Tangerang Memulai Misi Jadi Kota Percontohan Manajemen Kualitas Udara
Apeksi memfasilitasi Pemerintah Kota Tangerang berkolaborasi dengan Clean Air Asia mewujudkan manajemen udara berkualitas. Kolaborasi itu diharapkan bisa menjadi contoh bagi kota lain di Indonesia.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Kota Tangerang memulai misi perbaikan manajemen kualitas udara berkolaborasi dengan berbagai pihak. Belakangan ini, kualitas udara kota-kota di Indonesia, termasuk Jabodetabek, tengah menjadi sorotan yang membutuhkan penanganan inklusif.
Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) memfasilitasi Pemerintah Kota Tangerang berkolaborasi dengan organisasi nonpemerintah, Clean Air Asia, mewujudkan manajemen udara berkualitas.
Direktur Eksekutif Apeksi Alwis Rustam mengatakan, Tangerang sebagai salah satu kota satelit Ibu Kota Jakarta dikelilingi banyak industri sehingga perlu intervensi kolaboratif. Menurut dia, pengendalian kualitas udara di Tangerang tidak bisa dilakukan sendiri oleh internal pemerintah kota.
”Clean Air Asia akan masuk ke semua sektor, baik itu industri, transportasi, maupun fasilitas publik. Setahun pertama diharapkan tercipta dokumen perencanaan yang terukur,” kata Alwis saat acara kick off dan penandatanganan komitmen bersama tentang Rencana Aksi Udara Bersih, di Tangerang, Banten, Jumat (22/9/2023).
Saat ini, menurut Alwis, 98 daerah berstatus kota administratif di Indonesia tengah bergelut dengan udara bersih. Oleh karena itu, upaya manajemen dengan pendekatan akademis perlu dilakukan sehingga tercipta program yang inklusif.
Jika berdasarkan laporan jurnalisme data Kompas, secara umum 98 kota administrasi di Indonesia tengah menghadapi masalah polusi udara. Hanya 8,66 persen atau sekitar 409.000 orang dari 64,9 juta orang yang berdomisili di 98 kota Indonesia yang sehari-hari bisa menikmati udara bersih dengan kadar PM 2,5 di bawah ambang batas baku mutu ambien versi Pemerintah Indonesia, yakni 15 µg/m3 (mikrogram per meter kubik) tiap tahun.
Bumi kita sedang menuju kenaikan suhu sebesar 2,8 derajat. Kota-kota dunia memegang perananan untuk mengendalikan itu.
Warga di 98 kota di Indonesia terpapar polusi udara secara signifikan. Mayoritas penduduknya menghirup udara dengan tingkat polusi melebihi ambang batas 15 µg/m3 untuk polutan partikel PM 2,5. Partikel partikulat berukuran 2,5 mikron atau PM 2,5 dihasilkan dari sumber pencemar, seperti kendaraan, alat berat, pembakaran hutan, dan kegiatan pembakaran lain (Kompas.id, 21/9/2023).
”Bumi kita sedang menuju kenaikan suhu sebesar 2,8 derajat. Kota-kota dunia memegang perananan untuk mengendalikan itu. Oleh karena itu, penting untuk memulai pencegahan dari kota-kota melalui kepemimpinan transformatif, serta kolaborasi antarpemangku kepentingan,” ujar Program Manager Clean Air Asia Dang Espita-casanova.
Dang mengungkapkan, selama setahun, pihaknya akan bersinergi dengan Pemkot Tangerang dalam menginventarisasi manajemen kualitas udara di Tangerang. Hal itu dilakukan melalui kajian akademik agar dapat merumuskan kebijakan berdasarkan tindakan, perencanaan, serta implementasi tindakan dan program.
”Hal ini tidak hanya akan mengatasi dampak langsung dari polusi udara, tetapi juga memastikan bahwa dampak jangka panjang dari perubahan iklim akan terjadi secara dramatis,” ujar Dang.
Alwis menyebut, selama setahun ini diharapkan terbentuk inventarisasi perencanaan. Setelah itu akan diikuti implementasi program yang telah dibuat. ”Dengan berbagai masalah manajemen kualitas udara di kota besar seperti Tangerang, melalui kolaborasi ini diharapkan bisa jadi contoh kota lain di Indonesia,” ujarnya.
Sekretaris Daerah Kota Tangerang Herman Suwarman mengungkapkan, pihaknya menyambut baik kolaborasi. Dia mengakui selama ini Pemkot Tangerang tidak sendiri sehingga kolaborasi secara keilmuan diharapkan bisa menghadirkan kebijakan yang inklusif dalam menciptakan kota yang layak hidup dan berkelanjutan.
”Tujuan dari program ini sesuai visi kami juga untuk kota yang sehat, hijau, dan berkelanjutan. Udara bersih menjadi hak setiap warga dan kami punya tanggung jawab untuk memastikan itu bagi generasi di masa depan,” kata Herman.
Program kolaborasi Clean Air Asia, menurut Herman, diharapkan bisa memperkuat program manajemen kualitas udara yang telah dijalankan. Berbagai langkah itu antara lain mendorong masyarakat transportasi, penggunaan sepeda untuk aktivitas sehari-hari, dan uji emisi kendaraan bermotor. Selain itu, Pemkot Tangerang juga menghadirkan ruang hijau kota, menggencarkan program pengelolaan sampah, serta kampanye peduli lingkungan kepada masyarakat sejak dini.