Hujan Lebat di Akhir Pekan, Ujian Pengendali Banjir Jakarta
Hujan lebat memicu banjir di beberapa wilayah Jakarta. Banjir pertama setelah kemarau ini jadi evaluasi sistem pengendalian banjir dari hulu ke hilir.
Suaib (81) masih berjibaku mengangkat bambu penyangga rumahnya yang roboh dan patah akibat banjir dan luapan Kali Ciliwung yang berada tepat di belakang rumahnya. Kayu-kayu sebagai dinding rumahnya juga roboh dan hanyut terbawa arus sungai, beserta pintu rumahnya.
Rumah warga RT 013 RW 004, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, itu memang sudah menjadi langganan banjir setiap tahun karena areanya menurun dan berada dekat dengan Kali Ciliwung. Suaib juga sudah akrab dengan kegiatan memperbaiki rumah setiap tahun.
”Sekarang cuma bersihkan saja. Kalau memperbaiki rumah, ya, menunggu musim hujan selesai. Percuma, nanti bakal rusak lagi kena banjir,” tuturnya, Selasa (7/11/2023).
Baca juga: Banjir Rendam Rumah Ratusan Keluarga di Kampung Melayu
Saat ini, Suaib hanya menunggu relokasi rumah yang sudah direncanakan pemerintah. Ia mengaku sudah didata, tetapi masih belum tahu kapan proses relokasi akan dimulai.
Selasa siang, jalanan RT 013 sudah kering tanpa sisa-sisa banjir berupa genangan kecil. Tiang listrik yang digunakan warga sebagai pengukur ketinggian banjir juga sudah kering.
Banjir yang melanda kawasan itu pada Sabtu (4/11/2023) hingga Minggu (5/11/2023) itu membenamkan ratusan rumah warga di RW 004 dan RW 005. Banjir dengan tinggi 170 cm itu juga menghantam rumah Rosmalia (33), warga RW 004.
Sekarang cuma bersihkan saja. Kalau memperbaiki rumah, ya, menunggu musim hujan selesai. Percuma, nanti bakal rusak lagi kena banjir.
Barang-barang berharganya pun langsung ia ungsikan ke lantai 2 saat mendapat informasi harus segera siaga. Sebagian besar rumah di RW tersebut memang memiliki dua bahkan tiga lantai.
”Rumah bertingkat ini memang ada kaitannya dengan banjir yang kerap melanda wilayah kami,” katanya.
Baca juga: Musim Hujan Tiba, Ada 15 Lokasi Rawan Banjir di Bekasi
Bahkan, pada Maret 2023, banjir pernah melanda wilayahnya dengan ketinggian 2 meter dan masih menjangkau beberapa rumah warga di lantai dua. Oleh sebab itu, warga yang memiliki uang lebih kembali meninggikan rumahnya.
Karena langganan banjir, kebanyakan warga di wilayah Rosmalia jago berenang. Mereka dibutuhkan untuk membantu warga yang kesusahan atau sekadar membeli makanan saat banjir masih tinggi. Terdapat pula pelampung dan ban yang sudah dibagi oleh BNPB yang siap digunakan jika banjir melanda.
Ketua RT 013 RW 004 Sanusi (56) mengatakan, air pertama kali muncul di permukiman pada Sabtu (4/11/2023) malam sekitar pukul 23.00 dan ketinggian air langsung mencapai lebih dari 10 cm. Kawasan itu terus mendapat kiriman air sampai banjir meningkat menjadi 1 meter pada Minggu (5/11/2023) pukul 03.00.
Kemudian, puncak banjir terjadi pada Minggu pukul 07.00 dengan ketinggian 170-175 cm. Surutnya banjir dinilai agak lama, yakni Minggu malam pukul 20.00. Ia dan warga sekitar pun mempertanyakan fungsi proyek Sodetan Ciliwung yang belum lama ini diresmikan.
Proyek sodetan berbentuk terowongan dengan panjang 1.268 meter itu dinilai seharusnya dapat mengurangi ketinggian banjir. Akan tetapi, banjir setinggi 170-175 cm masih tetap mengenai wilayahnya.
Baca juga: Banjir Kepung Palangkaraya, 13 Kelurahan Terdampak
Lebih kurang ada 150 keluarga terdampak banjir di RW 004. Sanusi menuturkan, banjir tersebut merupakan kiriman dari Bogor dan Depok yang sebelumnya hujan.
”Kemarin kami sempat kecele juga. Informasinya katanya harus Siaga 3, padahal Siaga 2. Ternyata banjirnya juga di luar perkiraan, lebih tinggi,” kata Sanusi.
