Cerita Anggota Banser yang Menjaga Gereja Saat Natal
Pengamanan tempat ibadah saat Natal oleh organisasi kemasyarakatan, seperti Banser, merupakan wujud toleransi. Kisahnya pun patut menjadi inspirasi.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
Hari ini, Minggu (24/12/2023), umat Kristiani menjalankan ibadah atau misa malam Natal. Tidak jarang sejumlah organisasi kemasyarakatan, seperti Banser Nahdlatul Ulama, turut menjaga keamanan perayaan Natal.
Chaerrudin (49), anggota Banser, misalnya, kerap menjaga perayaan Natal di Gereja Katedral, Jakarta. Ia masih menunggu perintah untuk kembali ditempatkan di gereja itu.
”Saya sudah gabung dengan Banser sejak tahun 1998. Istilahnya, mau disediakan uang bensin atau enggak, tetap berangkat,” kata Yaya, sapaannya, Sabtu (23/12/2023).
Tanpa meminta bayaran, ia antusias membantu umat Katolik beribadah di gereja itu. Namun, tak jarang ia diejek.
”Cemoohannya, ngapain jaga gereja. Orang Islam, Banser pula. Sampai di medsos (media sosial), komentarnya begitu. Tapi, kalau ketemu enggak berani,” katanya sambil tertawa.
Yaya kerap menanggapi komentar itu dengan santai. Ia malah menawarkan akan mentraktir mereka yang mencaci untuk minum kopi bersama.
”Waktu belum ada medsos, pakai SMS (pesan singkat) atau omongan. Pernah, informasinya bakal terjadi kerusuhan, tahun 2000-an. Soalnya, warga sekitar enggak setuju,” katanya.
Namun, Yaya dan rekan-rekannya bergeming dengan tetap menjaga gereja. Ia bersyukur, kabar itu hanya isapan jempol belaka.
”Dibawa senang saja. Saya termotivasi menjaga gereja (saat Natal) karena Lillahi Ta'ala (karena Allah). Kalangan tertentu mungkin mudah terhasut. Tapi, prinsipnya, (kita) semua bersaudara,” katanya.
Ia juga menjunjung keikhlasan meski penjagaan gereja bisa berlangsung hingga tengah malam. ”Biasanya mulai pukul 15.00. Sejam sebelumnya, saya sudah sampai. Besoknya, kalau ada permintaan, ya, dijalani lagi,” ujarnya.
Jumlah personel Banser NU yang menjaga setiap gereja berbeda-beda. Gereja Katedral, misalnya, biasanya dijaga lebih dari 100 orang.
Kepala Satuan Koordinasi Nasional Banser NU Hasan Basri Sagala mengatakan, sekitar 1.000 personel disiagakan untuk mengamankan tempat-tempat ibadah saat Natal. Jumlah tersebut dapat meningkat mengingat permintaan masih mengalir.
”Jumlah personel yang menjaga setiap gereja tergantung kebutuhan. Protap (prosedur tetap)-nya, gereja menyampaikan permintaan lalu kami ke lapangan,” ujarnya. Pihaknya juga berkoordinasi dengan kepolisian, TNI, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Saat Idul Fitri, di provinsi dengan minoritas Muslim, teman-teman Kristiani bahu-membahu membantu kelancaran shalat.
”Kalau terdapat kemungkinan pertikaian atau kerusuhan, tentu jadi pertimbangan untuk menurunkan personel,” kata Hasan. Selain surat, sebagian pengelola gereja juga meminta bantuan melalui telepon. Bisa saja, pada malam menjelang ibadah digelar, permintaan baru diajukan.
”Kami tak menentukan berapa hari sebelumnya permintaan harus disampaikan. Paling penting, kami pakai seragam supaya tak ada penyusup,” tuturnya.
Menurut Hasan, semua umat berhak beribadah dengan tenang di mana pun. Banser NU diperintahkan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia tersebut.
”Semua harus tolong-menolong untuk menjaga kemanusiaan. Dalam konteks keindonesiaan, menjaga kelancaran ibadah juga kewajiban,” ucapnya. Warga, lanjutnya, harus bisa hidup berdampingan meski berbeda-beda suku, golongan, dan agama.
”Saat Idul Fitri, di provinsi dengan minoritas Muslim, teman-teman Kristiani bahu-membahu membantu kelancaran shalat,” kata Hasan. Banser NU juga sudah mengirimkan surat edaran mengenai larangan personelnya untuk meminta uang, bahkan konsumsi.
Menurut Komandan Densus 99 Banser NU M Nuruzzaman, terdapat sekitar 7 juta anggota Banser NU di Indonesia yang siap mengamankan tempat ibadah. ”(Ini) bagian dari menjaga Indonesia juga. Indonesia berdiri bukan karena satu, tetapi berbagai agama yang turut memperjuangkannya,” kata Staf Khusus Menteri Agama ini.
Menurut Ketua Umum Karang Taruna Nasional Didik Mukrianto, para personel Karang Taruna di Indonesia dengan kesadarannya juga selalu hadir dan berpartisipasi untuk menjaga kelancaran ibadah Natal. Personel itu mulai dari pengurus pusat hingga desa atau kelurahan.
”Termasuk memastikan moderasi beragama supaya bisa terus dikuatkan demi persatuan bangsa. Perbedaan itu rahmat dan jadi penguat kesatuan,” katanya.