Ditemukan Bercak Darah pada Kasus Kematian Ayah dan Anak di Koja
Polisi masih menunggu kondisi NP membaik karena dia merupakan saksi kunci untuk mengungkap kasus kematian tak wajar suami dan anaknya.
JAKARTA, KOMPAS — Polisi masih menyelidiki penyebab kematian Hamka Rusdi (50) dan anaknya, AQ (2), di Jalan Balai Rakyat V, RT 006 RW 003 Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Dari hasil pemeriksaan sementara, usia kematian Hamka sekitar 10 hari dan anaknya AQ tiga hari. Tak hanya itu, ditemukan pula bercak darah di lokasi.
Kepala Rumah Sakit Polri Kramatjati Brigadir Jenderal Hariyanto mengatakan, tim dokter mengotopsi dua jenazah Hamka dan AQ yang kondisinya sudah membusuk lebih dari seminggu.
”Masih dilakukan pemeriksaan mikroskopik histopatologi dan toksikologi. Yang ibunya masih perawatan karena kondisi lemah,” katanya Hariyanto, Senin (30/10/2023).
Baca juga: Teka-teki Kematian Bapak dan Anak di Koja
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Gidion Arif Setyawan mengatakan, pihaknya masih mendalami kematian Hamka dan anaknya.
Adapun jenazah Hamka dan AQ sudah diambil keluarga dan telah dimakamkan pada Minggu (30/10/2023). Gidion memastikan, meski jenazah telah diambil tidak akan menganggu penyelidikan kasus.
Dari hasil pemeriksaan sementara, usia kematian korban Hamka Rusdi sekitar 10 hari dan anaknya AQ tiga hari usia kematian. Terkait penyebab kematian, polisi belum bisa memberikan kesimpulan karena masih terlalu dini dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
”Kasatmata pada tubuh H tidak ditemukan luka terbuka. Ada darah di sekitar jasad, tapi tidak ditemukan luka terbuka. Lalu pada anak, ada luka di bagian wajah dan kening. Tapi, kami akan terus lakukan uji jaringan untuk melihat penyebab kematian yang signifikan. Meninggal di antara tempat tidur kemungkinan jatuh (dugaan penyebab luka),” kata Gidion.
Begitu pula kepada NP (32) yang berada di dalam rumah juga ditemukan bercak darah. Namun, dari pemeriksaan sementara tidak ada luka di tubuh NP.
”Ada bercak darah menempel di tubuhnya, tapi itu bukan dari luka istrinya (NP). Itu, kami harus tunggu hasil forensik darahnya dari siapa,” kata Gidion.
Pihak kepolisian belum bisa memintai keterangan NP karena masih dalam perawatan fisik dan psikologis di RS Polri Kramatjati. Saat pemeriksaan TKP, lanjut Gidion, polisi menemukan empat orang sehingga kecil kemungkinan ada jejak orang asing masuk karena pintu rumah tertutup. Kondisi rumah pun sangat berantakan dan tidak terurus.
”Tetapi, kami pastikan lagi. Satu-satunya saksi yang sangat kita harapkan dan mumpuni adalah istri. Kondisi psikologisnya belum memungkinkan untuk pendalaman, maka tunggu. Mudah-mudah bisa segera terungkap,” ujar Gidion.
Polisi masih terus berupaya mendalami kasus kematian tak wajar ini dengan uji forensik, histopatologi forensik, dan toksikologi forensik. Uji ini, lanjut Gidion, dinilai penting untuk mengungkap kasus karena dari penelusuran jejak telepon seluler, ada percakapan Hamka dengan keluarganya terkait keluhan tentang sakit tenggorokan. Pihaknya pun akan mencocokkan uji forensik itu dengan barang bukti seperti kamera pemantau yang berada di sekitar lokasi.
”CCTV baru diekstrak, baru dibuka. CCTV dari 18 (Oktober) ke sini. Kenapa 18? Karena dari jejak komunikasi kurang lebih tanggal segitu berkomunikasi dengan keluarga,” kata Gidion.
