Penjabat Gubernur Jawa Barat Minta Warga di Lereng Pegunungan Waspada Antisipasi Gempa Susulan
Warga terdampak gempa di Kabupaten Bogor masih di pengungsian. Kewaspadaan pada bencana di musim hujan diminta ditingkatkan. BNPB pun perlu segera memberi edukasi bagi warga yang tinggal di lereng pegunungan.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey T Machmudin mengapresiasi respons cepat Pemerintah Kabupaten Bogor menangani korban gempa bumi di Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogo. Pemda dan masyarakat juga diminta waspada mengantisipasi gempa susulan maupun kemungkinan bencana lain.
Bey bersama Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Fajar Setyawan meninjau langsung lokasi terdampak gempa dan lokasi pengungsian warga di Desa Purwabakti, Sabtu (9/12/2023). Peninjauan terutama dilakukan di empat kampung di Desa Purwabakti yang terdampak gempa. Selain itu, disiapkan juga dapur umum dan fasilitas mandi cuci kakus (MCK).
Sebelumnya, gempa bumi berkekuatan magnitudo 4.0 mengguncang dan merusak sejumlah bangunan di Kabupaten Bogor hingga Sukabumi, Jumat (8/12/2023) dini hari. Gempa berpusat di 6,73 LS dan 106.61 BT atau 25 kilometer sebelah barat daya Kota Bogor pada kedalaman 5 km.
Warga yang terdampak berjumlah 77 keluarga atau 260 jiwa dan tidak ada korban jiwa. Sebanyak 52 rumah rusak ringan, 18 unit rumah rusak sedang, dan 7 rumah rusak berat.
Kami ingatkan masyarakat tetap waspada dan berhati-hati karena tadi masih terjadi gempa susulan yang menambah jumlah pengungsi ke tenda darurat. Saya imbau masyarakat tetap tenang, tetapi tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama pada musim hujan ini.
Bey mengajak semua masyarakat dan pemangku kepentingan untuk fokus pada upaya antisipasi bencana alam.
”Kami ingatkan masyarakat tetap waspada dan berhati-hati karena tadi masih terjadi gempa susulan yang menambah jumlah pengungsi ke tenda darurat. Saya imbau masyarakat tetap tenang, tetapi tetap meningkatkan kewaspadaan, terutama pada musim hujan ini,” ujar Bey, yang juga Deputi Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden.
Respons cepat ini menunjukkan kesiapsiagaan Pemprov Jawa Barat dalam menghadapi bencana alam. Antisipasi perlu disiapkan, supaya semua pihak bisa menghadapi potensi datangnya bencana yang tak bisa diperkirakan.
”Kami ke sini ingin menunjukan bahwa Pemprov Jabar hadir dan memperhatikan bencana-bencana di daerah karena kami peduli akan keselamatan masyarakat Bogor,” kata Bey.
Edukasi
Deputi Penanganan Darurat BNPB Fajar Setyawan mengatakan, BNPB juga telah mengirimkan tenda pengungsi dan logistik. Dalam kunjungan ini, sebanyak 300 paket sembako dan dua tenda pengungsi juga diberikan. Ditambahkan, pemda bisa segera mengajukan bantuan yang dibutuhkan untuk menangani warga yang tertimpa bencana.
”Apa pun yang diminta, kita akan support,” kata Fajar seperti disampaikan dalam keterangan pers tertulis Pemprov Jawa Barat, Sabtu (9/12/2023).
Edukasi kepada warga yang tinggal di lereng pegunungan yang rentan longsor ketika hujan deras agar mengamankan diri. Dengan demikian, kewaspadaan masyarakat terjaga.
Hal terpenting yang saat ini harus segera dilakukan, kata Fajar, edukasi kepada warga yang tinggal di lereng pegunungan yang rentan longsor ketika hujan deras agar mengamankan diri. Dengan demikian, kewaspadaan masyarakat terjaga.
Masyarakat, khususnya yang tinggal di lereng tebing maupun kaki gunung dan bukit, katanya, harus selalu waspada apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi lebih dari satu jam. Fajar merekomendasikan agar masyarakat dapat menyelamatkan diri ke lokasi yang aman untuk sementara waktu.
Ia juga meminta agar sinergi seluruh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dapat dimaksimalkan untuk memastikan keselamatan masyarakat. Sebab, keselamatan masyarakat adalah hukum tertinggi.
”Yang perlu kita pertimbangkan adalah bagaimana kita bisa menyelamatkan masyarakat khususnya yang tinggal di lereng pegunungan yang rentan terhadap longsor ketika terjadi hujan deras,” katanya.
Yang perlu kita pertimbangkan adalah bagaimana kita bisa menyelamatkan masyarakat khususnya yang tinggal di lereng pegunungan yang rentan terhadap longsor ketika terjadi hujan deras.
Tiadanya korban jiwa dalam kejadian ini, menurut Fajar, dapat dimaknai bahwa masyarakat secara umum sudah memiliki literasi tentang bagaimana tanda-tanda gempa bumi dan memahami bagaimana cara berlindung maupun menyelamatkan diri.
”Syukur tidak ada korban jiwa yang dapat dimaknai bahwa masyarakat sudah paham ketika terjadi gempa sudah bisa menyelamatkan diri,” katanya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Bogor masih mengkaji apakah warga di Pamijahan akan direlokasi mengingat tingkat kerawanan dan tempat tinggal warga sesungguhnya berdiri di atas tanah PTPN dengan status hak guna.
Sebelumnya, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin telah menetapkan status Siaga Darurat Bencana untuk seluruh wilayah Jawa Barat mulai 9 November 2023 hingga 31 Mei 2024. Menurut Bey, antisipasi menghadapi bencana serta penanganan pascabencana perlu mengerahkan semua sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta pembiayaan.
Dia menambahkan, hal terpenting dalam menghadapi bencana, warga tetap tenang dan tidak panik dan meningkatkan kewaspadaan.