Mengejar Mimpi dari Secarik Resolusi
Dengan menuliskan daftar resolusi, beberapa orang merasa tujuan hidupnya makin terarah. Apa resolusi Anda tahun ini?
Rasanya ada yang kurang lengkap bagi sebagian kawula muda jika tak punya resolusi setahun ke depan. Resolusi jadi semacam panduan agar mereka semakin bersemangat untuk mencapai keinginan serta makin berkembang dan bermakna.
Semangat menyongsong tahun 2024 ditunjukkan Amira Ratih Farnanda (22) dengan membuat resolusi sebagai panduan mencapai target. Ia sudah terbiasa membuat resolusi tahun baru sejak tiga tahun lalu. Resolusi dia anggap sebagai ajang evaluasi diri untuk membuat rencana perubahan.
Di tahun baru ini, hal yang jadi keinginan terbesar Amira adalah bisa lebih sering berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Saat ini, timbangan Amira menunjukkan bobot 63 kilogram, sementara tinggi tubuhnya hanya 155 sentimeter. Menurut dia, dirinya harus menurunkan berat badan sebesar 5-7 kilogram.
”Saya memulai diet dengan beragam motivasi, seperti ingin bisa memakai lagi baju dan celana yang sudah kekecilan, juga ingin memiliki wajah yang lebih mulus kalau banyak makan makanan sehat. Diet ini saya lakukan mulai 1 Januari kemarin,” kata Amira, Jumat (12/1/2024).
Baca juga: Liburku Sayang, Inginnya Lebih Panjang….
Akan tetapi, warga Jakarta Pusat ini memiliki tantangan, yakni kesukaannya pada makanan manis dan minuman bersoda. Apalagi, banyak makanan yang belum sempat ia coba di tahun 2023 dan ingin ia coba secepatnya, seperti cromboloni dan mille crepes.
Agar resolusinya berjalan lancar, selain rutin mengecek berat badan, Amira juga membuat panduan aturan jam makan beserta menu makanan yang harus dikonsumsinya setiap hari. Selain itu, minimal satu minggu sekali, ia membuat jadwal untuk olahraga. ”Kalau saya langgar aturan-aturan yang saya buat, saya memberi hukuman kepada diri sendiri, seperti membayar denda dan memasukkannya ke celengan di kamar. Itung-itung agar bisa menabung juga,” katanya.
Beda halnya dengan Tiffany (23) yang membuat resolusi untuk kepastian masa depannya. Saat ini, ia sedang berburu pekerjaan setelah berhenti karena kontraknya tak diperpanjang akhir tahun 2023. ”Supaya ada patokan tiap tahun harus melakukan apa, punya pencapaian, jadi hidupku enggak mengalir saja mengikuti arus,” kata Tiffany.
Setidaknya, dara yang tinggal di Jakarta Timur ini punya tiga resolusi. Tahun lalu, misalnya, ada dua resolusi yang terwujud. Sisanya menjadi resolusi tahun ini.
Tahun lalu, sarjana manajemen ini berhasil jalan-jalan seorang diri ke ”negeri kanguru”, Australia. Sementara resolusi kemajuan kariernya urung tergapai karena pemutusan hubungan kerja. ”Tahun ini bisa dapat pekerjaan dan mandiri secara finansial. Kalau belum dapat pekerjaan, semoga bisa lanjutkan studi ke luar negeri,” ujar Tiffany.
Dia memahami bahwa tidak mudah mewujudkan resolusi itu. Sejak akhir tahun lalu, dia tak henti mencari lowongan dan mengirimkan lamaran pekerjaan. Saat yang sama dia mencari informasi tentang beasiswa S-2 ke luar negeri.
Gaji layak
Tak jauh berbeda dengan Guntur Fajar Aprilio (24) yang berusaha mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak guna menjamin kehidupannya. Pada pekerjaan sebelumnya, ia mendapat gaji sekitar Rp 5,3 juta. Uang itu dinilai tidak cukup karena kebutuhan dan biaya hidup di Jakarta sangat tinggi.
Gaji yang dia peroleh itu cepat habis karena harus membayar sewa kos bulanan, bahan bakar minyak, konsumsi, uang tabungan Rp 100.000- Rp 200.00, dan kebutuhan lainnya. ”Aku makan dua kali saja sehari. Jarang ikut nongkrong bareng teman-teman dan itu bikin sedih banget demi hemat. Lah, uang tabungan saja bukannya bertambah malah berkurang,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia memutuskan mengundurkan diri (resign) akhir Januari ini dan mencari pekerjaan baru dengan gaji yang lebih tinggi. Meski tidak akan mudah, lulusan teknik informatika ini akan terus berjuang mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi.
”Resolusi bisa dapat kerja baru di 2024. Bisa dapat pacar juga, ya, sambil usaha terus dan doa. Shalat lima waktu biar Allah kasih jalan,” ujarnya.
Tak melulu terkait pekerjaan, bagi Danianty (28), resolusi yang harus tercapai pada 2024 bisa kembali mengelilingi atau jalan-jalan ke daerah-daerah di Indonesia. Resolusi setiap tahun ini merupakan apresiasi atas kerja kerasnya sendiri.
