Piknik, Karaoke, hingga ”Kencan Buta” di Taman Kota
Taman kota adalah ruang sukaria untuk olah fisik, piknik, karaoke, sampai ”kencan buta”. Meramaikan taman mendorong perawatan paru-paru kota itu.
Taman sudah menjadi kebutuhan warga kota. Keberadaannya tak sekadar fisik terbangun. Taman semestinya ditunjang dengan kegiatan rutin sebagai daya tarik, akses transportasi umum yang memadai, dan dikelola dengan baik supaya terawat.
Taman Cempaka di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, lebih ramai dari biasanya, Minggu (8/10/2023). Setiap bagian taman seluas 6,43 hektar itu diisi dengan berbagai kegiatan warga. Ada yang sekadar jalan-jalan, joging, bercengkerama, bermain dengan anak-anak, piknik, dan memanjakan mata di tepi danau.
Suasana kian meriah karena berlangsung Festival Taman 2023. Ayo ke Taman dan puluhan komunitas lain menghadirkan ”Ruang Sukaria, Ragam Berbudaya” untuk mengedukasi warga tentang taman dan menambah daya tarik, serta meningkatkan pemanfaatan taman atau ruang terbuka publik lainnya di wilayah perkotaan.
Sejak pagi warga sudah diajak mengamati burung oleh Jakarta Birdwatcher's Society. Lalu ada bincang-bincang tentang taman dan manfaatnya, lokakarya menggambar sketsa lanskap oleh Indonesia Sketchers & Sketchwalk-G, karaoke berhadiah, dongeng anak dan kencan buta dengan buku bersama komunitas Bale Buku, serta pemeriksaan kesehatan dan kegiatan lainnya.
Penyelenggara juga mengenalkan kampanye gaya hidup ramah lingkungan, mulai dari minim sampah plastik, pemanfaatan kompos, hingga isi ulang air minum bagi mereka yang membawa botol minum sendiri.
Minti (58) datang bersama keponakannya, Ihsan (8), dan belasan tetangga. Mereka berjalan kaki sejauh 650 meter dari permukiman ke Taman Cempaka. Setelah cukup berkeliling taman, mereka menggelar tikar untuk lesehan.
Sambil melepas dahaga, semuanya asyik menyaksikan karaoke berhadiah. Pesertanya sesama warga, mulai dari pasangan suami-istri, teman sebaya, kelompok remaja, hingga orang tua.
”Setiap minggu pasti ke sini. Jalan-jalan biar enggak bosan di rumah. Kadang temani bocah pengin main. Bocah pada senang, bebas lari-lari, kejar-kejaran sampai capek,” ujar Minti.
Baca Juga: Kejutan Asyik di Tempat Tersembunyi
Tak hanya tamasya atau melepas penat di Taman Cempaka. Latifah, penggerak Pembinaan Kesejahteraan Warga (PKK) RW 004 Kelurahan Cilangkap, dan warga memanfaatkan pojok taman sebagai kebun sayur dan tanaman obat keluarga. Mereka menanam sayur, jahe, dan rimpang.
”Kami hasilkan produk jahe kemasan. Warga juga terbantu secara ekonomi karena berjualan di sekitar taman,” katanya.
Warga enggan ke taman karena jarang ada kegiatan. Maka, taman harus diramaikan dengan kegiatan rutin minimal akhir pekan sehingga bermanfaat. (Niken Prawestiti)
Kegiatan rutin
Festival Taman 2023 merupakan kegiatan tahunan. Sebelumnya dihelat di Taman Cattleya, Jakarta Barat, dan Taman Langsat, Jakarta Selatan. Taman Cempaka dipilih karena Jakarta Timur punya banyak ruang terbuka hijau ketimbang wilayah lain di Jakarta dan letaknya dekat permukiman.
Selain Taman Cempaka, warga setempat juga bisa memilih ke RPTRA Taman Melati, Taman Bambu Apus, Taman Ranggon Wijaya Kusuma, dan Taman Bambu Petung.
