LRT Jakarta Velodrome ke Manggarai Mulai Bangun Fondasi
Pengeboran fondasi jadi titik awal proyek LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai. Pengeboran akan berlanjut dengan pekerjaan tiang jembatan, gelagar jembatan, dan jalur rel berikut instalasi sistemnya.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proyek LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai memasuki tahap pengeboran fondasi atau bore pile. Pengeboran di titik P05, persisnya median Jalan Pemuda, Rawamangun, merupakan bagian dari pekerjaan struktur jalur layang.
Pengeboran tersebut melalui beberapa tahapan dalam fase desain dan melewati persiapan, seperti pemagaran, relokasi utilitas, uji tanah atau soil test, dan pemindahan pohon. Ini adalah kelanjutan groundbreaking proyek pada 30 Oktober 2023. Proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai ini sendiri molor dua bulan dari rencana awal Agustus lalu.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Perseroda) Iwan Takwin menyebutkan, pengeboran fondasi menjadi titik awal proyek kereta ringan tersebut. Pengeboran akan berlanjut dengan pekerjaan tiang jembatan atau pier, gelagar jembatan atau girder, dan jalur rel berikut instalasi sistemnya. Seluruh pekerjaan dilakukan oleh kontraktor utama, yaitu KSO Waskita Karya, Nindya Karya, dan Len Railway System.
”Pekerjaan proyek ini masih sesuai dengan rencana. Kami targetkan trial run (uji coba terbatas) hingga Stasiun Rawamangun dapat terlaksana September 2024,” ucap Iwan, Jumat (8/12/2023).
Proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai ditargetkan berlangsung selama 36 bulan atau 3 tahun. Rutenya dirancang sepanjang 6,4 kilometer dengan lima stasiun, yaitu Pemuda, Pramuka BPKP, Pasar Pramuka, Matraman, dan Manggarai.
Pengeboran tersebut melalui beberapa tahapan dalam fase desain dan melewati persiapan, seperti pemagaran, relokasi utilitas, uji tanah atau soil test, dan pemindahan pohon. Ini adalah kelanjutan groundbreaking proyek pada 30 Oktober 2023. Proyek pembangunan LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai ini molor dua bulan dari rencana awal Agustus lalu.
Proyek pembangunan tersebut lebih kompleks ketimbang fase 1 Velodrome ke Kelapa Gading. Kompleksitas itu, antara lain, kepadatan di Jalan Pramuka, Jalan Pemuda, Jalan Tambak, jalan layang (fly over) dan terowongan (underpass) di Matraman, bypass di Jalan Pemuda, ketersediaan lahan di Manggarai, integrasi antarmoda transportasi, analisis dampak lalu lintas, rekayasa, dan manajemen rekayasa lalu lintas.
Iwan mengatakan, selama proyek pembangunan akan diberlakukan pergeseran lajur kendaraan untuk sementara waktu di beberapa titik untuk keperluan area kerja. Karena itu, disiapkan rambu-rambu dan petugas untuk mengarahkan pengguna jalan.
”Kami belajar dari pembangunan LRT Jakarta fase 1 Pegangsaan Dua ke Velodrome. Kontraktor akan mengakselerasi pekerjaan agar efisien dan cepat sehingga minim gangguan bagi pengguna jalan. Metode kerja lebih bagus. Jangan sampai terlalu lama menutup dan mengurangi akses pengguna jalan,” kata Iwan.
Secara keseluruhan pembangunan LRT Jakarta fase 1B Velodrome ke Manggarai menelan anggaran Rp 5,5 triliun dari APBD DKI Jakarta.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang berharap fase 1B Velodrome ke Manggarai yang sempat mandek bisa berjalan lancar. Salah satu keuntungannya ialah penambahan penumpang karena menjadi alternatif bagi warga dari utara ke pusat dan sebaliknya.
”Seharusnya LRT Jakarta bisa angkut 100.000 penumpang jika pembangunannya lancar. Tidak hanya 2.000 penumpang karena masih minim,” ujar Deddy.
Deddy pun mengingatkan pentingnya integrasi antarmoda di kawasan Manggarai agar warga berminat menggunakan LRT Jakarta nantinya. Kawasan tersebut punya risiko sosial yang besar terkait kepadatan dan kepemilikan lahan sehingga harus disimulasikan supaya tidak ada gesekan sosial.