Setelah 28 Tahun, Ekskavasi Pulau Onrust Kembali Dilakukan
Ekskavasi ini untuk membuktikan titik lokasi jalan keluar masuk dan batas-batas pos pengamanan benteng pertahanan di Pulau Onrust yang mengacu pada denah buatan JW Heydt pada 1744.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta di bawah Dinas Kebudayaan DKI Jakarta kembali melakukan ekskavasi arkeologi di Pulau Onrust setelah terakhir kali dilakukan pada 1995. Selain melanjutkan penelitian arkeologi terdahulu, tujuan ekskavasi ini untuk pembuktian titik lokasi jalan keluar masuk dan batas-batas bastion pada benteng pertahanan di Pulau Onrust yang mengacu pada denah buatan JW Heydt pada 1744.
Ekskavasi ini dilakukan oleh tim ekskavasi arkeologi yang dipimpin arkeolog senior Candrian Attahiyat bersama lima arkeolog muda dengan bantuan teknologi pemindaian georadar. Kegiatan ini dilakukan 14 hari sejak 8 November hingga 22 November 2023.
Arkeolog dari Universitas Indonesia, Candrian Attahiyat, Rabu (15/11/2023), mengatakan, ekskavasi arkeologi ini penting dilakukan untuk mengoreksi apakah peta buatan JW Heydt sesuai atau tidak. Kemudian, melihat ketebalan benteng dan mendata lagi seluruh bastion yang ada. Bastion adalah pos pengamanan di sudut bangunan benteng yang menjorok keluar.
”Saat ini baru bisa terungkap 13 bastion,” ujar Candrian.
Ia melanjutkan, pembuktian titik-titik jalan keluar masuk dan batas-batas benteng pertahanan diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan pelestarian cagar budaya di Pulau Onrust.
”Di samping itu, dapat menjadi pendukung narasi edukasi yang disajikan oleh Museum Arkeologi Onrust kepada masyarakat yang berkunjung ke pulau itu nantinya,” katanya.
Adapun sejak tahun 1981 hingga 1995 telah dilakukan beberapa kali ekskavasi arkeologi di Pulau Onrust oleh Tim Arkeologi Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta melalui Bidang Permuseuman Sejarah dan Purbakala. Berdasarkan hasil ekskavasi arkeologi, ditemukan sisa bangunan dan fondasi, sisa struktur benteng, fasilitas umum, serta temuan lepas.
Berdasarkan temuan ekskavasi terdahulu didapatkan kesimpulan bahwa pembuatan Benteng Onrust tidak hanya dari batu dan karang, tetapi juga dari kayu. Saat ini, sisa-sisa benteng tersebut masih terlihat di permukaan.
Kepala Satuan Pelaksana Pelayanan Museum Arkeologi Onrust Teuku Muhammad Rizki Ramadhan menambahkan, ada beberapa program pembangunan yang menurut rencana dikembangkan di Pulau Onrust. Sebab, sejak tahun 2022, Pulau Onrust sudah resmi menjadi Museum Arkeologi Onrust yang sebelumnya merupakan Taman Arkeologi Onrust.
”Ada kriteria yang perlu dikejar, seperti membuat ruang temporer, ruang temporal tetap, dan ruang konservasi. Kita akan kejar itu dulu, lalu mengembangkan lagi,” ujarnya.
Cagar budaya
Pulau Onrust merupakan salah satu pulau bersejarah di kawasan gugusan Kepulauan Seribu, Kabupaten Kepulauan Seribu. Pulau dengan luas sekitar 8,22 ha ini ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 2209 Tahun 2015 tentang Penetapan Gugusan Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau Kelor, dan Pulau Bidadari di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Pulau Onrust merupakan pulau karang yang memiliki tinggalan sejarah, seperti sisa bangunan benteng dan bangunan fasilitas penunjang pulau lainnya dari berbagai periode sejarah kolonial di wilayah Jakarta. Peran Pulau Onrust berkembang dari pulau tempat dermaga pembuatan dan perbaikan kapal, gudang penyimpanan komoditas ekspor dari kota Batavia, hingga menjadi sebagai salah satu basis pertahanan laut perairan di utara Batavia.
Sejak tahun 2022, Pulau Onrust sudah resmi menjadi Museum Arkeologi Onrust yang sebelumnya merupakan Taman Arkeologi Onrust.
Candrian mengatakan, salah satu tinggalan yang sisa-sisanya masih menunjukkan peran pulau tersebut sebagai basis pertahanan adalah sisa-sisa benteng pertahanan di Pulau Onrust. Benteng pertama di Pulau Onrust dibangun pada 1656 bersegi empat dan hanya dilengkapi dua bastion dengan courtine yang tidak panjang.
Benteng awal ini dibongkar dan diperluas menjadi bangunan benteng besar secara bertahap dimulai pada 1671. Kemudian, benteng besar ini digambarkan dalam peta tahun 1744 dibuat oleh JW Heiydt yang berbentuk segi lima dengan bastion pada masing-masing sudutnya.