Tetap Cantik Saat Panas Menyengat Kulit
Jakarta masih dirundung cuaca panas membara. Apa daya, berbagai kegiatan luar ruang tetap dilakukan karena kewajiban. Kacamata, jaket, sampai tabir surya jadi tameng agar tetap cantik, modis, juga senantiasa sehat.
Warga di Jakarta punya cara tersendiri untuk menghadapi panas yang kian menyengat. Meskipun terkesan nyentrik, seperti memakai kacamata hitam hingga jaket antisinar ultraviolet, cara tersebut mampu mengurangi dan melindungi diri dari bahaya sinar ultraviolet.
Selasa (10/10/2023) siang, dengan langkah cepat, sejumlah warga menyeberang dari arah Stasiun MRT Bundaran HI ke Halte Transjakarta Bundaran HI Astra, Jakarta Pusat, begitu pun sebaliknya. Beberapa di antaranya berkacamata hitam, memakai topi, hingga membawa payung.
Sinaran matahari sang itu sangat terik. Suhu udara berada di angka 35 derajat celsius. Apalagi tidak ada pepohonan rindang di situ. Kawasan dikelilingi hutan beton berupa gedung-gedung perkantoran yang tinggi dan gedung pusat perbelanjaan. Mau tidak mau warga berupaya sendiri untuk melindungi diri dari matahari.
Baca juga : Flu dan Batuk Mendera Kala Cuaca Panas Menyengat Jakarta
Sejak keluar dari Stasiun MRT Bundaran HI, kacamata hitam sudah lekat di mata Ratih Fibriyanti (24). Bukan sekadar bergaya, kacamata hitam itu untuk melindunginya dari paparan sinar matahari yang seakan menusuk mata.
”Panas siang ini sangat menusuk mata. Sekarang kacamata hitam jadi benda wajib yang harus ada di dalam tas kerja,” kata karyawan swasta itu.
Awalnya, Ratih merasa tidak percaya diri jika sepanjang jalan harus mengenakan kacamata hitam. Namun, debu dan udara saat cuaca panas kerap membuat matanya iritasi.
Karyawan swasta lainnya, Maharani Savitri (34), juga membawa barang khusus saat beraktivitas di luar ruangan. Siang itu dia tengah menuju ke kantor untuk bekerja. Dari Halte Transjakarta Bundaran HI Astra, dia masih memerlukan waktu untuk berjalan kaki sekitar tiga menit.
Savitri menenteng payung ke mana-mana. Sebab, akhir-akhir ini kulitnya agak menghitam lantaran sempat cuek bebek terhadap cuaca panas. Isi tasnya pun lebih banyak ketimbang biasanya. Selain membawa payung, ada tabir surya untuk dipakai setiap dua jam sekali.
Januar (38) tidak hanya merasakan panas saat menyeberang saja. Bekerja dari pukul 08.00 hingga pukul 18.00 sebagai pengemudi ojek daring, dia harus tahan terhadap cuaca panas dalam beberapa jam.
Beberapa perlengkapan disiapkan, seperti kacamata hitam, kain slayer, masker, jaket, sarung tangan, kaus kaki, hingga minuman dingin. Padahal, sebelumnya dia jarang memakai kacamata hitam dan sarung tangan.
Januar baru membeli kacamata hitam tersebut sekitar sepekan yang lalu dengan harga hampir Rp 100.000. Dia tak masalah menambah pengeluaran demi kenyamanannya saat berkendara di cuaca panas.
”Istri saya juga mengoleskan tabir surya ke tangan saya sebelum pergi bekerja. Katanya agar kulit saya tidak terlalu menghitam,” ujarnya berseloroh.
Sejumlah pengemudi kendaraan roda dua di sepanjang jalan juga mulai melindungi diri dari sengatan mentari. Kebanyakan dari mereka telah memakai sarung tangan dan masker saat berkendara.
Lagi panas banget, enggak boleh lewatkan tabir surya. Pakai secukupnya ke wajah, leher, dan tangan. Tambahannya losion ekstra antisinar ultraviolet.
Tabir surya
Tabir surya seakan jadi produk wajib saat ini. Clara Dewi (24), pekerja kantoran di Jakarta Pusat, jadi rutin memakai tabir surya agar kulitnya tak rusak karena panas menyengat. Sebagai perlindungan ekstra, dia beralih dari losion biasa ke losion yang mengandung perlindungan dari sinar ultraviolet.
”Lagi panas banget, enggak boleh lewatkan tabir surya. Pakai secukupnya ke wajah, leher, dan tangan. Tambahannya losion ekstra antisinar ultraviolet," ucapnya.