Upaya mitigasi
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mencatat kenaikan tinggi muka air di Bendungan Katulampa, Depok, dan Pintu Air Manggarai seiring hujan pada Sabtu dan Minggu (4-5/11/2023). Curah hujan sangat lebat sampai ekstrem tercatat di Jagorawi Bogor (156 milimeter), Depok 1 (148 milimeter), Pasar Minggu (126 milimeter), dan Bendung Katulampa (111 milimeter).
Hujan selama enam jam membuat Bendungan Katulampa dan Depok Siaga 3 atau pertanda kondisi waspada terhadap potensi banjir. Dampaknya Kali Ciliwung meluap sehingga tercatat 54 RT kebanjiran di Jakarta.
Pelaksana tugas Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Hendri mengatakan, setidaknya ada lima upaya mitigasi banjir dengan mengoptimalkan pengoperasian sarana dan prasarana pengendali banjir, penanganan banjir rob melalui tanggul laut, pengerukan waduk, situ, embung, kali, sungai, dan saluran, serta pemeliharaan sarana prasarana, juga pemetaan banjir dan genangan.
Baca juga: Banjir Terus Terjadi, Masyarakat Kendeng Surati Presiden
”Banjir pertama akibat hujan sangat lebat sampai ekstrem ini masih dievaluasi. Bagaimana efektivitas sistem pengendalian mereduksi banjir,” kata Hendri, Selasa (7/11/2023).
Dinas Sumber Daya Air juga menyiagakan 578 pompa stationer di 202 lokasi, 539 pompa mobile, alat berat 251 unit, 4.189 personel pasukan biru, dan 845 pintu air di 589 lokasi.
Banjir pertama akibat hujan sangat lebat sampai ekstrem ini masih dievaluasi.
Saat banjir akhir pekan itu, Sodetan Ciliwung disorot karena masih terjadi banjir akibat luapan Kali Ciliwung.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Bambang Heri Mulyono memastikan sodetan berfungsi sesuai perencanaan dengan mengalihkan sebagian debit banjir dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.
”Dari pantauan kami, debit banjir yang dialihkan sebesar 32-35 meter kubik per detik saat elevasi muka air Kali Ciliwung lebih dari 11,4 meter,” ucap Bambang secara terpisah.
Dalam situs resmi Kementerian PUPR, Sodetan Ciliwung berupa terowongan sepanjang 1.268 meter dengan 2 jalur pipa masing-masing berdiameter 3,5 meter. Sodetan terdiri dari Zona A berupa bangunan permanen inlet open channel 165 meter dan normalisasi Kali Ciliwung; Zona B berupa terowongan ganda sodetan dari inlet ke arriving shaft 549 meter; dan Zona D normalisasi Kali Cipinang dan KBT.
Sodetan Ciliwung dalam kondisi Siaga 4 dapat mengurangi debit banjir Kali Ciliwung sebesar 33 meterkubik per detik, sedangkan pada Siaga 1 dapat mengurangi 63 meterkubik per detik.
Selain sodetan, Bambang mengingatkan pentingnya menuntaskan normalisasi Kali Ciliwung agar pengendalian banjir optimal dari hulu ke hilir. Saat ini, Pemprov DKI Jakarta menargetkan normalisasi sepanjang 17 kilometer dengan alokasi anggaran Rp 2,85 triliun pada 2024. Normalisasi itu merupakan kelanjutan dari normalisasi sepanjang 16 kilometer sejak 2013.
Pengendalian banjir
Jakarta punya rencana induk sistem pengendalian banjir (flood control) dari hulu hingga hilir. Pada bagian hulu, Kementerian PUPR membangun dua bendungan kering (dry dam) di Kabupaten Bogor, yaitu Bendungan Ciawi dengan kapasitas tampung 6,05 juta meter kubik dan Bendungan Sukamahi berkapasitas tampung 1,68 juta meter kubik.
Kemudian, pada bagian tengah dikerjakan normalisasi Kali Ciliwung sejak 2013 hingga 2017 sepanjang 16,2 km dari total 33,7 km. Lalu, berlanjut 2021 sepanjang 1,2 km dan pengadaan tanah.
Pemprov DKI Jakarta juga membangun Stasiun Pompa Ancol Sentiong berkapasitas 50 meter kubik per detik tahun 2020-2022 dengan biaya Rp 437,6 miliar dan sodetan Kali Ciliwung menuju Kanal Banjir Timur sepanjang 1,26 km.
Pada bagian hilir dibangun tanggul pantai untuk pantai dan muara sungai yang kritis sepanjang 46,2 km. Tanggul yang telah dikerjakan sepanjang 13 km dan direncanakan akan dikerjakan sepanjang 33,2 km yang terbagi menjadi dua, yakni Kementerian PUPR (10,8 km) dan Pemprov DKI Jakarta (22,4 km). Pada 2021, Kementerian PUPR mengerjakan tanggul sepanjang 3,8 km.