Flu dan Batuk Mendera Kala Cuaca Panas Menyengat Jakarta
Untuk mencegah flu dan batuk akibat kenaikan suhu cuaca dan polusi, warga diimbau melakukan berbagai pencegahan, seperti menerapkan pola hidup sehat dan tetap memakai masker.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·5 menit baca
Suhu cuaca dan kadar polutan yang tinggi di Jakarta mengakibatkan sejumlah warga mengalami flu dan batuk. Puskesmas pun mengalami kenaikan jumlah pasien dengan keluhan kesehatan itu. Selain pengobatan, warga diimbau melakukan berbagai langkah pencegahan, seperti menerapkan pola hidup sehat dan tetap memakai masker.
Senin (9/10/2023) sekitar pukul 11.00, Amira (27), salah seorang pasien di Puskesmas Setiabudi, Jakarta Selatan, tengah menunggu giliran pemeriksaan oleh dokter. Dalam dua minggu terakhir, ia dua kali berobat ke puskesmas. Pada pemeriksaan pertama, ia mengalami sakit kepala, dampak cuaca panas menyengat di Jakarta.
”Sekarang mulai terasa sakit di tenggorokan dan mengalami batuk. Saat malam hari, batuk saya semakin parah,” katanya.
Amira datang dengan mengenakan masker, sama seperti para pasien lain. Kali ini bukan karena imbauan pencegahan penularan Covid-19, melainkan untuk pencegahan penularan flu dan batuk yang sedang marak.
Batuk saat cuaca panas sangat menyiksa Amira. Biasanya, saat panas siang hari menyengat, ia akan tergiur untuk membeli minuman dingin dengan berbagai varian rasa yang menyegarkan. Akan tetapi, saat ini, ia harus menjauhi minuman favoritnya itu untuk sementara waktu.
Saat menunggu giliran pemeriksaan, Amira sesekali memijit-mijit kepalanya. Kepalanya masih terasa sakit, apalagi setelah terkena panas paparan sinar matahari. Perjalanan dari rumah ke puskesmas yang memerlukan waktu lebih kurang lima menit itu membuatnya harus berkutat dengan sinar mentari di jalanan.
”Sebenarnya ingin menghindari panas, tetapi nanti kalau periksa agak sore, tidak ada yang mengantar,” ujar Amira yang diantar suaminya menuju puskesmas.
Pasien lain di Puskesmas Cengkareng, Fadila Aura (20), juga mengalami flu dan batuk. Ia mengaku tertular saudaranya di rumah. Jika salah satu anggota keluarga sedang sakit, hampir pasti akan ada anggota keluarga lain yang tertular.
Selain anggota keluarga di rumah, beberapa temannya di bangku kuliah mengeluhkan hal serupa. Banyaknya aktivitas perkuliahan yang harus dijalani di luar ruangan juga membuat daya tahan mereka menurun.
Dengan ditemani ibunya, Fadila datang berobat mengenakan kaus tanpa lengan. Kardigan yang dipakainya saat bersepeda motor ia lepas karena ia merasa gerah.
Fadila mengalami flu dan batuk sejak tiga hari lalu. Semula, ia membiarkannya karena menganggap itu penyakit biasa. Namun, semakin hari, batuknya semakin parah hingga mengakibatkan susah tidur.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) non-pneumonia atau umumnya dikenal masyarakat dengan istilah batuk-pilek di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 29 Agustus sampai 6 September 2023 mencapai 90.546 kasus. Dari kasus itu, 55 persen terjadi pada usia produktif. Sementara pada kelompok usia lain terjadi pada anak balita (14 persen), anak (14 persen), dan warga lansia (8 persen).
Peningkatan pasien flu dan batuk masih terjadi di beberapa puskesmas Jakarta. Kepala Puskesmas Kecamatan Cengkareng Sulung Mulia Putra mengatakan, terdapat peningkatan kunjungan pasien dengan keluhan flu dan batuk di Puskesmas Cengkareng. Namun, ia tidak merinci peningkatan tersebut.
Kunjungan pasien flu dan batuk juga terjadi di Puskesmas Kecamatan Matraman. Kepala Puskesmas Kecamatan Matraman Rita Anggraini menyampaikan, dalam delapan hari terakhir (1-8 Oktober 2023), ada 546 pasien yang periksa di Puskesmas Matraman. Sekitar 20 persen dari jumlah itu mengalami flu atau batuk.
”Di sini (Puskesmas Matraman) rata-rata pasien yang mengalami flu atau batuk itu anak-anak,” kata Rita.
Langkah mandiri
Di tengah polusi udara dan suhu panas yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh masyarakat menurun, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyarankan masyarakat melakukan sejumlah langkah mandiri agar tidak mudah sakit atau terdampak. Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, warga sebaiknya menghindari beraktivitas terlalu sering di luar ruangan.
Jika harus beraktivitas di luar ruangan, Ngabila menganjurkan agar warga tetap mengenakan masker KN95 atau KF94 saat berada di luar ruangan untuk menyaring polusi. Warga juga perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, seperti rajin mencuci tangan, mengonsumsi makanan bergizi, cukup tidur, berolahraga rutin, dan tidak gampang stres.
Warga juga dianjurkan menggunakan penyaring udara dalam ruangan atau air purifier. Bisa juga menghirup uap air panas dan tetesan minyak kayu putih atau esensial untuk melegakan pernapasan serta tambahan suplemen vitamin C, vitamin D sebagai pengganti sinar matahari pagi, dan asam lemak omega.
Warga sebaiknya menghindari beraktivitas terlalu sering di luar ruangan.
Selain itu, untuk mencegah dehidrasi dan heat stroke, warga dianjurkan minum 2-3 liter air per hari. Warga tidak perlu menunggu haus untuk minum, terutama jika mereka beraktivitas di luar ruangan. Warga juga disarankan tidak terlalu banyak minum saat malam hari karena akan mengganggu waktu tidur.
Yang tak kalah penting, warga disarankan mengenakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruang dan terpapar sinar matahari. Selain itu, warga diimbau menjaga asupan cairan serta memakai topi atau payung dan baju berwarna terang saat sedang beraktivitas di luar. Bahan baju yang dipilih harus nyaman, adem, ringan, dan tipis.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan, kenaikan kasus ISPA di masyarakat sejalan dengan tren indeks kualitas udara, terutama parameter PM 2,5. Saat parameter PM 2,5 menunjukkan kenaikan indeks, kasus ISPA yang dilaporkan pun turut meningkat.
”Masyarakat harus selalu mengecek kualitas udara di lingkungan sekitarnya sebagai bentuk kewaspadaan akan kondisi polusi yang terjadi. Jika kualitas udara sedang tidak baik, sebaiknya menghindari terlalu lama beraktivitas di luar ruangan. Apabila terpaksa, perlindungan dengan masker menjadi keharusan,” ujar Imran (Kompas.id, 9/9/2023).
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebutkan, suhu panas di Jakarta dan sekitarnya disebabkan oleh minimnya tingkat pertumbuhan awan. Suhu panas ini diperkirakan berlangsung cukup lama, yakni hingga November 2023, dan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.