Peran istri
Kriminolog Reza Indragiri menuturkan, temuan dua jenazah di Koja, Jakarta Timur, mengingatkan publik pada kasus kematian tak wajar di Cinere, Depok, dan di Kalideres, Jakarta Barat, beberapa waktu silam.
Oleh karena itu, kata Reza, polisi perlu menyisir secara saksama, termasuk memeriksa telepon seluler suami, istri, dan keluarga lainnya. Pemeriksan telepon seluler itu memungkinkan polisi mendapatkan petunjuk berupa komunikasi antarpihak keluarga.
”Pada kasus-kasus serupa terdahulu, karena ada lebih dari satu jasad dan beberapa orang yang bisa juga tewas sekiranya tidak tertolong, polisi jangan pukul rata dalam menyimpulkan. Sisir satu per satu, siapa tewas karena apa. Bisa karena penyebab alami, kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan,” ujar Reza.
Dalam psikologi forensik, kata Reza, ada dua metode otopsi psikologis. Pertama melalui pengecekan terhadap orang-orang yang signifikan, seperti keluarga, teman, pasangan, tetangga, dokter pribadi.
Menjauh dari rumah justru mengirim pesan bahwa dia pelaku pembunuhan. Padahal, mungkin saja niatnya adalah familicide atau kombinasi homicide dan berlanjut dengan suicide. (Reza Indragiri)
Lalu, pengecekan dokumen kesehatan, kepemilikan rumah, dan lainnya. Metode itu bisa menggambarkan kondisi yang dialami korban untuk mengakhiri hidup.
Menurut reza, jika kasus pembunuhan, spekulasi itu tampaknya relevan. Hal itu karena anak usia dua tahun tidak mungkin berpikir untuk bunuh diri. Sehingga ada kemungkinan anak itu ”dihabisi”.
Reza juga menyinggung peran istri yang saat dua jenazah ditemukan membusuk ternyata masih berada di dalam rumah. Hamka ditemukan tertelungkup di salah satu sudut rumah dan AQ terbaring di tempat tidur. Keduanya sudah tak bernyawa. Sementara, di rumah ada istrinya NP (32) dan ADA (4).
”Menjauh dari rumah justru mengirim pesan bahwa dia pelaku pembunuhan. Padahal, mungkin saja niatnya adalah familicide atau kombinasi homicide dan berlanjut dengan suicide,” katanya.
Fitra (36), warga yang persis tinggal di samping rumah korban, mengatakan, istri NP kerap membeli kue-kue dan sarapan di tempatnya.
”Kami saja enggak tahu namanya (NP) karena memang enggak bergaul sama warga. Hanya beli. Terakhir beli (di sini), Pak Hamka (Rusdi) awal bulan lalu (Oktober). Kondisi saat itu sedang sakit. Istri sempat beli sayur dan kue juga,” kata Fitra.
Baca juga: Bapak dan Anak Balita Tewas di Koja, Istri dan Anak Lainnya Ditemukan Lemas
Fitria merupakan salah satu warga yang pertama kali melaporkan kecurigaan rumah itu yang berbau bangkai hampir dua minggu. Fitra pun kaget bahwa tetangganya itu ditemukan tak bernyawa, sementara NP ditemukan ada di dalam rumah.
”Saya enggak pernah dengar suara aneh-aneh. Suara kelahi atau suara anak nangis atau suara apa pun tak terdengar. Makanya, kami juga kaget. Ternyata istrinya ada di dalam. Kami juga bingung, kok, dia tahan di dalam. Waktu dibawa keluar, saya sempat kasih minum, dia (NP) tampak kebingungan gitu, diam saja,” kata Fitra.
Kondisi rumah korban saat ini masih terpasang garis polisi. Rumah tampak berantakan dan berdebu. Menurut warga, kondisi rumah Hamka Rusdi yang tak terurus itu sudah hampir sebulan.