Rasa syukur masih ada pada korban kecelakaan beruntun di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Walau luka mereka masih selamat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI, AGUIDO ADRI
·5 menit baca
Yasril (44) hanya bisa melihat sisa-sisa barang bengkel miliknya di Kilometer 85, Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/1/2024). Usaha yang ia bangun 10 tahun lalu luluh lantak akibat tertabrak truk boks bernomor polisi B 9740 UXX yang mengangkut air mineral, Selasa (23/1/2024).
Truk itu menabrak bengkel milik Yasril dan sebuah rumah makan. Kecelakaan tersebut juga merusak empat mobil dan empat sepeda motor. Akibatnya, 17 orang luka. Sebanyak 15 orang luka ringan dan 2 orang luka berat.
”Saya mengalami kerugian hingga Rp 150 juta karena ada velg, ban, dan alat-alat bengkel yang ikut rusak,” ucap Yasril, yang bersyukur karena selamat dari tragedi tersebut.
Ia selamat karena sebelum truk menabrak bengkelnya, Yasril mendengar dentuman suara tabrakan. Ia melihat truk mengarah ke bengkel. ”Jika terlambat dua detik saja, mungkin saya bisa menjadi korban,” ucapnya.
Keberuntungan juga dialami Hendri (33), karyawan rumah makan yang nyaris menjadi korban. Ia juga mendengar dentuman keras di luar warung. ”Namun, motor saya hancur tergilas truk,” katanya yang baru setahun menjadi karyawan di rumah makan itu. Naas, rekan Hendri yang menjadi juru masak di rumah makan tertabrak. Saat ini, rekannya masih dirawat di rumah sakit karena luka cukup parah.
Hendri dan Yasril bisa selamat karena sebelum menabrak tempat usaha mereka, truk menabrak mobil berpelat F 1582 AAG yang ditumpangi Agustini (44). Di dalam mobil juga ada ada tujuh anggota keluarga Agustini, tiga di antaranya anak-anak. ”Kami ditabrak di segala sisi. Mulai dari depan, belakang, dan samping,” kata Agustini.
Jika dilihat dari kerusakannya, Agustini merasa beruntung masih bisa selamat. Dari delapan penumpang di mobil itu, sebagian besar mengalami luka ringan. Hanya Agustini yang mengalami luka robek di kening, dan saudaranya Endah (33), yang mengalami patah tulang di tangan kanan dan luka di mata.
Saat kejadian, Agustini dan keluarganya menuju ke Cisarua untuk membeli kudapan yang akan disajikan di acara syukuran di rumahnya, di Ciamis, Jabar. Namun, di tengah jalan, keluarganya menjadi korban kecelakaan.
Jalur ekstrem
Ucla (40), warga setempat, mengatakan, kondisi jalur yang ekstrem dengan turunan dan lekukan yang cukup tajam membuat kecelakaan sering terjadi.
Dari catatan Kompas, kecelakaan pernah menimpa bus Giri Indah bernomor B 7297 BI yang terperosok masuk ke sungai kecil, Rabu (21/8/2013). Para korban adalah jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rahmat Emmanuel, Jakarta Utara. Mereka dalam perjalanan pulang seusai mengikuti Doa dan Puasa Ester di Pondok Kapenray, Kota Bunga, Cipanas, Cianjur, Jabar (Kompas, 22/8/2013).
Dalam kecelakaan, Selasa siang, Ucla curiga jika pengemudi tidak mengetahui jalur lintasan. Jika ia tahu, pasti dia akan berbelok ke kiri dan menjebloskan ban ke selokan.
”Selokan itu memang disediakan untuk menahan ban agar tidak terus melaju,” katanya. Sayangnya, selokan itu banyak ditutup karena adanya pembangunan.
Penanggung Jawab Kantor Pelayanan Jasa Raharja Cibinong Septian Gunawan mengatakan, dua korban yang mengalami luka berat dirujuk ke RS Hermina Ciawi. Semua biaya pengobatan ditanggung Jasa Raharja.
”Jalur puncak merupakan jalur rawan kecelakaan sehingga biaya santunan yang harus dikeluarkan untuk biaya perawatan korban pun cukup banyak,” katanya.
Septian menuturkan, kecelakaan beruntun itu merupakan kecelakaan pertama pada tahun 2024 yang menelan banyak korban. Kepala Unit Penegakan Hukum Lalu Lintas Polres Bogor Inspektur Satu Angga Nugraha mengemukakan, penyebab kecelakaan masih diselidiki. Polisi juga belum menetapkan tersangka karena WI, sang pengemudi truk bermuatan air mineral B 9740 UXX, baru selesai dirawat. Ia dimintai keterangan, Rabu.
Penyelidikan di tempat kejadian masih dilakukan untuk menemukan penyebab pasti kecelakaan. ”Kami mendatangkan tim Traffic Accident Analysis (TAA) dari Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat. Analisis ini diperlukan untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan,” katanya.
Dugaan sementara, kecelakaan disebabkan beberapa faktor, yakni kelalaian pengemudi yang tidak bisa mengoperasikan kendaraannya secara benar. Ditambah lagi kondisi lintasan yang menurun dan menikung tajam.
”Apalagi saat kejadian sedang turun hujan sehingga lintasan menjadi lebih licin,” katanya.
Polisi akan memeriksa kondisi mobil, mulai dari izin hingga kelaikan kendaraan. Jika semua pemeriksaan sudah selesai dan ditemukan alat bukti yang cukup, polisi baru dapat menetapkan tersangka.
Kami mendatangkan tim Traffic Accident Analysis (TAA) dari Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat. Analisis ini diperlukan untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, pengemudi angkutan umum dan pengemudi kendaraan lainnya masih jauh dari standar mengemudi yang aman. Hal ini diperparah dengan kondisi kendaraan yang buruk, muatan berlebihan, dan kondisi jalan.
Dari sisi pengemudi kendaraan truk logistik, tambang, dan jenis angkutan lainnya, tak bisa dimungkiri mereka tidak mendapatkan upah layak, kerja berlebih, dan jaminan kesehatan yang sedikit.
”Kondisi ini mengkhawatirkan karena para sopir kelelahan. Pola hidup dan pemeriksaan kesehatan tidak ada. Ini harus menjadi perhatian jika tak ingin ada kecelakaan yang memakan korban jiwa dan luka,” katanya.
Menurut Djoko, Indonesia memiliki angka kecelakaan yang cukup tinggi dan masuk dalam darurat keselamatan berlalu lintas. Ini seharusnya menjadi perhatian bagi para pemimpin lembaga dan negara. Keselamatan berlalu lintas seharusnya menjadi program penting dari para calon pemimpin Indonesia ke depan. Akan tetapi, keselamatan berlalu lintas tidak dimasukkan itu dalam program dan visi-misi mereka.
Kebijakan yang berpihak pada keselamatan warga adalah yang utama. Upaya mitigasi perlu dilakukan agar kejadian kecelakaan tidak kembali terulang.