Warga lokal yang mendaki Gunung Pangrango untuk ziarah tersesat. Mereka lewat jalur yang tak biasa dilalui pendaki.
Oleh
AGUIDO ADRI
·2 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Sebanyak 16 pendaki yang tersesat di Gunung Pangrango telah ditemukan dengan selamat. Para pendaki itu merupakan para peziarah lokal.
Kepala Staf Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor Jalaludin mengatakan, para pendaki itu adalah para peziarah yang hendak ke Gunung Pangrango. Dari 16 pendaki itu terdata ada dua anak berusia 12 tahun dan 6 tahun yang ikut serta. Saat ditemukan, beberapa dari pendaki mengalami luka ringan dan semua pendaki kelelahan.
”Semua ditemukan dalam keadaan selamat, ada 16 orang. Mereka dilaporkan hilang atau tersesat pada Minggu (28/1/2024) pukul 23.00,” kata Jalaludin, Senin (29/1/2024).
Para pendaki itu, kata Jalaludin, mulai mendaki dari Kampung Pondok Menteng, Desa Citapen, Ciawi, menuju Gunung Pangrango, Sabtu (27/1/2028). Lalu, pada Minggu (28/1/2023), setelah ziarah, mereka turun untuk pulang. Dalam perjalanan pulang itu, ada tiga orang terpisah dari rombongan dan tersesat.
”Tim penyelamat gabungan mulai mencari (Minggu), tetapi tidak berhasil. (Pendaki) ditemukan pada Senin pukul 11.00 di Pasir Pogor, Desa Cileungsi, Ciawi, yang berjarak sekitar 4 kilometer dari pos penjagaan Pasir Pogor,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) Sapto Aji Prabowo mengatakan, para pendaki merupakan para peziarah atau warga lokal dari Desa Cileungsi. Kegiatan ziarah itu merupakan kebiasaan sesuai keyakinan mereka.
Semua ditemukan dalam keadaan selamat, ada 16 orang.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat, kata Aji, di Gunung Gemuruh ada petilasan Prabu Siliwangi. Sementara itu, di Gunung Pangrango, ada tempat yang dipercaya juga sebagai petilasan Surya Kancana. Di beberapa area juga ada yang dianggap wingit (suci dan keramat) oleh masyarakat.
Berdasarkan keterangan, kata Aji, para pendaki lokal itu melalui jalur yang tidak biasa dilalui para pendaki lainnya. Para pendaki itu pun tidak melapor ke petugas.
”Ada kelompok masyarakat yang suka ziarah. Memang ada beberapa zona religi, kan, untuk menghormati keyakinan masyarakat lokal. Mereka lewat Cibedug mau ke Pangrango. Mereka bawa perbekalan minum dan kondisi cuaca kurang bagus. Alasan cuaca ini yang juga menjadi dasar penutupan pendakian,” papar Aji.
Secara resmi, ada tiga pintu pendakian di TNGGP, yaitu di Cibodas, Gunung Putri (Cianjur), dan Selabintana (Sukabumi). Saat ini, semua aktivitas pendakian ke Gunung Pangrango dan Gunung Gede ditutup sejak 30 Desember 2024 hingga 31 Maret.