tempat uji emisi resmi.
”Responden ingin uji emisi masuk dalam paket perawatan rutin kendaraan. Sanksi dan disinsentif juga dinilai cukup efektif meningkatkan kepatuhan uji emisi. Responden meminta uji emisi jadi syarat pengurusan kendaraan dan sanksi tilang secara elektronik,” kata Aini.
Sehubungan dengan razia emisi dengan sanksi tilang ini, sebanyak 28 persen responden merasa sudah tahu ketentuannya. Sisanya baru tahu setelah polusi udara Jakarta jadi sorotan.
Uji emisi
Dari informasi di Sistem Uji Emisi Langit Biru Jakarta Raya, 1,3 juta kendaraan roda empat dan 137.156 kendaraan roda dua telah menjalani uji emisi hingga Rabu (31/1/2024) siang. Jumlah itu masih jauh dari 4,1 juta mobil dan 16,5 juta sepeda motor 16,5 sepeda motor yang berlalu lalang di Jakarta (BPS 2021).
Sejumlah warga mengutarakan hal yang sama dengan temuan survei Populix. Mereka pernah mendengar atau tahu uji emisi, tetapi belum melakukan.
Syarif (32), salah satunya, belum uji emisi karena menunggu program uji emisi gratis. Pekerja kantoran dari Tangerang, Banten, ini masih enggan merogoh kantong sendiri untuk uji emisi di bengkel yang sudah punya layanan tersebut.
”Belum sempat ke bengkel. Mau cari yang gratis dulu,” seloroh Syarif.
Sama halnya dengan David (30). Pekerja kantoran di Jakarta Selatan ini pernah mendengar uji emisi, tetapi tidak mencari tahu lebih jauh tentang uji emisi. ”Bingung manfaatnya. Enggak tahu juga ujinya di mana,” ujar David.
Sehubungan dengan hal itu, Subkoordinator Urusan Pemantauan Kualitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Rahmawati memastikan terus ada pembenahan dari tahun ke tahun. Jika tahun 1990-an perlengkapan uji emisi belum kompeten, sekarang kondisinya sudah lebih baik.
”Kami mengevaluasi, termasuk survei persepsi warga ini supaya kebijakan tepat sasaran dan kepatuhan meningkat,” kata Rahmawati.