Terminal Pulo Gebang Antisipasi Lonjakan Penumpang Saat Libur Natal-Tahun Baru
Selain segera mendirikan posko terpadu, Terminal Terpadu Pulo Gebang juga mengintensifkan pemeriksaan kelaikan armada dan kesehatan sopir serta kernet bus. Upaya itu untuk mengantisipasi libur Natal dan Tahun Baru.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Terminal Terpadu Pulo Gebang di Jakarta mulai mengantisipasi lonjakan penumpang saat libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Selain mengintensifkan pemeriksaan kelaikan armada dan sopir, petugas juga akan mendirikan pos komando atau posko terpadu.
Komandan Regu III Terminal Terpadu Pulo Gebang Mujib Tambrin, di Jakarta, Sabtu (16/12/2023), mengatakan, pemeriksaan kelaikan armada bus serta kesehatan sopir dan kernet dilakukan setiap hari sebelum keberangkatan. Menjelang momen libur Natal dan Tahun Baru, intensitasnya ditingkatkan.
”Armada bus dan kru (sopir dan kernet) yang tidak lolos pemeriksaan tidak boleh berangkat. Harus diganti dengan armada dan kru yang lebih laik dan siap,” kata Mujib.
Selain itu, kata Mujib, terminal juga bersiap mendirikan posko terpadu angkutan Natal-Tahun Baru. Posko yang terdiri dari petugas lintas instansi, seperti dinas perhubungan, tentara dan polisi, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dinas kesehatan, dan PMI ini dibuka pada 19 Desember 2023 hingga 3 Januari 2024.
Mujib melanjutkan, terminal akan melayani masyarakat selama 24 jam. Selain petugas keamanan, kamera pemantau juga tersebar di berbagai sudut terminal dari lantai 1 hingga lantai 4.
”Posko kesehatan juga ada. Namun, menjelang Natal-Tahun Baru, ada penambahan dari Puskesmas Cakung dan perbantuan dari BNN (Badan Narkotika Nasional) supaya pelayanan di Pulo Gebang bisa maksimal dirasakan masyarakat,” ujarnya.
Relatif normal
Sabtu siang hingga sore, jumlah penumpang di Terminal Terpadu Pulo Gebang masih seperti biasa. Belum terjadi kepadatan penumpang di ruang tunggu keberangkatan. Lebih dari separuh kursi di ruang tunggu kosong. Begitu pula dengan kondisi di ruang tunggu kedatangan.
Suasana serupa terjadi di sekitar loket-loket tiket perusahaan otobus (PO). Tidak terjadi antrean pembelian tiket oleh penumpang. Sementara itu, para agen PO berebut menawarkan tiket kepada setiap pengunjung terminal.
”Sekarang belum ada peningkatan. Namun, tanggal 22 Desember mulai penuh. Tanggal selanjutnya, penumpang mulai ramai sampai awal tahun. Dari biasanya 45 bus sehari menjadi 50-60 bus sehari,” kata Soladin Harianja (49), penanggung jawab PO Sinar Jaya di Terminal Terpadu Pulo Gebang.
Sejumlah PO yang melayani rute, antara lain, ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Palembang juga menyiapkan kondisi bus agar laik jalan. ”Tenaga sopir tidak diforsir. Maksimal tiga kali perjalanan PP (pergi-pulang) dalam sepekan,” ujar Harianja.
Mujib membenarkan belum ada kenaikan signifikan jumlah penumpang pada beberapa hari terakhir. Ia memperkirakan kenaikan penumpang yang berangkat dan datang di terminal dari/ke Jawa, Sumatera, dan Bima baru berkisar 10-20 persen.
Menurut Mujib, lonjakan penumpang diperkirakan terjadi pada 22-23 Desember untuk momen Natal dan 28-29 Desember untuk momen Tahun Baru. ”Kemungkinan peningkatan terjadi mulai pekan depan karena bersamaan dengan momen libur sekolah,” katanya.
Data Terminal Terpadu Pulo Gebang menyebutkan, pada 14 Desember, jumlah armada yang berangkat 250 bus dengan 1.303 penumpang. Adapun jumlah armada dan penumpang yang datang 137 bus dan 582 orang.
Pada 15 Desember, jumlah armada yang berangkat 302 armada dengan penumpang 2.297 orang. Jumlah armada dan penumpang yang datang juga tercatat 260 armada dan 1.097 orang.
Adapun Sabtu (16/12/2023) hingga pukul 13.30, jumlah armada dan penumpang yang berangkat 113 armada dengan 970 orang. Sementara jumlah armada yang datang 187 bus dengan 827 penumpang. ”Jumlahnya akan bertambah hingga malam,” ujar Mujib.
Meskipun belum puncak mudik, beberapa pemudik di Terminal Terpadu Pulo Gebang memilih bepergian lebih awal. Selain ingin lebih lama berkumpul dengan keluarga, mudik lebih awal juga untuk mengantisipasi kepadatan pemudik dan kenaikan harga tiket.
Elizabeth Felicia (22), pemudik menuju Jambi, misalnya, pulang lebih awal dengan berangkat Sabtu sore ini meski kantornya baru mulai libur 25 Desember. Agar bisa pulang lebih awal, ia mengajukan cuti ke kantornya mulai 18 Desember dan kembali ke Jakarta pada 2 Januari.
Ia membeli tiket bus seharga Rp 430.000, sedangkan saat mendekati Natal harganya bisa mencapai Rp 500.000-an. ”Selain ingin lebih lama merayakan Natal dan Tahun Baru di rumah, juga menghindari kepadatan dan kenaikan harga tiket,” kata perempuan yang bekerja di perusahaan swasta ini.