”Warga enggan ke taman karena jarang ada kegiatan. Maka, taman harus diramaikan dengan kegiatan rutin minimal akhir pekan sehingga bermanfaat. Tidak mubazir,” ucap Niken Prawestiti, Co-Founder Ayo ke Taman.
Setidaknya ada tiga tujuan yang hendak dicapai melalui Festival Taman. Pertama, memanfaatkan taman yang sudah ada. Kedua, menunjukkan taman sebagai kebutuhan warga. Ketiga, taman yang ada bisa terkoneksi dengan jalur angkutan umum.
Taman Cempaka, misalnya, terletak dekat permukiman. Adanya pemanfaatan taman dengan kegiatan bisa memantik daya tarik warga ke taman atau beraktivitas di dalamnya. Kemudian warga merasakan manfaat taman dengan menghirup udara yang lebih segar dan melepas penat.
”Koneksi ke sini perlu didukung adanya Mikrotrans. Warga tak pusing cari parkir. Bisa kurangi emisi,” ujarnya.
Selain berjalan kaki, Taman Cempaka juga bisa diakses melalui Stasiun LRT Ciracas yang berjarak 3,4 km. Warga kemudian memilih layanan ojek karena belum tersedia Mikrotrans yang melewatinya. Pengguna kendaraan pribadi akan terkendala sedikitnya area parkir mobil ataupun sepeda motor.
Baca Juga: Taktik Mencapai 30 Persen Ruang Terbuka Hijau di Jakarta
Hingga kini cakupan ruang terbuka hijau di Jakarta sebesar 33,33 juta meter persegi atau 33,33 kilometer persegi. Luasan tersebut mencakup 5,18 persen dari wilayah Jakarta yang mencapai 664,01 kilometer persegi.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memaksimalkan aset tanah untuk menambah ruang terbuka hijau. Saat ini, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta tengah mengerjakan 23 taman dengan luas 6,73 hektar untuk menambah cakupan ruang terbuka hijau. Biaya pembangunan setiap taman berkisar Rp 1 miliar sampai Rp 1,2 miliar dengan target rampung akhir tahun 2023.
Perawatan
Dalam kesempatan itu, Pemprov DKI Jakarta juga diingatkan untuk merawat taman yang sudah ada. Taman yang terawat jadi daya tarik bagi warga dan berfungsi optimal ketika mereka berkegiatan di dalamnya.
Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali menyayangkan rumput kering di Taman Cempaka. Apalagi, di taman ada danau yang airnya bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman yang ada.
”Rumput dirawat. Sampah tidak dibuang sembarangan, buang ke air sampai jadi kotor warnanya cokelat. Pemerintah tidak kekurangan anggaran, bisa juga kerja sama dengan swasta,” ucapnya.
Taman, lanjut Firdaus, sudah jadi kebutuhan kota. Undang-undang mengamanatkan jumlah ruang terbuka hijau, termasuk taman di dalamnya, mencapai 30 persen dari luas kota. Keberadaannya untuk menjaga iklim mikro, sarana edukasi cinta lingkungan, dan membangun kohesi sosial.
Ada tanaman, area berkegiatan, dan air. Ketiganya dirawat dengan baik supaya taman optimal. (Sidarto Danusubroto)
Menurut Firdaus, butuh komitmen bersama memelihara taman ataupun ruang terbuka hijau yang jumlahnya terbatas di Jakarta. Selain komitmen, butuh kreativitas mengelolanya agar bermanfaat bagi warga.
”Ada tanaman, area berkegiatan, dan air. Ketiganya dirawat dengan baik supaya taman optimal,” ujarnya.
Pentingnya ruang terbuka hijau juga diutarakan anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sidarto Danusubroto, yang hadir di Taman Cempaka. Mantan ajudan Presiden pertama RI Soekarno itu meminta kembali menghijaukan Jakarta. Jangan menjadikannya hutan beton.
Sidarto merujuk pembangunan Hutan Kota GBK dan Hutan Kota Kemayoran oleh Soekarno. Tujuannya agar jadi paru-paru kota di Jakarta.
”Sekarang jadi hutan beton. Kota kehilangan paru-paru. Kita sama-sama dorong hijaukan Jakarta. Jangan jadi gedung semua,” katanya.