Selain lebih rutin memakai tabir surya, Salma (24), pekerja kantoran di Jakarta Pusat, selalu membawa payung dan kipas tangan setiap berkegiatan di luar ruangan. Bahkan, komuter ini membeli jaket antisinar ultraviolet seharga Rp 400.000 lantaran suhu udara terasa lebih panas dari biasanya.
”Saya jadi pakai jaket anti-ultraviolet setiap ngantor, main sama teman-teman, atau kegiatan lain di luar ruangan,” ujarnya.
Baca juga : Meski Ruang Kerja Ber-AC, Cuaca Panas Tetap Turunkan Produktivitas Pekerja
Setiap hari dia bepergian dengan bus dan kereta dari Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten, ke kantor. Perjalanan dari rumah menggunakan shuttle bus ke Stasiun Jurangmangu, Kota Tangerang Selatan. Kemudian berlanjut dengan kereta rel listrik (KRL) dan berjalan kaki sejauh 500 meter ke kantor.
Seiring suhu udara terasa lebih panas, Salam terkadang membawa baju ganti. Sebab, suhu udara di dalam bus dan gerbong kereta juga terasa lebih panas ketika banyak penumpang.
”Kalau sudah begitu pasti berkeringat banget. Harus ganti baju supaya tidak gerah dan kembali nyaman,” katanya.
Beda lagi dengan Tiara Nugraha (26). Dia memanfaatkan buku sebagai pelindung kepala. Bahkan, buku tersebut lebih besar dibandingkan tasnya. Saat ditanya, dia memang sengaja membawanya untuk berlindung dari panas matahari karena tidak memiliki payung.
Cegah dampak buruk
Staf pengajar di Divisi Dermatologi Geriatrik Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUP Cipto Mangunkusumo, Shannaz Nadia Yusharyahya, menuturkan, paparan sinar ultraviolet (UV), baik sinar UV A, B, maupun C, memiliki dampak buruk terhadap kesehatan kulit. Gelombang sinar UV yang semakin pendek memiliki tingkat bahaya lebih tinggi.
Dampak paparan sinar UV bagi kesehatan kulit dapat berupa terbakarnya kulit atau sunburn, juga membuat warna kulit menjadi lebih gelap. Paparan sinar UV pun dapat membuat kulit menjadi gatal, merah, bengkak, serta timbul ruam. Dalam jangka panjang, sinar UV juga bisa menyebabkan penuaan dini hingga kanker kulit.
”Karena itu, sebaiknya hindari pajanan sinar matahari langsung, terutama pada pukul 10.00 sampai pukul 15.00. Jika terpaksa beraktivitas di luar ruang, gunakan pakaian lengan panjang, topi, payung, kacamata hitam, serta tabir surya atau sunscreen,” kata Shannaz.
Pemakaian tabir surya juga perlu diulang setiap dua jam sekali, terlebih saat berada di luar ruangan.
Tabir surya untuk melindungi kulit dari sinar UV disarankan Shannaz memiliki tingkat SPF atau faktor pelindung sinar matahari minimal 30. Tabir surya dengan tingkat SPF yang lebih tinggi bisa digunakan apabila harus berada cukup lama di bawah sinar matahari. Pemilihan tabir surya juga dianjurkan yang memiliki keterangan PA+++ untuk seseorang yang beraktivitas di luar ruangan.
Penggunaan tabir surya tetap dianjurkan sekalipun hanya beraktivitas di dalam ruangan. Sebab, paparan sinar UV dapat masuk melalui jendela. Tabir surya yang tahan air juga bisa digunakan bagi seseorang yang mudah berkeringat atau sedang berenang. Tabir surya dapat digunakan pula pada anak di atas enam bulan sesuai dengan aturan pakai yang dianjurkan.
Penggunaan tabir surya harus sesuai dan tepat. Tabir surya untuk pemakaian seluruh wajah setidaknya sebanyak satu ruas jari. Sementara tabir surya untuk penggunaan pada wajah dan leher sebanyak dua ruas jari.
”Pemakaian tabir surya juga perlu diulang setiap dua jam sekali, terlebih saat berada di luar ruangan,” katanya.
Baca juga : Aktivitas Warga di Tengah Panas Terik Jakarta
Tidak hanya merusak kulit, sinar ultraviolet juga dapat mengancam kesehatan mata. Menurut studi tahun 2014 dari National Eye Institute di Amerika Serikat, radiasi UV dapat merusak protein dalam lensa mata. Seiring waktu, kerusakan ini dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami katarak yang dapat merusak penglihatan.
”Ketika Anda tidak memakai pelindung, radiasi ultraviolet yang tidak dapat terlihat akan menembus mata dan struktur mata sangat sensitif terhadapnya,” ujar dokter spesialis mata dari National Eye Institute, Rebecca Taylor.
Cuaca panas bukan halangan untuk beraktivitas luar ruang dengan tetap cantik, modis, dan yang terpenting sehat.