”Tahun kemarin (2023), full hanya di Jakarta. Sebenarnya ini resolusi tertunda, jadi tahun ini kudu jalan. Pengin banget, sih, ke NTT atau NTB. Penasaran dan belum pernah juga ke sana. Ini tuh, kayak penghargaan untuk diri sendiri saja, biar ada cerita dan enggakdatar saja hidup. Masa kerja melulu,” kata Dania.
Sedikit berbeda dengan Wulandari (26) yang ingin hari-harinya di tahun ini mengalir begitu saja. Pekerja kantoran di Jakarta Pusat ini tak muluk-muluk karena enggan kepikiran jika resolusinya tak tercapai.
Dia berharap tetap antusias menjalani rutinitasnya sambil menemukan hal baru agar tak monoton. Rutinitasnya, antara lain, pergi pulang kantor, kumpul bersama teman, belajar beberapa hal baru, dan menghabiskan waktu di rumah.
”Yang penting lebih menerima kalau umur segini (26 tahun) bakal sering ditanya mana jodohnya, kapan nikah,” kata Wulandari sambil tersipu.
Tahun lalu, hasil jajak pendapat Litbang Kompas merekam gairah masyarakat membuat resolusi di awal tahun 2023. Animo tersebut terekam dari 46,7 persen responden yang akan membuat resolusi di tahun itu.
Sepertiga dari proporsi tersebut disumbang oleh responden yang sudah terbiasa membuat target di awal tahun. Adapun bagi dua pertiganya, tahun 2023 akan menjadi pengalaman pertama mereka membuat resolusi.
Pada tahun 2023, separuh lebih responden menghendaki kesuksesan ekonomi. Sebanyak 23,5 persen berkeinginan untuk membuat usaha atau pekerjaannya semakin maju. Sementara itu, 11,5 persen ingin memiliki rumah dan 1,1 persen ingin kendaraan baru. Sisanya berharap kondisi ekonomi rumah tangganya stabil, membuka usaha, dan segelintir lainnya ingin melunasi utang.
Separuh lainnya punya target nonmaterial, misalnya 11,6 persen ingin hidup lebih bahagia, 5 persen ingin nikmat kesehatan, dan 2,5 persen ingin punya pasangan atau menikah. Adapun 9 persen responden lain menginginkan target di bidang pendidikan.
Dari kebiasaan kecil
Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Candra, menganggap penting membuat resolusi tahun baru. Hal ini sebagai komitmen agar lebih baik di masa depan serta bertanggung jawab dalam menerapkannya. ”Membangun resolusi itu perlu. Manusia memiliki kesadaran diri dan yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya,” katanya.
Menurut Novi, resolusi juga bisa dilakukan di momen lain, tidak harus di momen pergantian tahun. Bahkan, ada baiknya resolusi dilakukan setiap hari meski melalui hal kecil seperti ingin bangun tidur lebih pagi atau tersenyum lebih banyak. Niscaya perjalanan resolusi yang ingin dicapai juga lebih mudah dilakukan.
Akan tetapi, sering kali seseorang menemui kegagalan saat ingin mewujudkan resolusinya. Faktornya beragam, salah satunya kurang berkomitmen untuk melakukannya, meskipun dari hal kecil.
”Kuncinya itu komitmen untuk mengubah perilaku-perilaku sederhana atau kebiasaan kecil. Resolusi besar itu tidak akan ke mana-mana kalau dimulai dari langkah kecil. Jadi, resolusi saja tidak cukup karena harus diikuti oleh kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten,” ujar Novi.
Selain melakukan resolusi secara konsisten, Novi juga memberi kiat agar resolusi tahun 2024 dapat diterapkan dengan baik. Menurut dia, seseorang harus punya alasan kuat sehingga ia memiliki aksi dan gairah yang kuat untuk mewujudkannya. ”Seseorang harus tahu apa alasannya untuk berubah. Itu yang terpenting,” lanjutnya.
Seseorang harus punya alasan kuat sehingga ia memiliki aksi dan gairah yang kuat untuk mewujudkannya.
Untuk melihat kuatnya alasan itu, seseorang dapat bertanya kepada diri sendiri, apa alasan ingin melakukan resolusi tersebut. Contohnya, saat ingin menurunkan berat badan, ia harus bisa konsisten setidaknya lima kali menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama sehingga keinginannya untuk berubah akan semakin kuat.
”Jika dia bisa menjawab apa alasannya sebanyak lima kali, keinginannya itu kuat. Kalau tidak tahu ’mengapa’-nya dan hanya mengikuti tren, biasanya keinginannya tidak akan bertahan lama,” kata Novi.
Menuangkan keinginan, ide, dan cita-cita di tahun baru bukan hal yang memalukan untuk dicoba. Dengan menuliskan daftar keinginan, nyatanya seseorang dapat membuat tujuan hidup makin terarah. Apa resolusimu tahun ini?
Baca juga: Survei HCC: Separuh Warga Jabodetabek Merasa Kesepian