Faktor Kelalaian Manusia Diduga Penyebab Kecelakaan di Puncak
Polisi belum menetapkan tersangka dalam kasus kecelakaan di Cisarua. Dugaan kuat adalah kelalaian manusia.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Penyebab kecelakaan beruntun di Km 85 Tugu Utara, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, diduga faktor kelalaian manusia. Namun, Kepolisian Resor Bogor belum menetapkan tersangka dalam kasus kecelakaan itu. Penyelidikan di tempat kejadian masih dilakukan untuk menemukan penyebab pasti kecelakaan.
Kepala Unit Penegakan Hukum Lalu Lintas Polres Bogor Inspektur Satu Angga Nugraha, Rabu (24/1/2024), menuturkan, saat ini pihaknya belum menetapkan tersangka karena WI, sang pengemudi truk bermuatan air mineral B 9740 UXX, baru selesai menjalani perawatan. ”Hari ini kami akan meminta keterangan dari pengemudi,” kata Angga.
Tidak hanya itu, pemeriksaan juga berlanjut di lokasi kecelakaan. ”Kami mendatangkan tim Traffic Accident Analysis (TAA) dari Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat. Analisis ini diperlukan untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan,” katanya.
Dugaan sementara, kecelakaan disebabkan oleh beberapa faktor, yakni kelalaian pengemudi yang tidak bisa mengoperasikan kendaraannya secara benar. Ditambah lagi kondisi lintasan yang menurun dan menikung tajam.
Kecelakaan di lokasi itu bukan yang pertama kali terjadi. Pada Rabu (21/8/2023), Bus Giri Indah B 7297 BI terperosok masuk ke sungai kecil, tepatnya di Kampung Pesit RT 001 RW 002, Tugu Utara, Cisarua, Rabu sekitar pukul 08.00.
Para korban adalah jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rahmat Emmanuel, Jakarta Utara. Kecelakaan terjadi saat rombongan dalam perjalanan pulang seusai mengikuti Doa dan Puasa Ester di Pondok Kapenray, Kota Bunga, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat (Kompas, 22/8/2013).
Angga menuturkan, jika semua pemeriksaan sudah selesai dan ditemukan alat bukti yang cukup, tentu tersangka akan ditetapkan.
Tidak hanya pengemudi, perusahaan angkutan juga bisa terkena imbas dari masalah ini karena kecelakaan ini membuat banyak warga merugi.
Yasril (43) menjadi salah satu korban yang mengalami kerugian karena bengkel mobil yang sudah beroperasi selama 10 tahun itu luluh lantak akibat ditabrak truk. ”Untuk sementara saya tidak bekerja karena bengkel saya hancur,” katanya.
Ia pun nyaris menjadi korban jika tidak mendengar suara benturan yang sudah terjadi sebelumnya. ”Ketika terdengar ada benturan keras, saya keluar untuk melihat kejadian. Setelah itu, truk menuju bengkel saya. Jika terlambat 2 detik, mungkin saya tidak ada lagi di sini,” ujar Yasril.
Pengemudi truk juga sudah selesai menjalani perawatan. ”Tinggal dua pasien yang akan dirujuk karena mengalami patah tulang dan luka di kepala,” katanya.
Penanggung Jawab Kantor Pelayanan Jasa Raharja Cibinong Septian Gunawan menjelaskan, pengobatan para korban sudah ditanggung Jasa Raharja. Terkhusus dua korban luka berat dirujuk ke RS Hermina Ciawi untuk mendapatkan perawatan lanjutan. ”Keduanya mengalami luka jahit dan patah tulang,” kata Septian.
Septian menuturkan, kecelakaan di kawasan puncak tergolong cukup sering. Berdasarkan keterangan warga setempat, setidaknya setiap tahun pasti ada kecelakaan yang terjadi.
Itulah sebabnya, biaya santunan untuk kasus kecelakaan di kawasan Puncak tergolong cukup tinggi. ”Ini adalah kecelakaan pertama yang terjadi tahun 2024. Semoga tidak ada lagi kecelakaan serupa,” ucap Septian.