Perubahan Jalur di Stasiun Manggarai Dikeluhkan Pengguna
Sejumlah masyarakat menilai perubahan beberapa jalur di Stasiun Manggarai dalam rangka ”switch over” ketujuh tahap kedua kurang efektif karena jarak perpindahan kereta semakin jauh.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perubahan jalur dan layanan lain di Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan saat switch over (SO) ketujuh tahap kedua mendapat berbagai respons dari masyarakat. Sejumlah masyarakat menilai perubahan beberapa jalur membuat perpindahan penumpang ke kereta berikutnya kurang efektif karena jaraknya semakin jauh. Untuk itu, fasilitas pendukung di stasiun diharapkan selalu beroperasi dengan optimal.
Senin (18/12/2023) siang, ratusan warga berlalu lalang di Stasiun Manggarai. Sebagian besar warga terus memperhatikan penomoran jalur beserta rute yang tertera. Sebab, hampir seluruh penomoran jalur telah diubah, dampak SO ketujuh tahap kedua.
Warga Jakarta Selatan, Fauziah (25), mengatakan, perubahan jalur berdampak baginya. Sehari-hari ia bepergian dari Stasiun Depok ke Stasiun Sudirman untuk bekerja. Adapun rute Depok (Bogor) berada di peron 11, 12, dan 13, sedangkan rute menuju Sudirman (Tanah Abang) berada di peron 1, 2, dan 4.
”Misal saya turun di peron 11 dan saat transit di Stasiun Manggarai menuju ke Stasiun Sudirman, maka akan sangat jauh, begitu juga sebaliknya. Apalagi eskalator dan lift sering mati,” ujarnya.
Senada dengan Fauziyah, penumpang KRL lain dari Jakarta Pusat, Irsyad Maulana (32), mengatakan harus mulai terbiasa merasakan jauhnya perpindahan kereta dari jalur 10 dan 11 menuju jalur 1 dan 2. Ia hanya berharap eskalator di stasiun tersebut selalu berjalan lancar.
”Lift dan eskalator harus selalu dipastikan lancar. Kasihan penumpang yang sudah berumur senja jika harus berjalan jauh dan naik-turun untuk berpindah kereta,” kata Irsyad.
Sementara itu, perubahan jalur masih membingungkan bagi Irma Oktaviana (27). Sebab, masih ada akses menuju beberapa jalur yang masih belum bisa dilalui. Padahal, dia masih harus mempelajari penomoran jalur terbaru.
Selain itu, sebagai stasiun sentral, lebar peron di Stasiun Manggarai juga dinilai Irma masih kurang luas. Saat kereta telat sebentar saja, penumpang akan menumpuk.
Pengamat transportasi, Budiyanto, mengatakan, bangunan Stasiun Manggarai sudah cukup tua sehingga peron perlu direvitalisasi. Setelah Stasiun Manggarai dijadikan stasiun transit, penumpang akan berjubel pada jam-jam sibuk.
Fasilitas seperti tangga manual dan lift pada jam-jam tertentu juga sering terjadi penumpukan sehingga masyarakat kerap berdesak-desakan dan terjadi saling dorong yang berakibat fatal. Selain itu, kursi-kursi tunggu pada jam sibuk juga tidak bisa menampung dan akhirnya masyarakat duduk di akses jalanan.
Menurut Budiyanto, seharusnya sentralisasi dilaksanakan secara bertahap sambil menunggu tambahan fasilitas, seperti tempat tunggu, tangga, dan lift. Jangan sampai karena beban terlalu berat, bangunan roboh dan sebagainya. Integrasi dengan moda angkutan umum lain juga perlu ditata, termasuk lokasi parkir kendaraan.
Seharusnya sentralisasi dilaksanakan secara bertahap sambil menunggu tambahan fasilitas, seperti tempat tunggu, tangga, dan lift.
Perubahan jalur
Selain perubahan jalur, Kementerian Perhubungan juga akan mengubah akses pintu masuk keluar di Stasiun Manggarai. Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, mengatakan, pengguna KRL nantinya akan masuk keluar dari bangunan dan gedung baru di sisi timur Stasiun Manggarai. Selain itu, akses masuk keluar pengguna juga sudah tersambung dengan koridor menuju layanan transportasi umum lainnya.
”Sebelumnya pada akses masuk keluar yang lama, pengguna harus melintas pada jalur kereta aktif untuk menuju lantai 1 dan 2 bangunan baru Stasiun Manggarai,” kata Anne.
Menurut Anne, pengoperasian akses masuk keluar pengguna KRL dari sisi timur dilakukan untuk memastikan keselamatan dan meningkatkan kenyamanan pengguna. Sebab, pengguna KRL tidak perlu lagi melintasi jalur kereta untuk menuju peron keberangkatan KRL.
Anne menyebutkan, pengguna KRL nantinya akan melewati koridor luar bangunan Stasiun Manggarai untuk menuju peron keberangkatan. Peron 6, 7, dan 8 diperuntukkan untuk KRL rute Cikarang, sedangkan peron 10, 11, 12, dan 13 diperuntukkan untuk KRL rute Bogor.
Pengoperasian akses masuk keluar pengguna KRL dari sisi timur dilakukan untuk memastikan keselamatan dan meningkatkan kenyamanan pengguna. Sebab, pengguna KRL tidak perlu lagi melintasi jalur kereta untuk menuju peron keberangkatan KRL.
Di bangunan sisi kiri Stasiun Manggarai, KAI Commuter juga menyiapkan sejumlah sarana dan prasarana untuk pengguna KRL. Beberapa di antaranya sembilan gate elektronik untuk proses tap-in dan tap out pengguna KRL, eskalator, mushala, dan toilet difabel.
”Kami mengimbau kepada seluruh pengguna KRL di Stasiun Manggarai agar memperhatikan kembali akses keluar masuk yang baru dari timur stasiun,” kata Anne.
Pengoperasian gedung baru itu semula berlangsung pada 9 Desember 2023 saat penerapan SO ketujuh tahap pertama. Akan tetapi, pihak KAI Commuter menunda pengoperasian gedung baru tersebut.
”Tanggal pengoperasian gedung baru itu akan kami komunikasikan lagi,” kata Anne.
Sementara itu, KAI Commuter mencatat rata-rata volume pengguna yang masuk di Stasiun Manggarai 16.000 orang pada hari kerja dan 13.000 orang pada hari libur. Dari jumlah itu, 9.000 orang per hari naik dari bangunan baru sisi kiri stasiun.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Risal Wasal menuturkan, terdapat pula beberapa perubahan terkait penyesuaian nomor jalur dan peron bagi pengguna Commuter Line di Stasiun Manggarai.
Pengguna Commuter Line Cikarang untuk tujuan Tanah Abang/Kampung Bandan yang semula dilayani pada peron antara jalur 6 dan 7 dialihkan melalui peron antara jalur 1 dan 2. Kemudian pengguna Commuter Line Cikarang untuk tujuan Bekasi/Cikarang yang semula dilayani pada peron jalur 8 dialihkan menjadi peron antara jalur 3 dan 4.
Selanjutnya, pengguna Commuter Line feeder untuk tujuan Tanah Abang/Kampung Bandan yang semula dilayani pada peron jalur 6 dan 7 dialihkan melalui peron antara jalur 1 dan 4. Pengguna Commuter Line Bandara Soekarno-Hatta yang semula dilayani pada jalur 9 saat ini dialihkan menjadi jalur 7 dan 8.